Menengok SDN 005 Filial Sotek di PPU
Rabu 14-07-2021,08:00 WIB
Reporter : admin12_diskal
Editor : admin12_diskal
Pendidikan adalah hak setiap warga negara yang harus dipenuhi pemerintah. Termasuk anak didik yang berada jauh dari pusat kota. Seperti yang berada di daerah Sotek, Penajam Paser Utara (PPU). Media ini mengikuti perjalanan menuju sekolah filial di daerah tersebut.
nomorsatukaltim.com - Ada sekolah filial di PPU. Kelas yang terpaksa dibuka itu ialah SDN 005 Filial Sotek. Jaraknya sekira 80 kilometer dari pusat ibu kota Benuo Taka, Penajam.
Sebagai bentuk kepedulian, gerombolan pecinta Vespa turun ke sana. Mereka menamakan diri Gerakan Suka Vespa (SAVE) PPU. Berniat untuk mendonasikan peralatan sekolah. buku, tas, dan alat tulis untuk sekira 50 peserta didik di sana.
Tak kurang dari 60 penunggang kuda besi asal Italia hadir. Kepedulian itu juga datang dari kabupaten/kota tetangga. Balikpapan dan Paser. Bersama mereka, Harian Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com turut serta.
Sekira pukul 11.00 Wita Minggu (4/7/2021), kami berangkat. Dari titik kumpul di Kelurahan Lawe-Lawe. Sejatinya rencana bertolak lebih pagi. Namun karena cuaca hujan, jadwal keberangkatan mundur.
Dari titik keberangkatan, jarak sekolah itu sekira 65 kilometer. Barang bantuan diangkut menggunakan dua Vespa gandeng alias Sespan. Hanya ada satu akses menuju sekolah itu dari PPU.
Dengan kecepatan rata-rata mesin tua, rombongan mengarah tunggangannya ke Simpang Silkar lalu masuk ke Jalan Trans Kalimantan. Jalan penghubung antar PPU-Kukar ini tak sepenuhnya baik. Meski sudah beraspal, lubang di sana-sini membuat laju kendaraan terhambat.
Untungnya, rerata kami sudah berpengalaman dalam meninjau aspal. Dengan liukan lihai, satu-seribu lubang bisa dihindari. Sekira pukul 12.30 Wita sampailah rombongan di Simpang 4 Kilometer 22 Sotek. Rehat sejenak, pukul 13.00 kami beranjak lagi. Dari persimpangan itu, belok kiri ke Jalan PPU-Kubar. Tujuannya ada di Kilometer 30 Sotek. Di sanalah letak sekolah itu.
Rintangan jalan yang sebenarnya ada di sini. Nyaris di sepanjang jalan yang dilalui itu tak ada kata layak seperti jalan umum pada umumnya. Maklum, jalan ini memang akses milik perusahaan yang beroperasi di sekitar sana. Peruntukannya jelas untuk kendaraan di atas roda empat.
Maka itu, tak mudah rombongan melalui jalan terjal berbatu di situ. Tubuh jelas terguncang saat melintas di atasnya, layaknya duduk di atas alat olahraga penghancur lemak yang lagi tren itu. Tak kurang 20 tanjakan dan lereng dilalui. Menambah ekstrem perjalanan.
Karena pasca hujan pula, tak jarang roda berukuran delapan dan sepuluh inci tergelincir. Satu dua kali juga iring-iringan terhenti. Karena motor tua terkendala mesin, butuh perhatian lebih. Poin dari keseluruhan perjalanan menuju ke sana ialah, wow!
Sekira pukul 15.00 Wita, kami baru sampai di lokasi. Rasa lelah nan sakit perjalanan itu seketika hilang. Melihat sambutan anak-anak 30 peserta didik. Mereka bersorak-sorai sesaat kami sampai. Bahkan mesin motor juga masih berbunyi. Rupanya mereka sangat bersuka cita dengan adanya kunjungan ini.
Mereka memang tahu kami bakal datang. Malahan, sejak 09.00 Wita mereka sudah berada di depan kelas belajar. Meski kami terlambat berjam-jam, antusiasme mereka rupanya tak surut. "Halo kakak-kakak," riuh mereka menyapa kami lebih dulu.
Dibangun Swadaya di Atas Konsesi Perusahaan
Sapaan hangat dari anak didik SDN 005 Filial Sotek menyambut kedatangan kami. Tak menunggu lama, kami langsung naik menuju ruang kelas, yang terletak di atas bukit kecil. Bersama kami pula hadir Duta Wisata PPU, Azzahra Mifta Syaidah. Karena insting keibuannya, kami jadi tak sulit mencairkan suasana.
