Mengikuti pelayaran tugboat dan tongkang Lintas Samudera (Lisa) selama sepekan memberi perspektif baru bagi saya: penyediaan bahan baku penggerak turbin pembangkit listrik di Kalimantan Timur tak hanya butuh pengalaman sang nakhoda. Tapi juga nyali dan keberuntungan.
Oleh: Darul Asmawan
Nomorsatukaltim.com - BETAPA para pekerja di kapal tunda harus melalui sejumlah rintangan. Mereka juga mengelola banyak risiko dalam pelayaran. Namun, masih ada cerita yang lebih menegangkan dari proses menyuplai batu bara untuk PLTU Embalut. Yakni ketika mineral bumi itu diangkut dari hilir ke hulu. Menarik tongkang melawan arus dalam kondisi muatan penuh.
Pagi-pagi sekali, pukul 06.30, Kamis (18/2), Kapal Lintas Samudera (Lisa) 53 lepas tambat dari kilometer 10 Sungai Senyiur. Memutar arah kembali ke hilir. Beriringan dengan sejumlah tongkang yang tambat di sisi sungai malam itu. Tepat pukul 07.00, selaras dengan perhitungan, tongkang melintas di Desa Muara Siran. Sesuai dengan waktu di mana alur pelayaran diperbolehkan kembali oleh warga desa.
Selanjutnya menjelang siang, Lisa keluar dari muara Sungai Senyiur. Melalui wilayah Muara Kaman. Yang terdapat salah satu pura tertua dan terbesar di luar Bali itu. Serta melewati beberapa kawasan industri di bantaran sungai. Yang salah satunya adalah sub dermaga pengisian batu bara milik PT Bayan Resources, Tbk.
Belakangan, Yaslim menjelaskan, sub dermaga itu berfungsi apabila aliran Sungai Senyiur sedang surut di musim kemarau. Maka tongkang ketika mengisi muatan di dermaga induk, hanya setengah kapasitas tongkang. Selanjutnya menambah muatan di sub dermaga tersebut.
"Kalau air sungai tidak terlalu dalam, biasanya kalau kemarau, tongkang tambah muatan di situ. Dari hulu, dermaga induk, muatannya setengah saja," ucap Yaslim, menjelaskan ketika kapal melintasi sub dermaga itu.
Lalu, KM Citra Belayan 07, melepas Lisa 53 melanjutkan pelayaran siang itu. Yang kedatangannya di Tanjung Batu sudah dinantikan. Untuk segera membawa batu bara pesanan PLTU Embalut.
Lisa 53 berlayar sepanjang hari. Menuju peraduannya. Untuk segera membongkar gunungan batu berwarna hitam legam yang kaya mineral. Menambah pundi-pundi stok bahan baku pembangkit yang terintegrasi ke sistem distribusi listrik mahakam. Yang suplai listriknya meliputi wilayah Balikpapan, Samarinda, Tenggarong dan Bontang.
Berita Terkait:
Tambat Malam, Pesiar ke Muara Siran
Pukul 16.30 tugboat dan tongkang milik PT Duta Lintas Samudera ini tiba di Tanjung Batu. Merapat ke dermaga secara seksama. Para awak Lisa 53 sudah siap dengan pakaian safety. Mereka bertugas melepas terpal penutup. Dan menyerah terimakan barang pesanan itu. Selanjutnya, giliran para kru dermaga PLTU Embalut. Melakukan pekerjaannya membongkar batu bara dari dalam tongkang.
"Biasanya proses membongkar batu bara ini dua hari. Jadi, kita tinggal saja dulu," ujar Jumardin.
Oleh karenanya, Lisa 53 kemudian meninggalkan tongkang pasangannya itu. Kembali ke lokasi tambat di sebuah dermaga kecil di tengah permukiman atas air warga, Desa Tanjung Batu. Yang di ujung jalan sempit itu. Tempat semula Lintas Samudera bertolak memulai pelayaran.
MELAWAN ARUS
Pada satu waktu dalam pelayaran ini, kapten Jumardin berusaha mengais ingatannya. Mengisahkan tugas berat yang pernah diemban selama beberapa tahun. Yakni ketika Lisa 53 ditugaskan untuk mengangkut batu bara dari wilayah Kutai Lama dan Sangasanga di hilir Mahakam, ke PLTU Embalut di Tanjung Batu, Tenggarong Seberang. Jumardin menyebut pekerjaan ini seperti mempertaruhkan nyawa.