SD Inpres: Sepatu Soeharto sampai Nobel Duflo (1)

Selasa 22-10-2019,16:33 WIB
Reporter : Devi Alamsyah
Editor : Devi Alamsyah

(Foto istimewa /int).

CILACAP, medio 1970 an. Kala itu, Presiden kedua RI, Soeharto mengunjungi satu sekolah. Di pertengahan tahun itu, ia marah besar.

Pak Harto menemukan bangunan sekolah yang bermasalah. Dilansir laman Soeharto, yang menyadur Harian Pelita edisi 15 Februari 2013, mengisahkan kemarahan Soeharto.

The Smiling General itu mengangkat sepatunya. Lalu, menendang tembok sekolah. Tanpa dinyana, dinding sekolah yang ditendangnya ambruk.

”Siapa anemer [pemborong] bangunan ini?” tanya, Soeharto sembari menendang lagi tembok sekolah yang rapuh. Ia pun meminta sang pemborong untuk bertanggung jawab.

Tiga tahun berselang dari peristiwa itu. Pak Harto membuat terobosan kebijakan. Sebuah instruksi, yang belakangan di tahun 2019, buah instruksinya mendunia.

Soeharto membuat terobosan kebijakan. Yang diformulasikan melalui Instruksi Presiden. Inpres Nomor 10 tahun 1973, diterbitkan.

Ia menginstruksikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Membangun sekolah-sekolah dasar di seluruh Indonesia melalui dana APBN.

Bertujuan mengangkat harkat martabat masyarakat. Untuk memberantas buta huruf dan membumikan pemerataan pendidikan.

Baca Juga: SD Inpres Riwayatmu Kini

Sebelum didirikan Sekolah Dasar Instruksi Presiden (SD Inpres), pendidikan di daerah diurus oleh pemerintah daerah setempat.

Namun, saat peninjuan ke Cilacap Jawa Tengah pada 1970, Soeharto menemukan masalah. Kemudian marah. Menendang tembok keropos sekolah.

Dari peristiwa itu, Soeharto memanggil tim arsitek dan ekonomi. Merumuskan formulasi berkelanjutan untuk membuat sarana pendidikan yang merata. Di seluruh Indonesia.

Maka, diterbitkan lah Inpres 10/1973. Inpres tersebut mengejawantahkan pembangunan SD Inpres yang merata. Sekolah ini menjadi proyek besar peningkatan kualitas pendidikan dasar di era Orba.

Ya. SD Inpres terbentuk usai diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 10 tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD, yang digagas begawan ekonomi, Widjodjo Nitisastro.

Siapa Widjojo Nitisastro? Sekilas tentangnya, ia adalah ekonom Indonesia. Yang kerap dikenal sebagai arsitek utama perekonomian orde baru.

Widjojo pernah didaulat segambreng jabatan mentereng. Salah satunya, sebagai Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional dari tahun 1971 sampai 1973.

Selain itu, ia juga pernah ditunjuk sebagai Menko Ekuin sekaligus Ketua Bappenas pada periode 1973-1978 dan 1978-1983.

Widjojo juga punya debut karier politik. Yang dimulai ketika ia didapuk sebagai Tim Ahli di Bidang Ekonomi dan Keuangan. Diangkat langsung oleh Presiden Soeharto.

Sayang seribu sayang. Seiring waktu, masih di era Orba, ia dituduh sebagai Mafia Berkeley bentukan CIA. Yang dituding menanamkan paham ekonomi liberalisme di Indonesia.

Tapi di era pemerintahan Gus Dur, ia dipercaya kembali. Untuk memimpin Tim Ekonomi Indonesia pada pertemuan Paris Club, medio April 2000.

Pada tanggal 9 Maret 2012, Widjojo menghembuskan napas terakhirnya. Di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Kembali pada ide Widjojo soal SD Inpres. Sekolah ini sering disebut sekolah kecil.  Sebab, disediakan untuk anak-anak masyarakat miskin, di daerah terpencil.

Kalaupun di wilayah perkotaan, SD Inpres lebih banyak dibangun di kawasan dengan penghasilan rendah. Sedangkan untuk wilayah yang dinilai lebih maju, pemerintah membangun SD Negeri. Sampai hari ini. (rap/bersambung)

Berita Terkait: SD Inpres: Sepatu Soeharto sampai Nobel Duflo (2)
Tags :
Kategori :

Terkait