Pukul 05.30, batu bara baru mulai ditumpahkan ke dalam tongkang. Dari mulut konveyor yang berada sekitar 30 meter di atas tongkang. Emas Hitam itu terus berguguran tanpa henti. Membentuk gunung-gunung di perut tongkang Lintas Samudera. Tapi kesempatan untuk lepas tambat pukul 05.00 sepertinya telah pupus. Kini Jumardin hanya berharap pada peluang kecil lepas tambat pukul 06.00.
Para awak Lisa 53 berjaga di buritan tongkang. Mereka siaga menunggu instruksi master loading-sebutan untuk operator konveyor. Agar segera melepaskan tali tambat tongkang untuk bergeser ketika tumpukan batu bata sudah di rasa cukup tinggi. Kemudian mencetak tumpukan lainnya. Hal itu karena konveyor tersebut bersifat statis. Tidak dapat bergeser. Artinya tongkang lah yang mesti digeser.
Pukul 06.30, baru dua gunungan batu bara yang terbentuk. Loading master memerintahkan awak Lisa 53 menggeser tongkang. Namun secara bersamaan ia mengabarkan bahwa para pekerja di dermaga akan melakukan over sip. Selama kurang lebih 30 menit.
Seketika Jumardin termenung. Kehilangan semangat. Peluang atas perhitungannya telah tertutup total. Ia mulai membayangkan pekerjaan berat dalam pelayaran pulang. "Sepertinya sudah lambat kita kalau mau lolos di kampung sebelum malam. Terpaksa tambat lagi semalam," ucapnya pelan.
Memang ada peraturan warga setempat. Supaya aktivitas tongkang berisi muatan dari hulu tidak berlayar waktu malam hari. Berbeda dengan tongkang kosong dari hilir. Justru disarankan berjalan di malam hari. Jika waktunya tidak mengejar, maka Lisa 53 terpaksa harus tambat lagi semalam.
Proses memuat dilanjutkan pukul 17.15. Dan satu jam kemudian, empat gunungan batu bara telah terbentuk di atas tongkang. Dan batu bara berhenti tercurah dari dari konveyor.
Tapi sesaat kemudian, Hafidz yang tengah sibuk membuat hitungan dengan rumus-rumus rumitnya. Berbicara dari atas speed boat. Melalui radio yang tersambung ke radio miliki master loading dan ruang kemudi Lisa 53.
"Tambah 60 ton," begitu suara tegas Hafidz.
"Roger, tambah 60 ton," sahut suara di radio tanpa membantah instruksi pemuda yang berprofesi sebagai surveyor PT Jasa Mutu Mineral Indonesia (Coal Laboratory & Inspection) itu.
Segera setelah menunggu sekitar lima menit. Mulut konveyor kembali memuntahkan kerikil hitam batu bara. Dan hanya butuh sekitar 15 menit. Semuanya berhenti. Yang selanjutnya tinggal menunggu proses serah terima dokumen. Dari pihak dermaga kepada kapten dan surveyor Hafidz.
Kapten pun bersiap, menunggu jemputan speed boat yang ditumpangi Hafidz. Mereka akan menuju daratan. Kantor dermaga untuk menyelesaikan semua urusan administrasi dan menandatangani dokumen. Sementara para awak Lisa 53 mulai melepas ikatan tali tongkang. Agar segera lepas tambat. Sebab tongkang selanjutnya sudah menunggu untuk merapat. Sandi mengambil kendali kemudi dan membawa Lisa 53 ke hadapan haluan tongkang. Buritan tugboat didekatkan. Sejumlah kru memasang tali gandengan. Sesaat setelahnya Lisa 53 lepas tambat menarik tongkang Lisa 68. Tepat pukul 08.20, Selasa 16 Februari 2021. (bersambung/dah)