Jalan Terjal Makmur
Sabtu 26-06-2021,11:40 WIB
Oleh: Yoyok Setiyono
Sudah hampir dua pekan imajinasi dan nurani publik Kaltim khususnya masyarakat Bumi Batiwakkal, terkoyak oleh keputusan partai Golkar mengganti ketua DPRD Kaltim.
Nomorsatukaltim.com - Narasi perebutan kekuasaan yang dipertotonkan itu dalam tradisi partai politik dalam era post truth atau yang kerap disebut sebagai politik pasca kebenaran, politik emosi yang keluar dari inti kebijakan boleh jadi merupakan hal lumrah dari seorang politisi yang haus kekuasaan.
Tapi orang seperti saya dan ribuan orang yang bukan politisi tentu memiliki harapan bahwa, semua partai politik sejatinya menjadi instrumen paling adil, instrumen yang paling bisa dipercaya dalam perilaku demokrasi.
Partai politik bukan hanya lembaga untuk merebut kekuasaan, tapi partai politik sebaiknya menjadi penjaga konsepsi paling mendasar dalam negara demokrasi yaitu rasa keadilan dan kesetaraan.
Lalu siapa yang tak mengenal Drs H Makmur HAPK, MM? Dialah pemilik suara terbanyak dalam pemilihan legislatif 2019 Kalimantan Timur. Ada 38.211 pemilih yang memiliki hak keterwakilan yang pada akhirnya mengantarkan ke posisi ketua DPRD kaltim. Dan di luar dari itu, ada ribuan masyarakat Kaltim yang lain yang memiliki harapan yang sama.
Ketika orde baru tumbang dan Partai Golkar jatuh pamor pada tahun 1998, sebagai kader dia tak bergeming oleh munculnya partai-partai baru. Dia serupa Akbar Tanjung yang menelan caci maki oleh tokoh-tokoh perubahan orde reformasi. Dia tetap konsisten hingga 30 tahun kemudian yang mengantarkannya pada posisi sekarang ini.
Seorang Makmur pada situasi lain tidak hanya dikenal sebagai seorang politisi, dia adalah bapak dan panutan bagi banyak generasi muda yang mengenalnya. Dia dapat berinteraksi dengan berbagai lapis masyarakat, menjadi tokoh lintas generasi, agama dan suku.
Dia figur yang ramah dan bisa saja mengajak berdiskusi seorang penjual kaki lima di pinggir jalan, atau menyapa duluan seorang yang pernah bertemu dengan dirinya. Namun hal seperti itu justru tidak dipublish seperti kebanyakan politisi masa kini yang haus popularitas. kita tak pernah menemukan video viral tentang dia yang marah kepada pejabat publik yang melakukan tindakan keliru. Dia cenderung bergerak secara senyap melakukan perubahan-perubahan sosial.
Beberapa tahun silam, saya dan kawan-kawan mengadakan sebuah kegiatan bakti sosial gratis bibir sumbing bagi masyarakat Berau. Sebagai Bupati Berau dia memberikan support dan arahan yang luar biasa.
Bahkan kesan positif itu muncul bagi tim medis yang kami datangkan dari Belanda dan Jepang waktu itu, Bumi Batiwakkal sangat ramah dengan tamu.
Tangan dingin seorang Makmur telah menorehkan sejarah ketika menjabat sebagai Bupati Berau. Pembangunan beberapa infrastruktur seperti Bandara Kalimarau, Pasar Adji Dilayas, dan Mesjid Agung Baitul Hikmah menjadi bagian dari pendorong perputaran ekonomi. Capaian itu tentu sangat membekas di benak dan nurani masyarakat Kabupaten Berau
Kini, jalan terjal yang dihadapinya menjadi pemantik perubahan dinamika politik di Kalimantan Timur. Reaksi publik khususnya tokoh pemuda dan dua kesultanan di Kabupaten Berau memberikan sinyal masa depan Golkar Kaltim dalam kontestasi politik 2024
Pada satu sisi Makmur yang didepak boleh jadi dianggap kemenangan bagi perebut kuasa itu. Tapi di sisi lain dalam benak public, Makmur sekali lagi telah tampil sebagai pemenang di hati banyak orang, dia adalah salah satu tokoh kharismatik yang representatif dalam masa depan kepemimpinan kaltim.
Di Negeri ini sejarah mencatat para politisi yang memiliki karakter yang kuat kerap terlempar dari sistem. Tak ada yang meragukan kemampuan dan potensi seorang Anas Urbaningrum misalnya.
Tapi tradisi dan sistem yang ada pada partai yang belakangan ini menuju politik dinasti pada akhirnya membuat dia tersingkir.
Padahal kita memiliki guru bangsa yang memberikan contoh dalam sejarah interaksi tokoh-tokoh bangsa ini. Apakah Bung Karno selalu sepaham dengan Bung Hatta? Faktanya tidak. Tapi dalam interaksi sebagai tokoh bangsa dan politisi mereka adalah dua anak bangsa yang saling mengakui.
Mereka bisa berbeda dalam gagasan, tapi kekuasaan yang melekat pada diri mereka tidak serta merta menghancurkan satu sama lain.
Kini langkah Makmur yang terhenti akibat PAW Golkar sejatinya meninggalkan jejak pesan kepada publik. Pertama; dia adalah tokoh politik yang diperhitungkan dalam kontestasi Pilgub Kaltim 2024. Kedua; langkah Golkar Kaltim adalah anomali politik, ketika publik tidak mendapatkan jawaban yang transparan maka hati dan pemihakan para pemilih kemungkinan akan mencari partai lain.
Ketiga; peristiwa ini hanya akan memperkuat penokohan Makmur secara kultural dalam hati orang-orang yang muak dengan perilaku politik yang demikian.
Seorang masyarakat awam seperti saya dan mungkin ribuan yang lain hanya bisa menulis dan menilai seorang pak Makmur dalam perspektif rekam jejak.
Rekam jejak seseoranglah yang akan diingat oleh masyarakat bagaimanapun besarnya sebuah kekuasaan yang dia miliki.
Kita berharap akrobat politik dari partai politik manapun di Negeri ini sejatinya tidak melupakan mata dan hati rakyat Indonesia. Semoga!
Tags :
Kategori :