Amir menuju dek paling bawah, di lambung kapal. Itulah ruang mesin Lisa 53. Amir bertugas menghidupkan dua mesin Yanmar 1.200 PS yang sudah sejak siang diistirahatkan. Sementara awak yang lain, segera naik ke tongkang. Beberapa orang bertugas melepas tali tambat. Dan beberapa memasang tali gandengan di buritan tongkang.
Menuju dermaga, tongkang akan ditarik mundur. Atau dari sisi buritan. Sehingga posisi ketika sandar dan mengisi batu bara di dermaga, haluan tongkang sudah dihadapkan ke hilir sungai. Sebab, sungai di hadapan dermaga, tak cukup lebar untuk manuver memutar arah tongkang.
Setengah jam kemudian, tali tambat terlepas. Dengan kekuatan optimum, Lisa 53 menarik tongkang memutar arah buritan. Lalu berlayar pelan-pelan sejauh tiga kilometer. Proses ini berlangsung kurang lebih satu jam.
Memasuki dini hari, Selasa 16 Februari, pukul 00.30, kawasan dermaga mulai terlihat. Ada tiga dermaga, masing-masing dengan konveyor, yang sedang mencurahkan batu bara ke dalam tongkang. Kawasan itu terlihat begitu gemerlap dalam kegelapan di tengah hutan di pinggir Sungai Senyiur.
Lisa 53 menarik tongkang ke tambatan di ujung dermaga. Untuk menunggu proses memuat batu bara di dermaga nomor dua selesai. Lisa 53 menunggu selama kurang lebih 2,5 jam.
Pukul 03.00 Wita, perintah merapat terdengar dari radio. Tongkang yang sebelumnya mengisi batu bara di dermaga 2 perlahan lepas tambat. Lisa 53 menarik tongkang gandengannya. Perlahan-lahan menuju ke hulu. Sambil mengulur-ulur. "Bermain" kecepatan dengan arus Sungai Senyiur. Kapal assist persis berada di haluan tongkang. Menunggu posisi tongkang sejajar dengan dermaga dua. Untuk mendorongnya merapat. Proses ini berlangsung sekitar 30 menit.
Pukul 03.30 dini hari itu, tongkang tambat di dermaga 2. Posisi konveyor statis tepat berada di atas tongkang. Namun, masih butuh waktu. Petugas dermaga menyiapkan segala dokumen administrasi. Komunikasi antara petugas dermaga terus berlangsung dengan kapten Jumardin di dalam ruang kemudi Lisa 53.
"Oke, kita tinggal tunggu sebentar. Paling nanti loading (memuat) sekitar dua jam. Konveyornya di sini besar, jadi muatnya tidak lama," kata Jumardin.
Sang kapten meminta awaknya untuk tetap di kapal. Sejak pandemi ini, aturan di dermaga ketat. Harus ada surat negatif hasil swab test jika mau naik. Hanya Hafidz, sang drafter yang bekerja. Dia dijemput sebuah speed boat petugas dermaga. Hafidz bertugas mengukur kapasitas tongkang. Sebelum dan sesudah diisi batu bara.
Berita Terkait:
Berlindung di Balik Tanjung dan Cerita Warga
Hafidz dibawa petugas dermaga mengelilingi tongkang. Kedua sisi di periksa. Ia sibuk menyenter deretan angka di lambung tongkang. Yang terdapat di bagian tengah, depan dan belakang sisi kiri dan kanan. Hafidz melihat tinggi lambung tongkang yang masih terapung di atas level air. Dari angka-angka itu ia akan membuat perhitungan seberapa berat susunan plat besi berbentuk kotak yang mengapung itu.
"Sudah ada rumusnya, angka-angka di samping tongkang ini nanti ditambahkan. Antara bagian depan, tengah sama belakangnya. Baru dikali dan dibagi. Agak ribet menjelaskan. Tapi begitulah gambarannya," jelas Hafidz.
Ia memang ujung tombak. Dalam menentukan jumlah batu bara yang dimuat tongkang tersebut. Perhitungan tadi, masih akan dikurangi dengan berat jenis (densitas) air di Sungai Senyiur. Hafidz sudah mengantongi data-data itu. Termasuk data-data seputar kapal tanpa mesin alias tongkang ukuran 270 feet jumbo berkapasitas 5.400 ton batu bara itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang ia ukur adalah berat tongkang. Dengan mengetahui badan tongkang yang tenggelam ke dalam air. Dan yang tersisa mengapung di permukaan air.
Ketika selesai mengisi batu bara, pekerjaan yang sama akan dilakukan oleh Hafidz. Menghitung level lambung tongkang yang tenggelam dan yang mengapung. Untuk mengetahui berat tongkang yang telah berisi hasil bumi itu. Lalu hasilnya dikurangi dengan hasil perhitungan pada saat kosong tadi. Dari situ akan diketahui berapa berat atau jumlah batu bara yang berada di dalam tongkang.
Proses tersebut cukup memakan waktu. Padahal Jumardin sudah menyusun skema waktu untuk langsung berlayar pulang sesaat setelah mengisi batu bara. Ia menghitung, jika Lisa 53 bisa lepas tambat pukul 05.00 pagi itu. Atau selambat-lambatnya pukul 06.00, maka ada peluang melewati kawasan perkampungan di bantaran Sungai Senyiur sebelum pukul 17.00 sore. Waktu di mana alur pelayaran kapal gandeng ditutup oleh aturan warga setempat.