Ekspor Hasil Laut Kaltim Bergairah, Perlu Tambahan Kuota Kargo

Kamis 15-04-2021,12:40 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Ekspor hasil kelautan dan perikanan semakin menunjukkan gairah positif. Kini tidak hanya kepiting bakau. Sejumlah komoditi ikan laut juga mulai diekspor ke Shanghai, China.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kaltim bersama Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu (BKIPM) Kelas I Sepinggan Balikpapan melepas 10,5 ton atau 35 ribu kepiting bakau untuk diekspor. Bersamaan dengan itu, otoritas juga mengirim ikan kerapu segar, kakap segar dan ikan bawal segar, dengan volume 2 ton. Secara keseluruhan nilainya mencapai sekitar Rp 7,3 miliar. "Jadi secara keseluruhan kurang lebih kita ekspor sekitar 12,5 ton," ujar Kepala Balai KIPM Eko Sulystianto, Rabu (14/4/2021). Menurutnya, pengiriman 12,5 ton hasil laut itu bersamaan dengan peresmian Bulan Mutu Karantina (BMK) 2021. Yang bertema Indonesia Satu Ekspor Perikanan, serentak dilakukan 37 Unit Pelaksana Tugas (UPT) BKIPM secara nasional. Volume ekspor nasional secara kumulatif 11.637 ton atau setara dengan USD 69.437.495. Hasil perikanan Indonesia diekspor ke 40 negara. Jenis komoditasnya pun beragam. Mulai dari rumput laut, ikan-ikan demersal, tuna, rajungan, cumi, ikan terbang, ikan pelagis, surimi, kerang, kepiting, ikan bawal, bekicot, paha kodok, nila, kerapu dan udang. Eko menilai pertumbuhan nilai ekspor Kota Minyak, perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya orotitas Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan. "Ekspor hasil perikanan ini sebagai pendorong industri perikanan kita," tukasnya. Ia berharap Angkasa Pura I bisa menambah kuota penerbangan langsung ke Shanghai tanpa perlu transit di Jakarta. Untuk mengakselerasi percepatan pengiriman produk-produk hasil tangkap maupun budi daya perikanan. "Tadi Pak GM (General Manager Angkasa Pura I) juga hadir dan memberikan support. Mudah-mudahan ada solusi dalam waktu dekat," ujarnya. Menurutnya, selama ini kendala yang dihadapi daerah karena adanya pembatasan kuota muatan sampai 8 ton. Sementara produksi di daerah bisa mencapai 10 sampai 12 ton. Ia menyebut saat ini baik otoritas bandara, bea cukai dan instansi terkait sedang menggarap akselerasi pengangkutan dan penerbangan langsung ke Negeri Tirai Bambu. "Sisanya (kelebihan kuota 8 ton) ini harus domestik. Jadi ke Jakarta dulu, nanti dari Jakarta kemudian diterbangkan ke Shanghai. Jadi mudah-mudahan ke depannya ada penerbangan langsung tidak perlu transit," terangnya. Senada, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kaltim Riza Indra Riyadi menyebut, kehadirannya di Kota Beriman merupakan yang kedua kalinya, terkait hal sama. Yakni menerbangkan komoditas laut sebagai produk ekspor ke China. "Kami akan terus berkoordinasi dengan Angkasa Pura I dan Bea Cukai untuk bisa meningkatkan lagi ekspor ini. Karena begitu banyak komoditi yang bisa diekspor tapi kuota penerbangannya kurang," ujarnya. Riza berharap pemerintah pusat bisa memfasilitasi ekspor perikanan ini. Karena yang terpenting, kata Riza, adalah bagaimana supaya nelayan di Kaltim bisa menikmati hasil kerja kerasnya. "Dulu dinikmati oleh pengepul. Nah, sekarang perusahaan langsung mengambil dari nelayan-nelayan tadi, untuk langsung diekspor. Jadi harga tertinggi yang akan didapatkan oleh nelayan. Otomatis itu akan meningkatkan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan para nelayan," urainya. Ia mengaku belum mendapat data detail tentang peningkatan kuota ekspor selama lima tahun terakhir. Namun menurutnya peningkatan itu bisa diukur dengan kuota yang terus bertambah. "Artinya makin tinggi kebutuhan kuota kargo, semakin banyak komoditi yang dijual langsung. Begitu juga dengan pemenuhan kebutuhan kepiting dan udang di restoran-restoran kita semakin terbatas. Ini membuktikan semakin banyak yang diterbangkan untuk ekspor," katanya. Menurutnya, Kaltim memerlukan armada yang bisa mengangkut jumlah komoditi secara kumulatif sebesar 18 ton. Namun, armada yang melayani pengangkutan dan penerbangan yakni Garuda, baru mampu menyediakan kuota sekitar 14 ton. "Ada 18 ton kebutuhan kita, itu pun belum digabung dengan produksi dari Makassar. Jadi masih diperlukan (kuota) lagi," imbuhnya. (ryn/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait