Tak Diterima Keluarga saat Sembuh

Sabtu 16-01-2021,10:20 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY - Penanganan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Berau terkendala penampungan. Terutama setelah sembuh. Karena sebagian keluarganya tak menerima. Sementara Dinas Sosial (Dinsos) Berau tak memiliki tempat penampungan.

Itu diakui Kepala Dinsos Berau, Totoh Hermanto. ODGJ yang telah dirawat dan sembuh, banyak belum bisa diterima. Oleh keluarga sendiri. Apalagi sudah lanjut usia (lansia). “Kita tidak punya penampungan khusus. Hanya rumah singgah, tapi diperuntukkan bagi yang telantar," jelasnya kepada Disway Berau, Kamis (14/1). Dia mengakui, beberapa ODGJ yang sembuh dan tidak diterima keluarga, ditempatkan di panti yang ditunjuk atau mau menerima. Hanya saja panti itu tidak berada di Berau. Ada di Kaltara. Pihak panti pun menerima sesuai arahan provinsi atau pusat. Sebab ada regulasi tersendiri. Tidak sembarangan menerima ODGJ sembuh. Yang paling utama, kata Totoh Hermanto, melihat track record ODGJ. Sesuai data Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, ODGJ terus mengalami peningkatan. Pada 2017 sebanyak 297, Tahun 2018 jumlahnya 317, lalu di 2019 sebanyak 335, dan hingga Oktober 2020 sebanyak 468. Jumlah itu terdiri dari gangguan ringan 237 jiwa dan gangguan berat 229 jiwa. Yang parah, keluarganya memilih memasung. Ada dua di Tahun 2020. Padahal, Kasi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Berau, Nurhayati telah mengingatkan, pemasungan terhadap ODGJ tidak boleh dilakukan. Sebab akan lebih memperparah. Kebanyakan ODGJ yang dipasung mengidap gangguan berat. Ini menjadi pekerjaan berat bagi Dinkes dan Dinas Sosial. Karena keluarganya tidak mau menyerahkan. "Salah satu permasalahan menanggulangi ODGJ, khususnya gangguan berat adalah keluarganya. Padahal, 80 persen penyembuhan adalah keluarga," ujarnya. Nurhayati mengaku, ODGJ yang dipasung di Gunung Tabur dan Tanjung Batu. "Kita coba masuk melalui camat. Tapi belum ada respons. Kita berharap diserahkan, sebab akan semakin parah jika dipasung. Tak bisa juga mengambil paksa,” ungkapnya. Nurhayati menambahkan, peningkatan ODGJ karena pihaknya melalui 21 puskesmas di 13 kecamatan gencar melakukan screening. Sebab, kesehatan mental menjadi prioritas yang harus diperhatikan. Walaupun diakuinya banyak masyarakat yang menganggap ODGJ sebagai aib. Itulah sebabnya, pada 2017, ODGJ di Berau belum mendapat penanganan baik. Apalagi saat itu belum ada obat khusus tersedia di Berau. Sementara ODGJ harus terus berdampingan dengan obat khusus Kendati sudah dinyatakan sembuh. "Terutama ODGJ gangguan berat," ungkapnya. Kategori gangguan berat yang mereka temukan seperti skizofrenia atau gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi lemah. Untuk gangguan ringan adalah depresi. Pantauan tim Dinkes Berau, kebanyakan ODGJ dari daerah pesisir dan Tanjung Redeb. Penyebab utama adalah narkotika aktif. "Ketika tidak bisa memenuhi kebutuhan, mulai depresi," tandasnya. Selain itu, ada juga masalah internal keluarga. Atau kehilangan pasangan. Kebanyakan menimpa laki-laki. Nurhayati mengingatkan, penyakit mental tidak bisa ditekan. "Yang masalah kalau terlalu pendiam. Itu lebih berbahaya. Sering ditemukan pendiam, ternyata mentalnya terganggu,” jelasnya. (RAP)
Tags :
Kategori :

Terkait