KUBAR, nomorsatukaltim.com - Banjir di Kutai Barat hingga sekarang masih meneror ratusan kepala keluarga Kampung Muara Beloan, Kecamatan Muara Pahu. Bahkan, ratusan rumah panggung warga terendam air hingga di ketinggian 1,5 meter sampai 2 meter. Berdampak terhadap hunian milik 217 kepala keluarga di Muara Beloan.
"Bertambah kapasitas air akibat hujan malam harinya. Karena sumber banjir, selain meluapnya air Sungai Mahakam, juga hujan," ujar Kepala Adat Muara Beloan Hermadi, kepada Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com, Rabu (26/5/2021).
Banjir inipun, kata Madi, sudah membuat Kampung penghasil ikan terbesar di Kubar ini terisolir. Akses jalan darat ke ibu kota kabupaten tertutup. Karena jalan akses 9 kilometer tenggelam banjir. Banjir akibat meluapnya air Sungai Kedang Pahu, anak Sungai Mahakam belum ada tanda-tanda surut. Upaya mengungsi terpaksa harus dilakukan di bukit terdekat atau bangunan yang lebih tinggi.
Menurut Sekretaris Kampung Muara Beloan, Edi Riansyah, banjir tahun ini, sudah mulai memengaruhi kehidupan warga. Dampak ekonomi mulai dirasakan. Sehingga para pihak khususnya perusahaan harus peduli. Apalagi pascabanjir dikuatirkan akan munculnya berbagai penyakit inspeksi saluran atas (Ispa). Seperti flu, batuk, demam dan gatal-gatal.
"Bantuan bahan pangan khususnya beras setidaknya sudah harus ada dari perusahaan," harap Edi dibenarkan sejumlah tokoh masyarakat setempat, Surdiansyah dan Aliajit Bustami.
Dalam waktu dekat, pemerintah kampung akan melayangkan surat permohonan bantuan sembako terutama beras dan mie instan untuk 217 kepala keluarga akibat korban banjir.
"Kita harapkan segera perusahaan memberikan bantuan dimaksud," harapnya.
Memastikan kondisi tersebut, Kapolsek Muara Pahu Iptu Muhammad Syafi'i pun meninjau korban banjir, berharap warga untuk selalu waspada. Terutama anak-anak.
"Utamakan keselamatan jiwa. Jika sudah dirasa aman baru memikirkan untuk mengevakuasi barang-barang berharga lainnya," harap Syafi'i.
Untuk diketahui, Muara Beloan, dari 12 kampung se-Kecamatan Muara Pahu adalah salah satu kampung terparah akibat banjir. Semua kawasan pemukiman terendam banjir. Lalu lintas di dalam kampung juga tidak bisa dilakukan lagi. Karena jalan hingga 60 sentimeter terendam banjir. Sehingga warga harus menggunakan perahu di dalam lingkungan kampung. (luk/zul)