Investasi di PPU; Melonjak karena IKN, Merosot Dihantam Pandemi

Minggu 25-07-2021,15:03 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Penajam Paser Utara, nomorsatukaltim.com - Nilai investasi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada triwulan akhir 2019 melonjak tajam. Sepanjang tahun itu total realisasi penanaman modal menyentuh Rp 1.646 triliun lebih. Meski akhirnya merosot pada 2020 akibat pandemi COVID-19.

Fokus investasi di Kalimantan Timur bakal terarah ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Rencana pemindahan ibu kota negara (IKN) menjadi modal dasar arah itu ditentukan. Sebelumnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim juga telah mengungkapkan demikian. Lebih menawarkan investasi di kawasan yang ditunjuk sebagai lokasi pusat negara yang baru itu. Di sebagian wilayah PPU dan juga Kutai Kartanegara (Kukar). Hal itu tertuang dalam Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) 2021 di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim. Terungkap terdapat beberapa faktor yang menjadi acuan hingga adanya revisi tersebut. Antara lain, kondisi pandemi yang melanda seluruh dunia dan beberapa sektor usaha yang bergeser peluangnya dalam investasi. Selanjutnya, terdapat penyesuaian program kerja oleh beberapa kepala daerah tingkat kabupaten/kota. Mengingat beberapa kepala daerah baru saja dilantik pada 2021. Sehingga, perlu penyelarasan program kerja untuk mencapai tujuan di tingkat provinsi. Untuk di PPU sendiri, iklim investasi cenderung mengalami kemajuan positif. Memang tak bisa dimungkiri, isu IKN yang mengubah persepsinya. Kepala DPMPTSP PPU Alimuddin menuturkan, sejak diumumkannya lokasi IKN baru terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Sepaku, 2019 lalu. Banyak pihak yang mulai membangun komunikasi. Minimal untuk mengetahui situasi setempat. Yang pasti, sambungnya, investasi terbesar yang telah masuk datang dari pemerintah pusat. "Sejak diumumkannya ibu kota negara di PPU, memang ada beberapa investasi yang masuk.  Yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN)," ucapnya, Kamis 22 Juli 2021. Tercatat ada pembangunan Bendungan Sepaku-Semoi, Bendung Gerak Telake serta perluasan kilang minyak RDMP RU V. Di antaranya yang masuk ada dari perusahaaan PT Hutama Karya (HK), PT CPP dan beberapa rekanan dan sub-kontraktor. Ada lagi PT Krakatau Steel, PT Wahana. "Rata-rata perusahaan berbasis nasional," sebutnya. Selebihnya, ada penambahan investasi. Terbesar ada di sektor industri perkayuan. Salah satunya di Inne Donghwa. Anak perusahaannya, PT Balikpapan Forest Industries (BFI) melakukan perluasan kerja. Dengan mengurus izin penambahan 1 pabrik pengolahan kayu di sana. Satu lagi di Kelurahan Sotek. "Yang banyak di industri perkayuan. Mungkin dalam rangka menambah kapasitas. Karena ada isu IKN itu. Itu Secara tidak langsung juga penambahan investasi," ungkap Alimuddin. Lalu ada investasi di bidang pariwisata. Murni swasta karena datang dari pengelolaan pribadi. Yaitu Pantai Istana Amal. Untuk sementara baru satu itu saja. Ada juga dari sektor toko modern. Seperti Alfamidi dan Indomaret di berbagai titik tersebar di 4 kecamatan. "Tapi ada beberapa perusahaan yang sudah masuk, sementara mengurus izinnya," katanya. Di samping itu, ada juga yang investasi yang keluar, alias izinnya tidak diperpanjang. Beberapa ada di sektor perkebunan. Mereka tidak bisa beroperasi lagi. "Izinnya dicabut oleh Kementerian Kehutanan," sebut Alimuddin. Magnet Ibu Kota Negara Memang benar isu IKN yang memberikan dampak besar pada iklim investasi di Benuo Taka. Meski belakangan situasi pandemi menjadi hambatan. Tapi Alimuddin memprediksi pasca pandemi berlalu, investasi akan meroket. "Jelas ada pengaruh positif. Ada penambahan dari tahun ke tahun. Kalau dari angka, sekitar 10 persen ada kenaikan sampai saat ini," katanya. Adapun investasi yang masuk itu tak hanya sebatas investasi negara saja. Sejenis investasi infrastruktur, untuk memberikan pelayanan kebutuhan dasar masyarakat. Melainkan datang dari investasi swasta murni. Seperti bisnis-bisnis pergudangan dan industri pangan. Hal ini memang terpengaruhi kondisi COVID-19. "Makanya mungkin belum terlalu banyak investasi yang masuk," ujarnya. Prediksi itu juga disebut akan segera datang. Dalam waktu dekat. Dasarnya ialah