Perjuangan Anden Oko sebagai Pahlawan Lokal PPU

Kamis 19-08-2021,08:30 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal

Perhatian kepada para pahlawan lokal, yang turut memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia melawan penjajahan di Penajam Paser Utara (PPU) patut diberikan. Salah satunya pada makam Aji Raden Kesuma bin Anden Oko yang ada di Pemakaman Baoraja Muara Sesulu.

nomorsatukaltim.com - Upacara yang digelar Selasa (17/8/2021) di areal pemakaman di Desa Sesulu, Waru itu berjalan khidmat. Selain dalam rangka apel peringatan hari kemerdekaan, kegiatan itu merupakan rangkaian dari gelaran haulan yang diprakarsai Kerukunan Keluarga Kepangeranan Anden Oko. Upacara itu dipimpin oleh Aji Syahrudin, Ketua Pemekat Keluarga Kepangeranan Anden Oko. Dihadiri para warga sekitar, pun tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai kalangan. Sesepuh Pemekat Keluarga Kepangeranan Anden Oko, Aji Abdul Rahman juga hadir. Ia yang melakukan penyerahan bendera merah-putih yang dikibarkan oleh pasukan pengibar bendera (Paskibra) dari SMA Negeri 2 PPU. "Di tempat ini sekitar seratus tahun silam, telah terjadi peristiwa kepahlawanan, perjuangan rakyat Paser untuk membebaskan dan memerdekakan tanah dan negerinya dari cengkeraman penjajahan kolonial Belanda," ucap Aji Syahruddin. Cerita itu kembali dikumandangkan dalam upacara. Agar semua yang hadir, khususnya para generasi muda mengerti atas perjuangan yang telah dilakukan para pendahulunya dulu di tanah Benuo Taka ini. "Meskipun akhirnya mereka gugur dan belum sempat merasakan hasil perjuangannya seperti yang kita rasakan. Yakinlah mereka sudah mendapatkan predikat sebagai pejuang, syuhada di hati kita," tegasnya. Rabu (18/8/2021) merupakan penutupan gelaran haulan. Diadakan sejak Senin (16/8/2021) lalu. Khususnya untuk mengenang gugurnya tiga pahlawan, Aji Raden Kesuma, Anden Gedang dan Anden Oko sendiri. Perdana digelar, Sekretaris Panitia Pelaksana sekaligus penggagas acara, Anang Hairil meniatkan kegiatan akan terus diadakan tiap tahunnya. Selain untuk mengenang, aksi ini juga diharapkan menjadi upaya untuk melestarikan sejarah "Tidak akan maju sebuah daerah, jika lupa sejarahnya. Dari mana kita berasal," ucapnya. Belum banyaknya catatan soal para pejuang ini diyakini akan semakin dilupakan ke depannya. Karena mulai masyarakat umum apalagi generasi muda tidak tahu kisah heroik yang telah mereka lakukan. Sejalan dengan itu, para keturunan pelaku sejarah yang masih hidup hingga kini akan terbuka. Hairil mengisahkan secara singkat perjuangan tiga tokoh pejuang itu. Yang berjibaku dalam perang yang paling terkenal, Perang Paser. Seorang pemimpin besar kala itu ialah Anden Oko. Ia merupakan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Paser. Pada masa Kesultanan Paser diperintah Oleh Sultan Sepoh Alamsyah II, Aji Tenggara. "Beliau juga orang pertama yang menolak eksploitasi minyak pertama di sini oleh pemerintahan Belanda saat itu," tegasnya. Tak sendirian. Anden Oko terus melakukan perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Memimpin perjuangan para tokoh lain. Ada Panglima Sentik, Panglima Sebaya, Panglima Wana, Panglima Jira dan segenap rakyat Paser. Perjuangan paling heroiknya adalah saat bersama dengan saudaranya, Anden Gedang dan anaknya, Aji Raden Kesuma pada dini hari pada tanggal 29 September 1916. Yang menyerang markas besar musuh. Tak sedikit pasukannya yang gugur kala itu. Begitu pun sebaliknya. Tewas oleh serbuan pasukan gerilya. Membuat pemerintah kolonial kaget karena langsung menyerang ke jantung pertahanan mereka. "Anden Oko juga terkenal selalu menghalau serangan dari arah laut, Teluk Balikpapan," ucapnya. Karena perjuangannya itu, Anden Oko terus menjadi incaran. Sampai suatu ketika ia tersudut lalu ditangkap dan diasingkan. Ketiganya dibuang ke tempat berbeda. Anden Oko ke Sawah Lunto, Sumatera Barat. Di sanalah ia hingga akhir hayatnya. Begitupun Anden Gedang yang diasingkan ke Semarang, Jawa Tengah. Sementara hanya sang anak, Aji Raden Kusuma yang diasingkan ke Pangkal Pinang, kembali ke PPU. Dan akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pemakaman Baoraja Muara Sesulu itu.

Perlu Dipugar

Melihat begitu besarnya jasa mereka, Plt Sekkab PPU, Muliadi menyebutkan masyarakat luas harus bisa memberikan penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada mereka. "Makam ini perlu dipugar sebagai wujud penghargaan kita kepada para pahlawan khususnya di wilayah PPU ini. Perihal ini juga akan segera kami sampaikan kepada bupati PPU," katanya. Ia juga mengaku banyak membaca sejarah tentang perjuangan raja-raja di tanah Paser ini. Menurutnya para pejuang-pejuang khususnya Suku Paser yang ada di PPU terdahulu ini pantas mendapat gelar menjadi pahlawan nasional. "Perjuangan mereka tidaklah kecil namun telah dilakukan secara luas untuk bangsa ini. Oleh karenanya status mereka sangatlah pantas jika mendapat gelar sebagai pahlawan nasional," tutupnya. (rsy/zul)
Tags :
Kategori :

Terkait