Peringatan untuk 10 Kecamatan

Selasa 19-01-2021,10:05 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY – Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, merilis wilayah berpotensi terjadi pergerakan tanah di Kalimantan Timur (Kaltim). Tak terkecuali Berau.

Dalam rilis tersebut, hanya 7 kabupaten dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, yang berpotensi mengalami pergerakan tanah menengah atau tinggi. Khususnya di Bumi Batiwakkal, hanya 10 kecamatan berpotensi dari total 13 kecamatan. Di mana, 5 kecamatan dengan status potensi pergerakan tanah menengah, sisanya menengah-tinggi. (selengkapnya lihat grafis) Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat membenarkan, di Kaltim sendiri, ada tujuh kabupaten yang berpotensi terjadi gerakan tanah. Antara lain, Berau, Kutai Barat (Kubar), Kutai Timur (Kutim), Kutai Kartanegara (Kukar), Mahakam Ulu (Mahulu), Paser dan Penajam Paser Utara (PPU). Tujuh daerah tersebut potensi pergerakan tanah menengah hingga tinggi. Yang dimaksud kategori pergerakan menengah, yakni pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Sementara kategori tinggi, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Untuk 10 kecamatan yang berpotensi mengalami pergerakan tanah di Berau, disebutkan Nofian, Batu Putih, Biatan, Bidukbiduk, Gunung Tabur, Kelay, Pulau Derawan, Sambaliung, Segah, Tabalar, dan Talisayan. “Biatan, Bidukbiduk, Kelay, Segah dan Tabalar tercatat sebagai daerah yang berpotensi terjadi pergerakan dengan kekuatan menengah-tinggi,” ujarnya kepada Disway Berau, Senin (18/1). Pergerakan tanah, menurut Nofian, berpotensi terjadinya bencana longsor. Dan masyarakat yang berdomisili di daerah atau kecamatan tersebut, harus segera mempersiapkan diri sedini mungkin. Bukan tanpa alasan, karena warning system dibuat berdasarkan analisa dan perhitungan khusus. “Jadi potensi gerakan tanah ini sudah dipelajari terlebih dahulu oleh ahli. Ini dikeluarkan agar masyarakat bersiap atas kemungkinan yang terjadi,” ungkapnya. Lanjutnya, dalam situasi seperti ini, masyarakat tak perlu terlalu panik. Jika dibutuhkan, pihaknya akan siap memeberikan edukasi tentang bagaimana cara bertahan atau menyelamatkan diri, ketika terjadi bencana. “Sudah ada beberapa daerah yang kami latih untuk tanggap bencana. Jadi secara umum, mungkin Berau siap. Tapi tetap kita tidak minta bencana ini mengguncang Bumi Batiwakkak,” tuturnya. Jika terjadi pergerakan tanah di daerah pegunungan, maka hal itu berpotensi terjadi longsor. Langkah aman, jika terjadi longsor adalah mengevakuasi diri dari tebing. “Kalau gempa terjadi, silakan ambil posisi aman. Kalau bisa cari daerah lapang,” tandasnya. Seperti diketahui, potensi pergerakan tanah juga dipengaruhi intensitas atau curah hujan di atas normal. Sementara berdasarkan keterangan BMKG Berau, curah hujan cukup tinggi hingga Februari. BMKG Berau, memprediksi Januari hingga Februari ini merupakan puncak dari fenomena iklim La Nina. Yang mana akan terjadi intensitas hujan lebih tinggi 20 hingga 40 persen dari biasanya. Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi mengatakan, anomali iklim La Nina terpantau masih berlangsung di Samudera Pasifik dengan intensitas moderat. “Fenomena ini akan berdampak pada peningkatan curah hujan lebih tinggi dari biasanya. masyarakat harus waspada dan siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi pada Januari dan Februari,” ungkapnya, Minggu (17/1). Selain hidrometeorologi, puncak La Nina juga dapat menyebabkan beberapa bencana alam. Baik itu banjir akibat intensitas hujan yang tinggi, juga dapat membuat terjadinya tanah longsor. Berdasarkan prediksi BMKG kata Tekad, sebagian besar wilayah Kabupaten Berau akan diguyur hujan mulai sore hingga malam hari. “Ini diprediksi akan terjadi Januari hingga Februari mendatang. Kondisi ini juga dapat memengaruhi aktivitas penerbangan udara,” terangnya. Apalagi dampak La Nina saat ini sudah terlihat dari sejumlah wilayah yang mulai mengalami banjir. Seperti misalnya Kecamatan Segah yang mulai terendam banjir, akibat curah hujan yang tinggi di bagian hulu sungai, dan meluap ke permukiman masyarakat setempat. “Karena durasi hujan yang lebih lama disertai petir dan angin kencang, hingga gelombang tinggi di laut itu bisa membuat banjir, apalagi geografisnya dataran rendah. Bagi masyarakat bermukim di daerah pegunungan, atau bukit juga harus mewaspadai tanah longsor,” tuturnya. Berdasarkan data BMKG saat ini, untuk gelombang di perairan Berau masih di kisaran antara 0 hingga 0,5 meter. Namun, tinggi tersebut masih bisa bertambah, jika ada perubahan cuaca di laut. Sebab, kondisi cuaca di perairan laut dapat setiap saat berubah-ubah. “Karena setiap akan terjadi hujan disertai pertumbuhan awan kumulonimbus (CB) yang mengakibatkan angin kencang, dan gelombang tinggi,” jelasnya. Dirinya memperingatkan kepada masyarakat di Kabupaten Berau dapat berhati-hati dalam beraktivitas. Sebab, dampak La Nina tidak hanya dirasakan di darat saja, masyarakat yang beraktivitas di laut seperti nelayan, maupun pelayaran juga harus berhati-hati dengan perubahan cuaca. “Waspada, jika terlalu berisiko, lebih baik jangan melaut maupun transportasi laut lainnya akibat cuaca buruk,” ungkapnya. Tetapi kata dia, La Nina diprediksi akan melemah pada Maret mendatang. “Jadi Maret masih ada, tapi dampaknya sudah melemah hingga April,” pungkasnya.*/fst/app
Tags :
Kategori :

Terkait