menguatnya isu IKN yang terus berjalan. Ground breaking pembangunan akan menjadi titik balik melonjaknya daya tawar. Ditegaskan lagi, tak sedikit calon investor yang menghubungi. Bisa dipastikan semua berminat untuk masuk. Soal potensi dan izin sudah menjadi ulasan dalam komunikasi itu. Tapi lagi-lagi, belum setahun setelah pengumuman pandemi datang. Alhasil, sejak 2020 hanya beberapa saja dari lobi-lobi itu yang dapat terealisasi. "Semangat karena awal diumumkan, belum ditindaklanjuti saja. Mungkin mereka masih melihat situasi dan waktunya saja," ucapnya. Sembari menunggu hal itu datang, berbagai upaya untuk menyambut telah dipersiapkan. Salah satu yang disebutkan ialah dengan menerbitkan berbagai buku. Berisikan profil kabupaten beserta berbagai potensi dan keunggulan dalam iklim investasinya. "Informasi potensi investasi daerah. Ini yang kita tawarkan saat ada calon investor yang datang. Di dalamnya berisikan berbagai kajian mulai sektor peternakan perindustrian, perdagangan sampai semua turunannya," jelasnya. RSY/ENY PMDN dan PMA Sepanjang 2020 tercatat realisasi investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kaltim sukses menembus angka Rp 31,38 triliun atau 147 persen. Investasi lainnya datang dari PMA sebesar Rp 0,93 triliun atau 11,32 persen dari realisasi investasi triwulan IV. Balikpapan menjadi lokasi investasi PMDN tertinggi pada triwulan IV dengan Rp 4,29 triliun atau berkontribusi sebesar 58,7 persen. Disusul Kutai Kartanegara Rp 608,39 miliar (8,3 persen) dan Kutai Barat Rp 516,03 (miliar 7 persen). Ini tiga besar investasi PMDN di Kaltim untuk triwulan IV 2020. Investasi PMDN ke Kaltim pada triwulan IV 2020 didominasi industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi Rp 4,52 triliun atau 61,9 persen dari seluruh investasi dari PMDN. Berikutnya tanaman pangan, perkebunan dan peternakan Rp 1,01 triliun atau 13,8 persen. Adapun Investasi PMDN di tiga besar triwulan IV adalah pertambangan. Nilainya mencapai Rp 816,57 miliar atau 11,1 persen. Pada periode yang sama, realisasi investasi dari PMA sebesar Rp 931,33 miliar. PMA tertinggi berada di Kutai Timur dengan nilai investasi USD 24,7 juta atau setara Rp 356,24 miliar berkontribusi sebesar 38,2 persen terhadap seluruh investasi PMA di Kaltim. Sedangkan di PPU, realisasi investasi pada triwulan IV 2020 ialah Rp 154,96 miliar. Angka ini mengalami peningkatan 84 persen dari realisasi pada triwulan III 2020, yaitu Rp 84,14 miliar. Namun mengalami penurunan 73 persen dari triwulan IV 2019, yaitu Rp 1.646,20 miliar. Secara rinci, realisasi penanaman modal di triwulan IV 2020 berdasarkan PMA yaitu Rp 5,14 (3%) miliar dan PMDN triwulan IV 2020 ada Rp 149,82 miliar (97%). Untuk masa yang sama di 2019, yaitu PMA sebesar Rp 22,30 miliar (4%) dan PMDN Rp 549,80 miliar (96%). Sektor industri terbesar ada pada industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi. Ada 3 proyek dengan total nilai mencapai 111,56 miliar (72%). Disusul sektor tanaman pangan dan perkebunan Rp 31,21 miliar (20%) dengan 12 proyeknya. Lalu ada kehutanan Rp 5,68 miliar (4%) dan sektor pertambangan Rp 4,73 miliar (3%). Yang terakhir sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp 1,65 miliar (1%). Berdasarkan lokasi, realisasi penanaman modal terkonsentrasi di Kecamatan Penajam dengan nilai Rp 137,80 miliar. Lalu ada di Kecamatan Sepaku, Rp 10,40 miliar, Kecamatan Waru, Rp 5,46 miliar serta Kecamatan Babulu, Rp 1,30 miliar. Lebih lanjut, untuk realisasi investasi di sepanjang 2020 mencapai Rp 571,58 miliar. PMA 15 persen atau Rp 84,53 persen dan PMDN Rp 487,05 miliar atau 85 persen. Nilai itu turun pada periode yang sama 2019. Saat itu ada Rp 1.646,20 miliar, PMDN Rp 1.556,94 miliar atau 95 persen dan PMA Rp 89,26 miliar atau 5 persen. Sektor industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi tetap mendominasi dengan nilai Rp 277,23 miliar, pertambangan Rp 183,03 miliar, tanaman pangan dan perkebunan Rp 98,45 miliar, kehutanan Rp 8,94 miliar, transportasi, gudang dan komunikasi Rp 2,5 miliar, pedagang dan reparasinya Rp 0,91 miliar serta industri makanan Rp 0,51 miliar. Berdasarkan lokasi, Kecamatan Penajam masuk investasi sebesar Rp 544,49 miliar, Sepaku Rp 14,44 miliar, Waru Rp 6,43 miliar dan Babulu Rp 5,21 miliar. RSY/ENY
Tags :
Kategori :

Terkait