Produksi Migas Indonesia Masih Rendah, Pemerintah Andalkan Impor

Selasa 20-04-2021,04:51 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Jakarta, nomorsatukaltim.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tahun ini menargetkan produksi minyak sebesar 705.000 barel per hari (bph). Produksi ini memang lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan minyak dalam negeri sekitar rata-rata 1,6 juta bph.

Sekretaris SKK Migas Taslim Yunus mengatakan, produksi yang masih jauh dari kebutuhan menyebabkan mau tidak mau impor harus tetap dilakukan. Kondisi ini menurutnya sudah terjadi sejak 2006. “Impor enggak bisa dihindari,” ungkapnya, Senin (19/4). Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilis data ekspor impor untuk Maret 2021, impor migas Maret lalu melonjak 74,74 persen (month to month) menjadi USD  2,28 miliar dari USD 1,30 miliar pada Februari 2021. Berdasarkan data BPS, peningkatan nilai impor migas ini disebabkan oleh bertambahnya nilai impor minyak mentah sebesar 239,9 persen atau sebesar USD 532,8 juta dan hasil minyak naik 58,61 persen atau USD 448,7 juta. Impor minyak mentah pada Maret 2021 naik 239,9 persen menjadi USD 754,9 juta dari USD 222,1 juta pada Februari 2021. Dari sisi hulu minyak dan gas bumi, Taslim mengatakan, produksi minyak mentah nasional saat ini masih sekitar 677 ribu barel per hari (bph). Kurang sekitar 20 ribu bph dari target 705 ribu barel per hari. Dari sisi pasokan minyak mentah saja masih kurang sekitar 2-2,5 juta bph. Ini artinya, lanjut dia, kekurangan pasokan minyak mentah ini mau tidak mau dipasok dari impor. “Produksi minyak 677 ribu bph. Masih 96 persen dari APBN. Kurang 20 ribu bph. Atau setara 2 juta-2,5 juta barel barel untuk tiga bulan mungkin atau setara tiga hari impor,” ujarnya. Sebelumnya, Pri Agung Rakhmanto, ahli ekonomi energi dan perminyakan Universitas Trisakti dan juga pendiri ReforMiner Institute, berpandangan bahwa lonjakan impor migas ini wajar. Pasalnya, harga minyak naik sekitar 5-6 persen. “Nilai impor migas naik karena harga minyak juga meningkat. Paling tidak 5-6 persen,” ungkapnya, Jumat (16/4). Selain kenaikan harga minyak, menurut dia, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional per bulan sejak awal tahun ini juga terus meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan perekonomian yang mulai tumbuh. Dia mengatakan, aktivitas industri, manufaktur khususnya, mulai pulih. Dengan membaiknya perekonomian bisa mengembalikan tingkat konsumsi BBM yang sempat anjlok 20 persen pada 2020 lalu. “Jadi, kombinasi kedua faktor itu (peningkatan harga dan konsumsi BBM) terutama yang berkontribusi terhadap peningkatan nilai impor migas kita,” ujarnya. (cnbc/qn) Sumber: Produksi Drop, 3 Bulan Impor Minyak Nambah 2,5 Juta Barel!
Tags :
Kategori :

Terkait