Bantuan bawaan sudah diturunkan. Sembari mempersiapkan untuk acara seremonial penyerahan, senda-gurau saling dilontarkan. Agar saling mengenal. Pun, agar pertemuan sangat berkesan untuk kami pun mereka.
Ada sekira 43 anak di sini. Usianya beragam, 5-12 tahun. Meski wajah saling tertutup masker karena protokol kesehatan, suasana cepat saja mencair. Seolah saja kami sudah lama saling kenal.
Tak bisa ditutupi kebahagiaan di wajahnya. Mereka tak meributkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran tatap muka (PTM) saat pandemi. Mereka tidak peduli itu. Bahagia karena bisa sekolah. Dan senang ketika ada yang memerhatikan mereka.
Kami masuk kelas. Di bangunan kayu berukuran sekira 15x8 meter itu hanya ada beberapa meja dan kursi sekolah. Letaknya di ruangan terbesar yang digunakan untuk belajar itu. Ada juga beberapa ruangan di dalamnya.
Bangunan berbentuk panggung dengan bahan kayu dan belum memiliki sekat layaknya sekolah umumnya. Keterbatasan masih ada di sana-sini, termasuk sumber air juga belum dimiliki. Para orang tua juga hadir dalam kunjungan kami ini.
Acara dimulai dengan kuis. Beberapa pernyataan dasar dilemparkan. Duta Wisata PPU juga ikut bersama kami dalam aksi ini. Hadiah-hadiah kecil berupa boneka dan mainan dibagikan untuk yang berani menjawab. Karena jawaban tak harus benar untuk bisa mendapatkan hadiah.
Haru biru terjadi saat Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) PPU, Alimuddin memberikan sambutan.
"Mendapatkan pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia, dan memberikan pelayan pendidikan adalah tanggung jawab kami," ujarnya.
Filial adalah kata lain dari kelas jauh. Kelas yang dibuka di luar sekolah induk. Peruntukannya bagi siswa-siswi yang tidak tertampung di sekolah utama. Alasannya karena beberapa hal.
Nah, yang ada di sini bukan karena keterbatasan kursi atau ruang kelas. Meski berada di Kecamatan yang sama dengan ibu kota kabupaten, Kelurahan Sotek memang memiliki jarak yang tidak dekat. Apalagi untuk sarana pendidikan dari tempat tinggal siswa-siswi ini, yang jauh. Ditambah akses jalan yang jauh dari kata layak. Menambah kuatnya alasan sekolah ini berdiri.
"Saya sedih melihat ada anak-anak kita yang tidak bisa mengenyam pendidikan secara normal," katanya.
Tak mudah akunya memberikan pelayanan pendidikan yang baik untuk masyarakat. Perlu kebersamaan. Hanya segelintir dari mereka yang putus sekolah. Jadi sisanya dari mereka benar-benar masih baru untuk duduk di bangku sekolahan. Makanya rerata mereka juga memang belum bisa membaca.
Fasilitas yang ada saat ini baru ada sejak Mei lalu. Sebulan setelah ia mendapatkan informasi, bahwa ada anak tak bersekolah di PPU. Dibangun swadaya oleh masyarakat sekitarnya, para wali murid. Gotong royong membangun untuk proses belajar mengajar sementara sekolah rintisan ini. Setelahnya nanti, jika dukungan terus ada, maka akan dilengkapi dari SD induk.
"SD Filial ini menginduk pada SDN 005 Penajam, yang akan melengkapi fasilitas yang masih kurang. Tentunya melengkapi secara perlahan," ucapnya.
Alimuddin berkeinginan, untuk mengurai satu persatu masalah kompleks yang ada di sini. Dimulai dari adanya kelas filial ini. Selain kebutuhan dasar masyarakat, yaitu jalan ideal.
Kawasan permukiman sekira 120 kepala keluarga (KK) berada di areal konsesi perusahaan perkebunan. Termasuk bangunan kelas tadi. Maka itu, untuk mendirikan sekolah utama, perlu menyelesaikan masalah lahan ini dulu.
Pertimbangan juga pada peserta didik. Harus ada jaminan sekolah akan terus terisi murid-murid. Saat ini, peserta didik memang masih kurang dari 50 anak.
"Tapi saya yakin, ke depan pasti anak-anak usia sekolah akan memadai secara berkelanjutan. Saya juga sudah berkomunikasi dengan perusahaan untuk menghibahkan lahan untuk didirikan sekolah, tahun depan" bebernya.
