Sektor Perhotelan Berharap Tuah Kota Penyangga

Senin 07-06-2021,16:57 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Tahun 2020 menjadi kenangan pahit bagi sektor bisnis yang sangat tergantung dengan mobilitas manusia. Seperti perhotelan, transportasi, pariwisata, restoran, dan hiburan. Memasuki 2021, sektor-sektor tersebut berharap akan ada perubahan.

Pada semester I-2021, okupansi hotel dan sektor tersebut masih belum sesuai harapan. Hal itu karena pada Mei lalu kebijakan pemerintah mengenai larangan mudik pun berdampak pada sektor tersebut. Ditambah pembatasan daerah juga memberikan dampak pada okupansi hotel. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Sahmal Ruhip menyatakan bahwa semester I-2021 okupansi mengalami peningkatan. Meski belum signifikan. “Tetapi tidak sesuai harapan. Karena saat itu jelang Lebaran harusnya bisa meningkatkan ekonomi. Namun adanya kebijakan pemerintah mendadak maka berdampak pada okupansi juga,” jelas Sahmal Ruhip saat dijumpai Minggu (6/6/2021). Meski begitu, pihaknya optimis pada semester II-2021 akan mengalami kenaikan okupansi. Mengingat pada Agustus mendatang ada informasi bahwa proyek pembangunan ibu kota negara baru akan mulai dilaksanakan. Apalagi Kota Balikpapan sebagai kota penyangga. “IKN kalau tidak salah saya dengar pada Agustus sudah mulai. Balikpapan sebagai kota penyangga bisa segera bangkit sejalan dengan pembangunannya,” ujar Sahmal Ruhip. Saat ini kondisi perhotelan masih harus bekerja keras. Apabila hotelnya memiliki jaringan maka masih bisa ditopang dengan daerah lainnya. Dia mencontohkan seperti Hotel Mesra yang punya jaringan tidak hanya di Samarinda. “Di Sangatta ada sehingga masih bisa ditopang pendapatannya. Kalau kondisinya hotel itu hanya satu sangat harus ekstra kerjanya,” akunya. Ia mencontohkan Hotel Grand Tiga Mustika sejak pandemi terpaksa tutup. Karena biaya operasional dengan tamu yang datang tak sebanding. “Karena jumlah tamunya sedikit akibat pandemi, kemudian biaya operasionalnya paling sedikit Rp 300 juta akan sulit. Seperti Hotel Mesra masih bisa karena ada di mana-mana,” tandasnya. Menurutnya, bahwa dengan melihat kondisi tersebut maka hotel sangat terdampak oleh pandemi dan pergerakan ekonomi di daerah. Bahkan hotel juga berganti manajemen. “Ini hal-hal yang perlu dilihat. Karena pandemi ini biaya produksinya besar. Apalagi hotel-hotel berbintang ini harus hidup terus listriknya,” tandasnya. Namun demikian pihaknya optimis perhotelan akan bangkit pada semester II ini. Akan tetapi pihaknya tak bisa memerkirakan okupansinya. “Kita optimis, begitu lonceng IKN ada ini (hotel) akan bergerak. Kalau okupansi saya tidak berani ngomong. Tapi yang jelas akan mengalami peningkatan. Harapannya lebih dari 10 persen,” tuturnya. Ia menambahkan, apabila pemerintah memberikan pelonggaran maka ekonomi secara tidak langsung akan bergerak dengan pasti. “Intinya kalau pemerintah melonggarkan maka ekonomi akan bergerak. Tidak ada yang memprediksikan pandemi ini,” ujarnya. Terpisah Komisaris Utama Hotel Grand Tiga Mustika Balikpapan, Liliana Widia mengatakan, bahwa hotel yang dikelolanya sudah satu tahun tidak beroperasi. “Tutup setahun karena hanya masuk 10-20 kamar itu tidak bisa. Listriknya dan lainnya tak mencukupi untuk biaya operasionalnya,” katanya. Hotel Grand Tiga Mustika memiliki 126 kamar. Dan lokasinya berada di tengah kota. Liliana menyebut sejak hotel tutup hanya 30 karyawan yang tersisa. “Karyawan ada yang tidak bekerja, ada yang sudah pindah. Sepertiganya tetap bekerja. Total karyawan yang rutin 30. Karyawan saya dulunya 80-an,” imbuhnya. (fey)
Tags :
Kategori :

Terkait