Jaga Harga, Bulog Kaltimtara Tambah Penyerapan Beras Lokal

Kamis 22-04-2021,19:00 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Perum Bulog Kantor Wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara menargetkan peningkatan penyerapan beras petani lokal. Upaya ini selain untuk menjaga produksi beras lokal, juga untuk menjaga stabilitas harga.

Pimpinan Wilayah Bulog Kanwil Kaltimtara, Arrahim K. Kanam mengatakan, penyerapan beras lokal merupakan salah satu tugas Bulog dalam menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga pangan pada tingkat konsumen dan produsen.  Baik itu jenis pangan pokok beras, jagung dan kedelai. Kebijakan itu, menurut Arrahim juga sebagai bentuk pemenuhan ketahanan pangan. Yang merupakan salah satu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai perserorangan. “Kalau ketersediaan pangan cukup, baik jumlah maupun mutunya, maka bisa dipastikan negara memiliki ketahanan,” ujarnya, Kamis (22/4). Merujuk Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Bulog menjadi bagian penting dari tugas menjaga ketahanan pangan. Yang terbagi dalam 3 pilar. Dari tiga pilar itu, adalah Bulog mengutamakan produksi dalam negeri untuk pengadaan. Di mana melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Langkah itu dilakukan untuk menjaga harga di tingkat petani dan menjaga kecukupan stok melalui pengadaan gabah beras dalam negeri. Arrahim kembali mengungkapkan bahwa dengan tugas yang diemban itu maka Bulog harus menyerap beras lokal. “Karena target penyerapan beras lokal setiap tahun naik. Tahun ini ditarget 8 ribu ton. Tahun lalu berhasil menyerap 6.200 ton,” tutur Arrahim. Untuk menyerap beras petani juga harus memenuhi syarat kualitatif dan kuantitatif. Hal itu berdasarkan pada Peraturan Menteri Perdagangan Tahun 2020. Syarat kualitatif itu terdiri dari bebas hama dan penyakit, bebas bau busuk, asam atau bau-bauan asing, bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan baik secara visual maupun secara organoleptik. Sedangkan syarat kuantitatif. Adalah pemeriksaan komponen beras dengan melihat kadar air, butir patah, menir dan keasamannya. Menurut Arrahim, acuan itu karena beras yang diserap oleh Bulog juga harus mampu bertahan di gudan penyimpanan. Dan mempertahankan kualitas komoditas. “Standar itulah yang harus dipenuhi karena barang disimpan dalam jangka pendek dan panjang,” ujarnya. Pada Maret-April petani sedang masa panen. Dan jumlah yang sudah diserap sebanyak 400 ton. Jumlah itu dari Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Timur. “Jumlah itu akan bertambah setiap minggunya. Didominasi oleh Babulu. Daerah yang lain serapannya masih kecil. Ya itu tadi kualitasnya belum memenuhi sesuai standar tersebut,” katanya. Namun demikian, Bulog tetap meningkatkan serapan pengadaan beras lokal. Dan pada tahun ini ditargetkan 8.000 ton. Terpisah Parno seorang petani dari desa Sebakul Makmur, Babulu, PPU mengatakan, pembelian beras oleh Bulog sangat membantu petani. “Karena selama pandemi, petani juga kesulitan untuk menjual beras. Karena pemasarannya agak susah. Pasar lesu juga pandemi tidak ada kegiatan,” kata Parno. Diakuinya, panen kali ini tidak begitu besar karena kerusakan pada tanaman yang disebabkan hama. Terkait harga yang ditawarkan oleh Bulog tersebut sudah cukup kompetitif sesuai dengan kualitasnya. “Adapun harga beli dari Bulog sebesar Rp 8.300 per kilogram. Kalau tidak ada Bulog saat pandemi kemarin enggak tahu sudah pemasarannya ke mana,” ujarnya. Kehadiran Bulog di tengah petani dapat membantu pemasaran yang kini sulit. Dia mengaku kendala petani dalam tanam padi adalah kurangnya sarana dan prasarana. Sehingga berakibat pada kualitas beras yang kalah bersaing dengan daerah di Jawa atau Sulawesi. “Apalagi kadar asam tanah masih tinggi. Kualitasnya beda yang dihasilkan,” tambahnya. (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait