Ulama Wanita

Sabtu 24-07-2021,06:33 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Ketika Megawati Soekarnoputri akan menjadi calon presiden, Prof Huzaemah tidak mempersoalkan. “Wanita boleh menjadi pemimpin. Asal dijamin lebih banyak manfaatnya bagi agama dan negara. Kan dibantu para menteri,” ujar Prof Dr Amany Lubis, mengutip pendapat almarhumah.

Prof Amany Lubis adalah perempuan pertama menjadi rektor UIN Jakarta. Prof Amany sangat dekat dengan almarhumah. Apalagi sama-sama lulusan Kairo, Mesir.

Bahkan Prof Amany sejak SMP sudah di Mesir. Mendapat beasiswa. Sampai di Universitas Kairo. Gelar doktornya pun di sana. Dengan disertasi:  Sistem Politik Dinasti Mamluk. Itulah dinasti yang berkuasa selama tiga abad di dunia Arab. Yang kekuasaannya sampai Iraq, Syria, dan Mesir. Setelah dinasti Mamluk runtuh, mulailah berkuasa dinasti Truky Usmani (Ottoman).

Prof Amany boleh dibilang ”Putri Mesir”. Ia lahir di Mesir. Dari rahim ibu seorang wanita Mesir: Nabilah.

Saat dikawini ayahnyi, Nabila  belum bisa membayangkan Indonesia itu seperti apa. Amany pun lahir di sana. Nabilah dan bayinyi lantas diboyong ke Indonesia. Nabila  ahli di bidang perpustakaan –yang masih langka di Indonesia saat itu.

Ayahanda Prof Amany, Prof Burhanuddin Lubis, memang kuliah di Mesir. Lalu kecantol wanita di sana. Agak banyak yang seperti itu –waktu itu. Termasuk Harun Nasution –kelak di tahun 1980-an juga menjadi profesor, doktor, dan rektor UIN.

Nabilah sendiri, di Indonesia, akhirnya juga menjadi profesor dan doktor. Juga pernah menjabat Wakil Rektor Institut Ilmu Al Quran Jakarta. Di samping, tentu, menjadi guru besar di UIN Jakarta.

Kalau Prof Huzaemah rektor wanita pertama di IIQ, Prof Nabilah adalah wakil rektor pertama IIQ.

Bekalangan memang banyak wanita menjadi pimpinan perguruan tinggi Islam. Di IAIN Lampung, Bukittinggi, Kendari, Majene, Ponorogo, rektornya perempuan.

Prof Amany sendiri punya jaringan internasional yang kuat. Kemampuannyi berbahasa Arab, Inggris, dan Prancis membuat dia sering keliling dunia. Saya sempat melihat YouTube ketika Prof Amany berpidato di depan raja Maroko. Ada lambang merah putih di bagian dadanyi.

Prof Amany memutuskan agar Prof Huzaemah dimakamkan di pemakaman khusus di kampus UIN. Dari RSUD Banten, jenazah dibawa ke kampus IIQ dulu di Sawangan, Depok. Lalu dibawa ke pemakaman. Sudah banyak guru besar UIN dimakamkan di situ: Prof Thoha Umar, Prof Sadali, Prof Harun Nasution…

Bagaimana Prof Huzaemah sampai meninggal di RSUD Banten yang begitu jauh?

“Malam itu kami sudah keliling 11 rumah sakit di Jakarta. Semua penuh,” ujar Dr Syarif Hidayatullah, satu-satunya putra beliau.

Ketika Syarif masih mencari rumah sakit yang lain lagi, kadar oksigen Prof Huzaemah terus menurun. Menjadi 80. Turun lagi ke 70. Turun terus ke 60 dan berlanjut ke 50-an.

Syarif belum juga mendapat rumah sakit. Malam semakin larut. Penanggalan sudah pindah ke 14 Juli 2021. Kadar oksigen Prof Huzaemah turun lagi tinggal 40-an.

Diputuskanlah agar beliau dibawa ke mana pun. Asal mendapatkan rumah sakit. Yang masih ada jauh sekali: di Banten. Maka beliau dilarikan ke Banten. Tidak menunggu Syarif pulang dari keliling Jakarta. Khawatir keburu kian buruk.

Tags :
Kategori :

Terkait