RT 11 Muara Pegah Nikmati Listrik Tenaga Surya, Hemat Pengeluaran Jutaan Rupiah

Jumat 04-10-2019,20:39 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Suasana lingkungan RT 11 Muara Pegah, Kelurahan Muara Kembang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Kini semua rumah menggunakan listrik dari tenaga surya. (Ferry Cahyanti/Disway Kaltim)

Muara Jawa, DiswayKaltim.com – Sejak Desember 2018, warga RT 11 Muara Pegah, Kelurahan Muara Kembang Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sudah bisa menikmati listrik dengan tenaga surya.

Selain ramah lingkungan. Listrik dari tenaga surya juga membuat warga berhemat. Sebelumnya harus mengeluarkan Rp 2-3 juta setiap bulan untuk membeli solar genset.

Hal itu disampaikan Ketua RT 11 Muara Pegah Sudirman saat dijumpai Jumat (4/10/2019).

“Untuk beli solar sebagai bahan bakar genset, kami harus menyeberang ke Handil. Memang untuk membelinya tidak setiap hari, mungkin 3 hari sekali dengan jumlah 40 liter. Dengan harga solar Rp 5.000 per liter. Jumlah itu bukan hanya untuk listrik tapi juga mencari ikan karena keseharian kami bernelayan,” ungkap bapak satu anak ini. Untuk menuju Muara Pegah, harus menyeberang menggunakan kapal. Lokasinya sekitar 20 kilometer dari Handil darat. Muara Pegah ditinggali satu RT dengan 200 jiwa penduduk. 49 kepala keluarga.

Puluhan tahun lamanya warga Muara Pegah menerangi daerahnya dengan genset. Tapi kini telah mendapatkan bantuan Solar Home System (SHS). Bantuan Pertamina Hulu Mahakam (PHM) melalui Program Kembang Bersinar.

Meski sudah memiliki energi listrik dengan daya 600 watt masing-masing rumah. Pada pagi hingga sore hari warga terbiasa tak menggunakan listrik. Pasalnya, itu dilakukan untuk menghemat daya listrik untuk malam hari.

“Tapi kalau cuaca panas sekali pada siang hari kami bisa gunakan juga untuk dengarkan musik atau televisi. Tergantung cuaca juga,” ungkap Sudirman yang berprofesi sebagai nelayan.

Dia mengaku tenaga surya sangat membantu. Bahkan bisa berjualan dimana pergerakan ekonomi di Muara Pegah mulai terasa.

“Banyak membantu masyarakat, sekarang sudah bisa jualan. Dulu gak punya kegiatan setelah melaut,” pungkas Sudirman.

Agar peralatan SHS tersebut bisa terus digunakan sepanjang waktu. Ada iuran yang dikenakan ke masing-masing kepala keluarga atau rumah. Rp 100 ribu setiap bulan. Menurutnya, iuran itu untuk biaya perawatan. Ataupun membeli alat jika SHS rusak.

Heriyadi, Maintenence Electric HCA yang ditugaskan mengecek SHS menjelaskan, semua peralatan SHS hingga instalasi merupakan bantuan PHM. Termasuk bantuan tiga lampu DC masing-masing kepala keluarga.

“Kita diminta setelah barang dipasang sosialisasi ke masyarakat di sini. Gimana perawatannya, biar masyarakat lebih paham. Juga cara pemasangannya. Setelah saya lihat beberapa ada yang perlu diperbaiki,” jelasnya.

Sedangkan untuk pemeliharaan selanjutnya, ditangani Badan Pengelola Listrik Tenaga Surya (BPLTS) yang baru saja terbentuk. “Pemeliharaannya BPLTS ada lima orang, empat orang warga di sini, satu orang LPM. Mereka dapat pelatihan teknisi ke Surabaya,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Head of Media & Communication Department Weanny Hikmat mengharapkan bantuan peralatan ini bisa membantu warga untuk memenuhi kebutuhan listrik.

“Mudah-mudahan apa yang sudah dibantu saat ini bisa membantu sesuai harapan dalam belajar dan aktivitas sehari-hari,” imbuhnya. (fey/eny)

Tags :
Kategori :

Terkait