Kabupaten Paser Kembangkan Budi Daya Bibit Porang

Selasa 27-07-2021,17:19 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Paser, nomorsatukaltim.com - Petani porang di Kabupaten Paser kini mulai membudidayakan bibit tanaman porang. Mengingat porang sedang jadi primadona di Kalimantan Timur. Belakangan ini warga berbondong-bondong menanam tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus Muelleri ini.

Setidaknya ada tiga jenis pembibitan untuk membudidayakan porang. Yakni dari katak (pupil), buah yang tumbuh di antara batang tanaman porang, spora dan umbi mini. Perintis Sekolah lapangan Porang Amrullah, Ade Muriyono mengatakan, saat ini banyak didapati beberapa petani yang memproduksi bibit sendiri. Sehingga ketersediaan bibit porang kini tak menjadi persoalan. Apakah harus didatangkan dari luar daerah atau menggunakan bibit lokal. "Dari kami juga sudah bisa melakukan proses pembibitan dengan polybag," kata Ade, saat diwawancarai awak media nomorsatukaltim.com dan Harian Disway Kaltim, Minggu (25/7). Ia juga membocorkan ada beberapa teknis yang dapat diterapkan untuk pembudidayaan porang. Yakni bibit jenis katak maupun umbi mini. Di mana dipecah menjadi beberapa bagian. "Misal dari umbi seberat 1,5 kilogram, bisa dibelah menjadi 30 sampai 50 bibit," sambungnya. Harga bibit porang pada polybag bervariasi, mulai Rp 3 ribu sampai Rp 5 ribu untuk ukuran tumbuh setinggi 10 sentimeter dan 50 sentimeter. Sedangkan bibit jenis katak Rp 250 ribu per kilogram dan umbi mini Rp 30 ribu per kilogram. Cukup menarik untuk dipelajari, yakni bibit sendiri yang dilakukan petani porang. Diterangkannya, saat satu musim pasca panen, umbi yang dihasilkan masih memiliki bobot 0,5 kilogram, baik katak tak langsung dijual, melainkan ditanam kembali. "Sehingga dari luasan yang awalnya hanya seperempat hektare. Dimungkinkan di musim kedua bakal menjadi satu hektare. Karena ada kelipatan tiga sampai empat kali lipat dari luasan semula. Ya satu pohon porang bisa menghasilkan empat atau lebih banyak katak," terang Ade. Tanpa mengesampingkan bibit dari luar daerah. Diungkapkan Ade Muriyono saat ini tengah fokus menggalakkan pengembangan porang lokal Paser. Ia meyakini jika bibit yang digunakan petani dari Kabupaten Penajam Pasar Utara (PPU) dan Kota Baru hingga Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan didatangkan dari Kabupaten Paser. "Setelah kami lacak, kabupaten tetangga itu membeli katak atau umbi mini dari Paser, kemudian dikembangkan di daerah masing-masing. Jadi secara genetik sama dengan Porang Paser," aku jebolan UGM itu. Persaingan Bisnis Bibit Porang Secara bisnis, ia tegas mengatakan bakal mengupayakan ada lagi pengiriman umbi porang basah di luar Kabupaten Paser. Hal itu memungkinkan bakal menjadi bibit dan tak menutup kemungkinan diklaim oleh daerah yang dituju. "Contoh, saat ini Kabupaten Balangan porang lebih berkembang dari Paser. Padahal awalnya meminta (membeli) umbi dari Kecamatan Long Ikis dan Batu Engau," lanjutnya menambahkan. Sehingga lebih tepat dan alangkah baiknya menjual saat sudah menjadi chip atau umbi kering. Sekadar diketahui, harga umbi basah Rp 7,5 ribu sampai Rp 8 ribu. Sedangkan chip kering berkisar senilai Rp 49 ribu hingga Rp 55 ribu. Dengan menjual chip porang kering lebih menguntungkan dari sisi penjualan. Karena bisa menutupi ongkos atau transportasi pengiriman. "Ya kami kirim ke PT Bansang, PT Ambico dan CV Agro Alam Raya," urainya. Saat ini tengah mengirim 1 ton porang ke Jawa Timur. Di mana bakal menjadi sampel. Adapun yang dikirim, yakni chip dengan semi oven. Karena melakukan proses pengeringan dengan pancaran sinar matahari. Namun menggunakan sistem efek rumah kaca. "Kami coba panas matahari, karena saat malam hari pun meski ruangan tertutup, kualitas udara tak berubah, tetap panas," sebut Ade. Pengiriman sampel itu untuk menjalin kerja sama dalam waktu yang panjang. Karena turut membantu dalam proses pemasaran. "Makanya kami tidak mengedukasi masyarakat sampai panen saja melainkan sampai pasca panen dan penjualan. Ya sebagai informasi, pabrik porang jangan dianalogikan ukurannya besar. Karena hanya memerlukan beberapa alat perajang dan mesin pengering. Siapapun bisa, modalnya hanya Rp 10 juta untuk melakukan pengeringan chip porang," beber Ade. Terpisah, seorang Petani Porang di Desa Rangan, Kecamatan Kuaro, Subagyo mengatakan, jika kualitas tanah di Kabupaten Paser terlalu asam. Guna menaikkan pH tanah memakai kapur dolomit. "Sehingga pada saat persiapan lahan, kami melakukan penebaran dolomit dengan pupuk kandang," ucap Subagyo. Dikatakannya, kadar pH tanah di Paser keasamannya antara 4 sampai 5. "Bagusnya itu di atas angka enam," jelas Subagyo. Kendala lain yang dihadapi petani Porang di Paser, yakni faktor alam yang berbeda dengan Pulau Jawa. Mengingat curah hujan di Bumi Daya Taka cukup tinggi. "Sebagai contoh saat ini seharusnya telah memasuki bulan kemarau justru masih ada hujan. Sehingga banyak umbi yang sudah bertunas. Kendala lainnya terkait penjualan, belum jelas pasar maupun penampungnya. Semoga para pihak pemangku kepentingan dan yang berkompeten bisa memberikan solusi bagi petani porang," pungkas Subagyo. ASA/ENY
Tags :
Kategori :

Terkait