Warga Gotong Royong Penuhi Permintaan Ekspor

Jumat 15-01-2021,15:56 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Warga Muara Kembang sejak tahun lalu terlibat ekspor lidi nipah. Ya, Kaltim menjadi pengekspor lidi nipah yang berasal dari kelurahan di Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut. Warga bahkan melakukannya bergotong-royong.

Kukar, nomorsatukaltim.com - Lidi nipah Bumi Etam jadi primadona. Bahkan sempat menyumbangkan surplus neraca perdagangan Kalimantan Timur. Nilai ekspornya juga tinggi. Yakni USD 408 ribu. Disway Kaltim bersama rombongan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kaltim berkunjung ke Muara Kembang, Kamis (14/1/2021) kemarin. Dari Samarinda berjarak 41,1 kilometer. Medan jalan yang dilalui cukup sulit. Karena ada yang belum beraspal. Ada juga yang berlubang-lubang. Beberapa pemandangan alam juga disuguhkan kepada kami. Setibanya di lokasi menjelang zuhur. Rombongan disambut warga setempat. Merekalah yang juga sebagai kelompok hutan, kelompok petani, dan kelompok UKM Muara Kembang. Makanan laut khas Muara Kembang melambung ke perut. Karena memang rata-rata profesi masyarakat selain sebagai pengrajin, juga nelayan. Lurah Muara Kembang Muhammad Ramli menceritakan, memang tanaman nipah di wilayahnya sangat berlimpah. Nipah adalah sejenis palem yang tumbuh di lingkungan hutan bakau. Atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain. Seperti daon, daonan, buyuk, bhunyok, bobo, boboro, palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, dan parenga. Kata Ramli, mulai dari buah, daun, batang, sangat bisa dimanfaatkan. Seperti batang yang menjadi bahan baku lidi nipah. Ketika satu batang dipotong, sekitar 3 bulan kemudian batang akan tumbuh kembali. Dan anehnya, 1 batang yang dipotong bertumbuh 2. "Sangat kaya, sangat bermanfaat," kata Ramli antusias. Memproduksi lidi nipah pun dilakukan bersama-sama. Ramli menuturkan, dari anak kecil, sampai ibu-ibu, ikut menjadi pengrajin. Untuk pria dewasa bertugas ke hutan memotong batang nipah. Untuk kemudian dibelah-belah lagi. Setelah itu, diiris sisi keras pada batang. Bagian itulah lidinya. "Biasanya yang iris lidi itu ibu-ibu. Sambil duduk, bercerita ala mereka. Duduk-duduk saja dapat uang mereka, tuh. Terus dibantu sama anak-anak buat ditata (disusun)," jelas Ramli. Camat Muara Kembang Syarifuddin ikut memberikan tanggapan. Dirinya sempat tak menyangka. Salah satu kelurahan yang bernuansa pedesaan di tempat yang ia pimpin justru termasuk dalam kategori UKM Kaltim yang berpotensi. Pasalnya, pelepasan ekspor lidi nipah dilakukan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Ia menyatakan, memang banyak pengrajin di Muara Kembang. Tiap rumah pasti memiliki kesibukan. Banyak pula peluang bisnis. "Jadi kalau dibilang di sini ada pengangguran, itu lucu," celetuknya. Direktur CV Masagenah Widya Hana Sofia pun turut hadir. Sekadar informasi, CV Masagenah merupakan wadah kelompok-kelompok pengrajin di Muara Kembang. Lewat UKM tersebut, para pengrajin lidi nipah di sana rutin memasok kebutuhan ekspor. Dalam setahun, kapasitas ekspor sebanyak 25 ton. Diekspor ke India. Juga Pakistan. Minimal ekspor yang mereka lakukan 1 kontainer. Yang bermuatan 14 ton. Saat ini mereka sedang memenuhi kebutuhan 14 ton dari kontrak awal yang mereka dapatkan sebelumnya. Setelah pemenuhan itu tercukupi. Kontrak selanjutnya akan kembali diperoleh "Kontrak setahun, itu kita penuhi dulu," beber Widya Hana Sofia. Mengenai kendala tentu ada. Pertama cuaca. Lantaran, lidi nipah masih bergantung pada alam. Seperti proses pengeringan yang mengandalkan sinar matahari. Kedua, proses ekspor. Disampaikan Widya Hana Sofia, langkanya kontainer ekspor karena high season juga dirasakan. Lalu, mahalnya Red Ocean Flag. "Tujuan kita kan di daerah Timur Tengah. Direct call yang biasanya USD 1.000, saat ini mencapai USD 2.750," ungkap Widya. Menanggapi kendala tersebut, Kadisperindagkop Kaltim HM Yadi Robyan Noor menyatakan akan membantu. Komunikasi kepada Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendagri) akan dilakukan. Pengawalan dari provinsi, sampai ke tingkat kelurahan juga diusahakan. "Bisa dilihat ekspor selanjutnya mereka sudah siap. Semuanya akan kita komunikasikan ke Kemendagri, untuk yang lokal mungkin bisa kita ajukan ke Musrenbang," pungkas Roby sapaannya. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait