Kukar, nomorsatukaltim.com – Menjadi juara kedua di Kejurprov Gulat untuk kelompok umur dan junior pada 9-11 April lalu. Bagi Kukar, adalah sebuah pencapaian bagus. Karena selain persiapan mereka yang pendek. Sang juara umumnya adalah … Samarinda.
Ketua Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI) Kukar, Joni Ringgo. Yang turut hadir di GOR Gulat Samarinda saat kejurprov itu. Pulang ke Tenggarong dengan perasaan penuh bangga. Lantaran anak asuhnya berhasil meraih 34 medali. rinciannya, 15 emas, 9 perak, dan 10 perunggu.
Samarinda yang masih berstatus sebagai pusat kekuatan cabor gulat di Kaltim. Meraih 35 medali. 18 emas, 11 perak, dan 6 perunggu. Selisih 3 medali emas dari Samarinda dianggap Joni adalah sesuatu yang besar.
Mengingat, persiapan yang dilakukan kontingen Kukar baru intens selama sebulan terakhir. Karena sejak Maret tahun lalu, atlet hanya berlatih secara mandiri. Jadi ketika turun ke kejurprov yang notabene adalah kejuaraan pertama mereka selama pandemi. Tim pelatih tak memberi target muluk-muluk.
"Secara umum sangat puas lah, karena ada event ini, dengan persiapan selama sebulan, target yang dicapai pun sangat baik," ujar Joni Ringgo pada nomorsatukaltim.com.
Hal baik lainnya, jika berkaca pada kejurprov tersebut. Ternyata, level Kukar nyaris mendekati Samarinda. Kukar bahkan lebih unggul di kategori putri. Namun diakui Joni, Kota Tepian saat ini punya progres pembinaan yang lebih baik. Regenerasi berjalan. Kemampuan atlet di setiap kategori merata. Artinya secara kontinyutas, Samarinda masih berada di level berbeda.
"Artinya untuk Kukar, kita lebih siap di nomor putri," lanjut Ringgo lagi.
Berbicara regenerasi atlet, diakui Ringgo jadi satu dari sekian masalah yang dimiliki atlet gulat yang ada di Kaltim, terlebih Kukar. Regenerasi tidak berjalan secara maksimal.
Di beberapa kejuaraan misalnya, pegulat muda tampak belum siap melampaui para seniornya. Sehingga ketika Kaltim terlibat di kejuaraan berskala nasional. Belum banyak pegulat muda yang ambil bagian.
Hal ini diakuinya bisa menimbulkan efek domino. Kurangnya jam terbang atlet muda bisa menghambat proses regenerasi itu sendiri.
"Harapan harus ada kaderisasi dari sekarang, untuk menambah jam terbang, perlu ditempa lebih kuat lagi atlet-atlet junior itu," pungkasnya. (mrf/ava)