Hadapi Lonjakan COVID-19, Saatnya Persiapkan Skenario Terburuk

Rabu 14-07-2021,11:30 WIB
Reporter : Yoyok Setiyono
Editor : Yoyok Setiyono

Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Kalimantan Timur belum menunjukkan tanda penurunan. Daerah ini tercatat sebagai 10 provinsi dengan penambahan terbanyak di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia meminta pemerintah daerah menyiapkan skenario terburuk.

Nomorsatukaltim.com - Sumbangan peningkatan kasus terkonfirmasi positif Coronavirus Disease 2019 terbanyak berasal dari Balikpapan. Otoritas mencatat sebanyak 599 kasus terkonfirmasi pada Selasa (13/7). Angka tersebut menjadi rekor pertambahan kasus harian tertinggi selama pagebluk ditemukan pertama kali di kota itu. Peningkatan signifikan ini juga diikuti beberapa daerah di Kalimantan Timur. Satgas COVID-19 Kabupaten Kutai Kartanegara melaporkan sebanyak 248 kasus kemarin. Lalu diikuti Kabupaten Kutai Timur, yang menemukan sebanyak 164 kasus. Sementara ibu kota provinsi Kaltim, menyumbang sebanyak 156 kasus. Daerah lain di Kaltim, menyetorkan jumlah kasus terkonfirmasi positif COVID-19 yang bervariasi. Mulai dari Kutai Barat, dengan 91 kasus. Bontang 81 kasus. Berau 57 kasus. PPU 51 kasus. Paser 41 kasus. Dan terendah Kabupaten Mahakam Ulu, dengan 11 kasus terkonfirmasi. Secara akumulasi, tambahan kasus terkonfirmasi harian di Kalimantan Timur, pada Selasa (13/7) kemarin menyentuh angka 1.498. Yang juga sekaligus menjadi rekor pertambahan kasus harian tertinggi selama pandemi mewabah di provinsi ini. Di waktu yang sama, Satgas Penanganan COVID-19 Kaltim, juga mencatat angka kesembuhan dari SARS-CoV-2 sebanyak 496 orang. Dan meninggal dunia secara akumulasi di Kaltim pada hari kemarin sebanyak 51 kasus. Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 RI, Kaltim masuk dalam sepuluh daerah dengan kasus tertinggi di Indonesia (lihat grafis). Peningkatan drastis ini merupakan bagian dari rentetan trend kenaikan kasus terkonfirmasi harian. Yang pada hari-hari sebelumnya angka-angka yang dilaporkan itu terus merangkak naik. Dan menjadi kian mengkhawatirkan. Beberapa dampak turunan yang dapat dipetakan dari lonjakan kasus ini ialah masalah yang telah tampak jelas. Kolaps-nya rumah sakit rujukan. Yakni terkait keterbatasan ruang perawatan. Kemudian ketersediaan alat kesehatan dan tenaga media yang dialami. Oleh sebab itu, pemerintah perlu menyiapkan skenario khusus untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dari terus melonjaknya kasus harian ke depan.

Warning IDI

Dorongan untuk menyusun skenario dalam menghadapi kondisi terburuk itu datang dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Balikpapan. Terutama kepada otoritas dan pemerintah daerah berjuluk Kota Beriman itu. Pimpinan organisasi profesi kedokteran itu menilai, bahwa jika lonjakan kasus masih terus terjadi atau masih cukup tinggi, maka sebaiknya ada upaya menyiapkan skenario penanggulangan oleh pemerintah setempat. "Idealnya memang seperti itu (ada skenario yang disiapkan). Termasuk menjaga kelancaran suplai oksigen dan ketersediaan ruang perawatan atau rumah sakit," tutur dr. Dradjat Witjaksono, ketua IDI Balikpapan, kepada Disway Kaltim, kemarin. Menurutnya, dalam teori ilmiah, mengendalikan situasi seperti ini yang paling penting adalah pengendalian. Atau bagaimana Satgas tetap berupaya mengerem angka pertambahan kasus. Agar tidak terjadi secara bersamaan, sehingga sangat memungkinkan rumah sakit menjadi kolaps. Artinya grafik pertambahan kasus yang meningkat masih tetap dalam garis yang landai. "Boleh (kasus) naik, tapi jangan terlalu banyak, sampai jumlahnya melampaui batas kemampuan rumah sakit untuk menampung," ujarnya. "Selama rumah sakit masih mampu tidak masalah. Tapi kalau sudah kolaps seperti sekarang ini, itu yang mengkhawatirkan," sebut dr. Dradjat. Mantan dokter militer itu mengatakan, saat ini, sejumlah rumah sakit rujukan di Kaltim secara fungsional sudah mengalami kolaps. Beberapa di antaranya terang-terangan angkat bendera putih. Dan menutup pintu UDG untuk pasien COVID-19 baru. Sejauh pengamatannya juga, rumah sakit rujukan yang masih bisa menerima pasien saat ini karena ada penambahan tempat tidur, alat kesehatan dan tenaga medis di rumah sakit-rumah sakit rujukan tersebut. "Sebenarnya kalau tidak ditambah sudah penuh dari Juni. Jadi artinya ini secara fungsional rumah sakit sudah kolaps. Dan ini tidak hanya di Balikpapan, dan daerah lain di Kaltim. Hal yang sama terjadi di Pulau Jawa terlebih dahulu," kata dr. Dradjat. "Jadi kita sudah berada di kondisi yang cukup mengkhawatirkan," imbuhnya. Menurutnya lagi, yang bisa dilakukan oleh otoritas saat ini ialah penguatan terhadap kedisiplinan masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan seperti yang diinstruksikan. "Itu saja yang bisa kita upayakan sementara," sebutnya. Meskipun, tambahnya, skema itu akan lebih sulit bagi Balikpapan. Yang berperan sebagai pintu keluar masuk orang dari dan ke Kaltim. "Kita juga harus mengakui itu, sulit membendung orang yang berdatangan. Kecuali ada pembatasan penerbangan," imbaunya.

Efektifitas PPKM Darurat Terlihat dalam Dua Pekan

Pemerintah pusat pekan lalu mengeluarkan instruksi kepada kepada tiga daerah di Kaltim, yakni Berau, Balikpapan dan Bontang, untuk menyelenggarakan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala darurat. Yang berlaku efektif pada Senin (12/7).   Namun efek dari kebijakan tersebut, kata dr. Dradjat Witjaksono baru akan dapat disimpulkan pada satu hingga dua pekan kemudian.   "Menurut saya PPKM Darurat baru saja berjalan beberapa hari. Belum kelihatan hasilnya. Kenaikan luar biasa beberapa hari ini kan sisa-sisa yang sebelumnya," jawabnya.   "PPKM Darurat ini, baru bisa dinilai berhasil atau tidak setelah satu atau dua minggu. Jadi nanti kita lihat saja dulu," ujarnya.   "Pusat menetapkan Balikpapan, Berau dan Bontang PPKM Darurat. Itu sudah cukup bagus, yang penting penegakan disiplin, protokol kesehatan harus terus digalakkan, digencarkan. Dan terus mempropagandakan 5 M dan 3 T. Ketua IDI Balikpapan itu menyebut, pihaknya masih melihat adanya unsur masyarakat yang mengabaikan instruksi pelaksanaan protokol kesehatan. Seperti 5 M. Hal itu, menurutnya menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya lonjakan kasus dalam hari-hari belakangan. "Jadi, nanti kita lihat bagaimana situasinya selama satu dua minggu lagi," tuntasnya. *DAS/YOS  
Tags :
Kategori :

Terkait