Potensi penambahan karena adanya beberapa siswa yang sebelumnya sekolah di luar kawasan itu, akan pindah ke SD Filial karena dekat dengan tempat tinggalnya. Ada satu lagi masalah yang dijanjikan akan Alimuddin selesaikan. Yaitu memberikan kesempatan bagi para orang tua mendapatkan penyetaraan pendidikan. Melalui pendidikan paket. Karena polemik pendidikan ini tak hanya terjadi pada anak semata.
Kelas awal yang akan dibuka ini, untuk kelas 1, meski ada yang usianya sudah 12 tahun. Sedangkan untuk kelas 2 sampai kelas 6, merupakan siswa pindahan baik dari SD induk.
Beri Semangat Para Penerus Negeri
Para peserta didik di SDN 005 Filial Sotek ini juga merupakan penerus estafet kepemimpinan di masa mendatang. Jiwa mudanya harus terus diisi oleh pengetahuan, agar selekasnya dewasa bisa membawa perubahan besar bagi diri dan lingkungannya. Pengetahuan itu dibawa oleh Susanti Martha Helumual, guru penggerak yang juga wali kelas di sekolah ini.
Tak mudah juga dia bisa mengajar di sini. Dia tinggal di wilayah pusat Kelurahan Sotek, atau daerah simpang tiga yang sebelumnya dilintas rombongan media ini. Jadi dia juga harus menempuh perjalanan sekira 30 kilometer untuk bisa mentransfer ilmu pengetahuan. Waktunya seminggu empat kali.
"Saya juga mengajar di SDN 032 Penajam. Jadi sepulang dari sana saya baru masuk ke dalam untuk mengajar di sini. Mulai siang hingga sore, kadang malam hari," ucap dia.
Sebagai perwujudan guru penggerak, Martha wajib menunjukkan sifat pengajar yang inovatif.
"Tidak masalah, lebih baik satu orang yang jalan jauh, dari pada orang banyak," tutur dia membuat perbandingan antara guru dan murid.
Suka cita tadi terasa juga dari para orang tua di sana. Yang pasti mereka bersyukur, karena ada sekolah di sana. Harapannya, anak-anak mereka bisa hidup di dunia dengan bekal pengetahuannya.
"Kami merasa sangat bersyukur sekali karena telah ada sekolah," ungkap Muridi, salah satunya.
Sudah sejak medio 90-an mereka bermukim di sana. Jauh dari kata fasilitas kehidupan dasar ideal. Beragam latar belakang juga keluarga menetap di sana. Ia menceritakan betapa sulit sebelumnya untuk memenuhi harapan terhadap anaknya.
Sekolah terdekat meski ditempuh dengan jarak begitu jauh. Belum lagi mereka kesulitan karena tak memiliki kendaraan.
"Saya melihat banyak anak kecil lalu-lalang tidak sekolah di tempat ini. Dalam hati saya menangis mau jadi apa mereka kelak, bila membaca saja tidak bisa," kenangnya.
Agar para anak didik ini semangat belajar, Koordinator Gerakan SAVE PPU turut menyerahkan 43 tas sekolah, lengkap beserta alat tulisnya.
"Semoga dengan bantuan ini, dapat memberikan semangat belajar pada diri anak-anak di sini," ujar Koordinator SAVE PPU Yusuf Efendi.
Rasa itu juga disampaikan lewat seribu buku bacaan yang didonasikan plus dua rak buku.
"Buku adalah jendela dunia. Kami berikan jendela ini agar mereka bisa melihat luasnya dunia. Memberikan pengetahuan untuk generasi penerus bangsa menaklukkan dunia itu," tegas Aktivis Gembel PPU, Achmad Fitriady.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) PPU, Alimuddin turut mengapresiasi adanya aksi kepedulian ini.
"Kalian-kalian ini memang orang-orang gila!" menyebut kami.
Ia tak menyangka kami mau datang ke sana. Sanggup menempuh jarak.
"Semoga perhatian yang kalian berikan, menjadi semangat untuk anak-anak di sini," ucapnya.
Tak lama kami berada di sana. Setelah penyerahan bantuan, sekira pukul 16.00 Wita kami bersiap undur diri. Bertolak untuk kembali berjuang melintasi halang rintang (lagi). Vespa disela. Kami bergegas kembali karena surya sudah mulai menjingga.
"Gas," seru kami.
"Hati-hati, kakak," kata mereka.
Hingga larut, sekira pukul 19.00 Wita kami baru sampai di titik rehat awal tadi. Jalan terjal yang dilalui jelas lebih sulit dilintasi jika minim penerangan. Jadi membutuhkan waktu lebih lama.
Kami berkomitmen pasca aksi ini. Pengalaman ini membuat kami semua yang terlibat, lebih bersyukur mendapatkan rezeki yang sedikit lebih banyak dari mereka. Terasa lebih banyak. (***)
Tags :
Kategori :