Dominasi Singapura dalam Realisasi Investasi di Kalimantan Timur

Rabu 26-05-2021,13:07 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Singapura menyumbang investasi paling besar dalam Penanaman Modal Asing (PMA) di Kalimantan Timur sepanjang 2020. Ratusan proyek dikerjakan. Bagaimana prospeknya tahun ini? Dan bagaimana peluang investor lokal?

Investor asal Singapura merajai realisasi investasi di Benua Etam yang mencapai Rp 2,164 triliun. Nilai itu mencakup 256 proyek yang tersebar di beberapa daerah di provinsi ini. "PMA tertinggi tahun 2020 disumbang Singapura. Ada 49 perusahaan dengan 256 proyek yang mendapat investasi dari Singapura," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim, Puguh Harjanto, Jumat (21/5/2021). Dalam keterangan DPMPTSP Kaltim, investor asal Singapura tercatat sebagai penyumbang investasi terbesar pada triwulan II dan III 2020. Sedangkan pada triwulan pertama tahun yang sama, mereka berada di urutan 2, dan urutan 7 pada triwulan IV 2020. Namun secara akumulasi, investor dari The Lion City-julukan Singapura- tercatat mengungguli penanam modal dari 28 negara asing yang terdaftar menancapkan modalnya di Bumi Mulawarman pada 2020. Negara-negara asal investor itu antara lain; Australia di urutan kedua, Mauritius ketiga, Jerman keempat, British Virgin Islands urutan kelima dan investor Ingris yang berada di posisi enam. Seterusnya secara berturut-turut ada Korea Selatan, Malaysia, Tiongkok dan Jepang. Sedikitnya ada 13 sektor usaha yang menjadi konsen investor asal negeri jiran itu. Beberapa di antaranya seperti hotel dan restoran, industri kimia dan farmasi, industri makanan, jasa, konstruksi, pertambangan, tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan lain-lain. Menurut DPMPTSP, geliat investasi yang mengalir dari negara bersebelahan Batam itu, kembali berlanjut di triwulan I 2021. Tercatat pada periode pertama tahun ini, para pemodal dari Singapura telah merealisasikan investasinya di Kaltim. Dengan total nominal sebesar Rp 633,87 miliar. Yang terdiri 40 perusahaan. Dan mengisi sebanyak 58 proyek multi sektor di Benua Etam. Secara umum, realisasi PMA sepanjang 2020 mencapai angka Rp 5,44 triliun. Dengan sebaran mencakup 10 kabupaten-kota di Kaltim. Kabupaten Kutai Timur memberikan kontribusi paling signifikan. Dengan nilai total mencapai Rp 1,69 triliun. Atau sama dengan 31,12 persen dari seluruh PMA 2020. Nilai itu terbagi dalam 133 proyek. Sedangkan lokasi penanaman modal asing urutan kedua, ditempati Kabupaten Kutai Kartanegara. Yaitu mencapai Rp 909,94 miliar, atau 16,72 persen atas 135 proyek. Kemudian Bontang, dalam inventarisasi DPMPTSP Kaltim, berada di urutan tiga. Dengan nilai investasi sebesar Rp 800,83 miliar. Sama dengan 14,71 persen dari total realisasi PMA. Nominal investasi di Bontang itu, terdiri dari 12 proyek PMA. "Persentase kontribusi kabupaten-kota lainnya di Kaltim, berkisar 9,55 persen hingga 1,55 persen," sebut Puguh. Sementara itu, jika dilihat dari aspek penyerapan tenaga kerja, PMA di Kutai Timur berkontribusi memberi lapangan kerja pada 2.867 orang WNI, dan 52 pekerja WNA. Sedangkan di Kutai Kartanegara, PMA berkontribusi untuk memberi kesempatan kerja kepada 965 tenaga kerja Indonesia, dan 20 tenaga kerja asing. Di urutan ketiga dalam hal penyerapan tenaga kerja adalah Samarinda. Dengan 813 pekerja WNI, dan tenaga asing sebanyak 13 orang. (das/eny)

Mengapa Singapura?

Capaian realisasi investasi Kaltim pada 2020 mencapai Rp 31,38 triliun, atau 147,31 persen dari target Rp 21,30 triliun. Namun capaian ini mengalami penurunan sebesar 11,90 persen jika dibanding angka realisasi 2019. Yang sebesar Rp 35,62 triliun. Jumlah nominal realisasi itu terbagi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 25,93 triliun atau 82,65 persen. Dengan 3,924 paket proyek. Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) terealisasi sebesar Rp 5,44 triliun atau 17,35 persen, terdiri dari 778 proyek. Geliat investasi Singapura, dan umumnya investasi asing di Kaltim ini menjadi catatan menggembirakan terhadap gairah pertumbuhan ekonomi daerah. Namun pertanyaan penting di belakangnya adalah; di mana posisi investor lokal? Terkait itu, Puguh Harjanto menjelaskan, bahwasanya, jika menilik sektor-sektor usaha yang menjadi sasaran PMA, tidak banyak sektor usaha yang menuntut modal yang begitu besar. Hanya saja, yang bisa menjadi pertimbangan dalam analisis ini ialah kapasitas dan keberanian investor lokal. Menurut Puguh, sebelumnya, ruang investasi itu telah terlebih dahulu dibuka seluas-luasnya kepada investor lokal, dalam negeri maupun asing. Namun dalam realisasinya, pemodal asing, terutama yang berasal dari Singapura nyatanya lebih banyak menangkap peluang. "Ini kita sudah terbuka, tidak tertutup. Tinggal siapa yang mau masuk, silakan," ucapnya. Dalam analisisnya pula, ia melihat investor Singapura lebih banyak tertarik berinvestasi di sektor perdagangan. Meski ada sedikit di bidang industri dan pertambangan. Selain itu, investor Singapura disebut lebih unggul dari sisi mutu dan kualitas. Utamanya di bidang infrastruktur. "Memang mereka jauh lebih unggul. Kita (investor lokal) memang bisa, tapi mungkin di mutu kita kalah. Di luar soal mutu, mereka juga unggul terkait masa pemeliharaan, dalam hal pembangunan infrastruktur," jelasnya. "Katakanlah di sana itu kalau membangun, bisa 10 tahun baru masuk masa pemeliharaan bangunan, kalau di kita kan hanya tiga bulan," ujarnya. Contoh, jika membangun jalan tol, sebelum masuk ke tahap konstruksi, terlebih dahulu memangkas bukit lalu membangun trap di sisi tebingnya. Yang kemudian dipasang jaring penahan longsor. Setelah itu pun mereka akan membangun drainase berukuran besar. "Jadi kondisi sebelum dibangun, sama siapnya pada saat jalan sudah bisa dilewati. Kalau kita kan belakangan baru bikin drainase, sudah longsor baru bikin trap." Di samping itu semua, Singapura adalah markasnya para pemodal raksasa. Yang cenderung memilih membangun perusahaan di Singapura. Hanya karena satu hal; negara itu memberi kepastian hukum kepada pengusaha.

Proyeksi Investasi

Puguh menjelaskan, proyeksi realisasi investasi Kaltim ke depan, diperkirakan tidak jauh-jauh dari sektor tambang, perkebunan dan industri jasa. Seperti tahun-tahun sebelumnya. "Sama yang lagi naik ini industri makanan. Geliat industri makanan menengah ke atas masih terpusat di Samarinda, Balikpapan dan Bontang," imbuh Puguh. Baca juga: Kaltim Target Investasi Tahun Ini Rp 35 Triliun Sementara sektor kelautan, ia mengatakan masih belum terjamah dengan cukup baik. Begitu pun sektor digital, teknologi informasi, masih belum terlihat bertumbuh signifikan. Di sektor wisata, dikatakan sudah mulai membaik. "Tapi Manado belum bisa kita saingi, apalagi Bali dan NTB. Karena objek wisata kita jauh-jauh. Apalagi yang terkenal baru Pulau Derawan dan Maratua. Kalau Biduk-Biduk masih kurang terkenal di luar. Kekalahan kita di situ, aksesnya. Akses promosi dan akses jalan," pungkasnya. (das/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait