Kongkalikong Penelitian Muasal COVID-19 di China

Rabu 21-04-2021,23:21 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

China pada dasarnya mendikte kesimpulan yang diambil dalam penelitian muasal COVID-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketika para pejabatnya mengunjungi China pada Januari dan Februari 2021.

DIREKTUR Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus rupanya tidak mempercayai laporan para penyelidiknya sendiri tentang asal-usul pandemi COVID-19. Dia memiliki banyak alasan untuk bersikap skeptis. Otoritas China dan penyelidik WHO yang percaya diri dengan susah payah menghindari pemeriksaan serius tentang kemungkinan virus SARS‑CoV‑2 lolos dari laboratorium di Wuhan, China. Menurut analisis Anthony Ruggiero di The National Interest, laporan tersebut bukanlah kesimpulan yang diteliti secara saksama. Melainkan kumpulan pendapat tim WHO yang disaring melalui Partai Komunis China. Laporan tersebut maupun kepemimpinan WHO saat ini tidak dapat menjawab kekhawatiran utama dunia untuk mencegah timbulnya pandemi lainnya kelak. Selama konferensi pers pada 9 Februari di Beijing pada akhir perjalanan, WHO dan China sepakat melabeli teori asal mula virus dari laboratorium sebagai “sangat tidak mungkin”. Sambil memperkuat klaim Partai Komunis China bahwa pandemi dimulai di luar China. Dua hari kemudian di Jenewa, Swiss, Tedros mengatakan, semua hipotesis akan diselidiki. Meskipun demikian, laporan akhir tetap menggunakan pandangan yang disukai China dengan menolak teori asal mula virus dari lab Wuhan. Asal mula pandemi COVID-19 di laboratorium China bukanlah karya ahli teori konspirasi, kata Ruggierotetapi ada bukti tidak langsung yang mendukungnya. Shi Zhengli, ilmuwan terkemuka yang mempelajari virus corona baru di Institut Virologi Wuhan dan disebut oleh rekan-rekannya sebagai “perempuan kelelawar”, pada Februari 2020 bertanya-tanya apakah virus itu berasal dari institut tersebut. Kejujuran Shi digantikan oleh propaganda China yang memperkuat berbagai teori mengenai kemunculan virus dari luar China. Sayangnya, meski tidak mengherankan, beberapa cerita tersebut tetap dimasukkan dalam laporan WHO. Tim WHO juga tidak menyelidiki aktivitas di Institut Virologi Wuhan dan justru lebih memilih untuk mempercayai jawaban yang mereka terima. Anggota tim WHO Peter Daszak mengakui, tim WHO tidak fokus pada apakah China menutupi asal-usul virus COVID-19. Kecelakaan laboratorium mungkin saja terjadi. Termasuk di China pada 2004. Para diplomat Amerika melaporkan pada 2017-2018, sejumlah ilmuwan Institut Virologi Wuhan khawatir tentang “kekurangan serius teknisi dan penyelidik terlatih yang diperlukan untuk secara aman mengoperasikan laboratorium dengan kebutuhan pencegahan penyebaran tinggi”. Teori asal zoonosis, di mana manusia terinfeksi oleh kelelawar atau kelelawar melalui spesies perantara, memiliki bukti yang lebih sedikit. Laporan WHO mencatat, lebih dari 80 ribu sampel satwa liar, ternak, dan unggas dari 31 provinsi di China diuji virusnya dan semua hasilnya negatif. Shi awalnya bingung. Karena wabah COVID-19 muncul di Wuhan. Bukan di provinsi-provinsi subtropis selatan tempat dirinya memimpin upaya pengawasan virus COVID-19 di China. Di situlah letak masalah inti teori zoonosis: bagaimana virus dapat menyebar jauh tanpa menginfeksi siapa pun di sepanjang jalan? Laporan tersebut menunjukkan, wabah virus itu bisa muncul melalui makanan beku atau cara lain dari provinsi-provinsi selatan atau dari luar China. Namun, itu tampaknya kurang bisa dipercaya dibandingkan teori wabah virus yang melarikan diri dari laboratorium di Wuhan, titik nol untuk pandemi global. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhirnya menyadari: WHO telah menghabiskan lebih banyak waktu untuk membantu dan bersekongkol dengan pemerintah China daripada melindungi kesehatan masyarakat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyuarakan kekecewaan itu pada Maret 2021, “Kami memiliki kekhawatiran nyata tentang metodologi dan proses penyusunan laporan WHO. Termasuk fakta bahwa pemerintah di Beijing tampaknya telah membantu menulisnya.” Tedros menolak elemen penting dari laporan tersebut selama konferensi pers saat mengumumkannya. Dia secara khusus menyerukan akses yang lebih besar ke data dan menolak kesimpulan laporan bahwa kebocoran laboratorium “sangat tidak mungkin”. Ia dengan tegas mengatakan, “Semua hipotesis tetap dipertimbangkan”. Meskipun direktur jenderal WHO pantas mendapatkan pujian karena menantang laporan tersebut, dia tidak bertindak cukup jauh. Tedros seharusnya menyampaikan kekhawatirannya secara tertulis atau menahan rilisnya laporan sampai memenuhi standar yang sesuai. Laporan WHO tersebut mencatat terdapat 76.253 orang antara Oktober dan Desember 2019 dengan penyakit yang kompatibel dengan penyakit virus corona baru. China hanya memberikan informasi tentang 92 kasus. Sekitar 200 ribu donor darah dilakukan setiap tahun di Wuhan. Tetapi China belum memberikan akses ke sampel tahun 2019 yang dapat diuji untuk mengetahui tanda-tanda virus itu telah beredar sebelum Desember 2019. Anthony menegaskandiperlukan investigasi yang benar-benar independen untuk mencegah pandemi berikutnya. Namun, China harus lebih transparan dan menyetujui penyelidikan forensik di laboratorium Wuhan. Tekanan berkelanjutan di WHO dapat mengarah pada penyelidikan nyata. Tetapi pemerintahan Biden mungkin perlu memanfaatkan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengotorisasi penyelidikan. Bahkan jika China memveto upaya tersebut, keadaannya kelak tidak mungkin akan lebih buruk. WHO membutuhkan kepemimpinan baru. Tedros telah membantu menciptakan situasi kali ini dengan tidak menghadapi China secara lebih tegas sejak awal. Pemerintahan Biden harus bekerja dengan negara-negara yang berpikiran sama untuk memilih calon baru direktur jenderal WHO dalam pemilihan tahun depan. Anthony menyimpulkansatu-satunya pencapaian laporan WHO adalah menunjukkan bagaimana organisasi itu berfokus untuk menyenangkan pemerintah pusat China di Beijing. Itu adalah ujian penting bagi Presiden Biden. Presiden China Xi Jinping akan menang dengan gemilang jika laporan WHO masih tetap berlaku. Lebih buruk lagi, upaya dunia untuk menemukan asal mula pandemi COVID-19 terkait erat dengan misi utama kesehatan masyarakat: mencegah wabah berikutnya dari penyakit mematikan dan memiskinkan secara global. (mmt/qn) Sumber: Disetir China, Laporan Asal Mula COVID-19 WHO Cacat
Tags :
Kategori :

Terkait