Soal Layanan Air PDAM, Ini Keluhan Warga Samarinda

Senin 17-05-2021,00:28 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, Nomorsatukaltim.com- Keluhan layanan PDAM/Perumdam Tirta Mahakam Samarinda belakangan muncul lagi ke permukaan.  Selain masalah ketersediaan, kualitas air juga sering dikeluhkan masyarakat pengguna jasa layanan air PDAM.

Salah satu warga Sempaja, Nur Hasyibah Rahma mengaku kualitas air PDAM cenderung bewarna kuning dan keruh. Meski pun tidak berbau dan tetap layak digunakan untuk kebutuhan memasak. Terkait kelancaran pasokan, ia mengaku kondisi tekanan air tidak selalu pasti. Terkadang deras, namun pada jam tertentu tekanan air mengecil dan mati.  "Dini hari pasokan air sangat deras, pagi hari kurang deras, siang kembali deras, sore mati, dan malam kembali normal," jelas Hasyibah kepada Disway Kaltim, Senin (10/5/2021). Dengan kualitas air seperti itu, biaya tagihan PDAM sekitar Rp 100 ribu per bulan pun dinilai cukup sebanding. Tidak memberatkan. Hasyibah mengaku, belum pernah melakukan komplain secara langsung kepada PDAM terkait masalah pasokan dan kualitas air. Namun, ia berharap kondisnya bisa segera diperbaiki. Di tempat berbeda, Siti Rohani tak mengeluhkan masalah ketersediaan maupun kualitas air. Baginya, kondisi air yang ia nikmati dari saluran PDAM selama ini, sudah cukup baik. Pun soal kelancaran pasokan. Namun, ia mempermasalahkan soal pembayaran tagihan. Menurutnya terkadang tak sesuai dengan pemakaian. "Di rumah cuma 4 orang. Masak sampai 30 kubik? Kayak orang jualan air saja lagi," keluh warga Kelurahan Rapak Dalam, Samarinda Seberang ini. Siti mengaku, bisa membayar tagihan PDAM berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 180 ribu per bulan. Padahal, menurutnya, pemakaian air di rumah tak sebanyak itu. Ia pernah komplain kepada manajemen PDAM terkait persoalan tersebut. Namun tak mendapat respons berarti. Mereka bersikukuh biaya tagihan sudah sesuai jumlah pemakaian. Pun begitu dengan warga Kecamatan Sambutan, Farid Wajdi Rahim. Ia mengakui jika kondisi air PDAM di rumahnya cenderung keruh. Kapasitas pasokan air tidak selalu lancar. Dan ada kemungkinan pipa PDAM luber yang menyebabkan tagihan biaya membengkak. Menurutnya itu masalah utama yang sering dihadapi warga. "Saya pakai bak penampungan tertanam di bawah, jadi biar air ngalirnya kecil, tetap bisa tertampung. Dan pakai kontrol supaya tidak luber. Tapi, air memang keruh," keluhnya. Meski begitu, Farid mengaku tidak pernah menerima jadwal pendistribusian air bergilir. Air mengalir selama 24 jam. Untuk kebutuhan air bagi empat orang anggota keluarga di rumah, Farid membayar sekitar Rp 150 per bulan. Cukup terjangkau bagi Farid. "Sebanding saja harga dengan pelayanannya," tandasnya. Terkait rencana restrukturisasi di tubuh PDAM, Farid berharap, proses penunjukkan pengurus dapat dilakukan secara profesional dan independen melalui fit and proper test.  "Harus mengutamakan pelayanan publik dan manajemen PDAM tidak diintervensi pemda setempat, kecuali pengawasannya," pesannya. (krv)
Tags :
Kategori :

Terkait