Pasokan Cabai Kaltim Masih Bergantung Daerah Lain 

Jumat 15-01-2021,00:23 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Kaltim tidak pernah lepas dari persoalan tingginya harga cabai. Apalagi jika cuaca buruk. Panen daerah pemasok kerap menurun. Harga pun melambung.

Harga cabai terus mengalami kenaikan. Yang sudah terjadi sejak Desember 2020. Kenaikan ini diprediksi akan terjadi hingga Februari mendatang. Di Kaltim harga tiga komoditas cabai yakni cabai merah besar, merah keriting, dan rawit merah naik bervariasi. Perkembangan harga tersebut berdasarkan pemeriksaan di 4 pasar di Kota Samarinda. Yaitu Pasar Segiri, Pasar Sungai Dama, Pasar Kedondong, serta Pasar Pagi. Untuk cabai merah besar rata-rata harga mencapai Rp 54.535, cabai merah keriting Rp 54.106, dan cabai rawit merah Rp 66.535. Ini berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) Kaltim. Menurut Akademisi Pertanian Hamka, potensi kenaikan harga lantaran cuaca pasti terjadi. Apalagi komoditas ini sangat bergantung dengan daerah lain. Direktur Politani Samarinda ini menyatakan Kaltim punya peluang mandiri dengan mengembangkan komoditas ini. Baginya, Kaltim harus siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terlebih cabai tidak terlepas dari komoditas bahan pokok. Yang sehari-hari dikonsumsi. Tetapi, Hamka menilai, mewujudkan itu perlu dukungan dari pemerintah. Soal lahan pertanian cabai, Hamka membeberkan ada lahan di wilayah Lempake. Yang juga dikelola oleh petani lokal di wilayah tersebut. Namun luas pasti lahan tersebut dan jumlah petaninya masih belum diketahui pasti. "Ini yang perlu diperhatikan pemerintah. Pemberian subsidi dan insentif itu perlu. Kenapa? Agar masyarakat ingin menanam komoditas-komoditas yang sangat dibutuhkan," terangnya. Ditegaskan Hamka, budaya agriculture di Kaltim memang kurang. Padahal menurutnya, nilai ekonomi dan bisnis di sektor pertanian sangat baik. Mengingat di 2014 lalu, pertanian Kaltim sempat dipromosikan ke Turki. Perpindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim juga harus menjadi dorongan lain. Untuk meningkatkan animo di sektor pertanian. Karena, kata Hamka, kebutuhan pokok memang harus bisa dipenuhi Bumi Etam untuk dirinya sendiri. Semua lintas sektor harus mendukung. Apalagi soal pertanian. "Jangan jadikan Kaltim hanya sebagai kota jasa saja. Tanah kita luas, seperdua dari tanah Jawa. Masih banyak yang bisa dikembangkan, makin bagus. Kan sayang, seperti kasus cabai ini," pungkasnya. Rumitnya persoalan cabai ini tergambar di level pedagang pasar. Arifin, salah satu pedagang di Pasar Segiri mengatakan, harga cabai rawit merah adalah yang paling mahal. Dibandingkan dua cabai lainnya. Sebelumnya, harga cabai rawit merah sempat berada di Rp 25 ribu. Itu terjadi sebelum tahun baru 2021. "Tapi sekarang Rp 65 ribu harganya (cabai rawit merah). Sebelum naik ini, sempat juga Rp 45.000," kata Arifin, Rabu (13/1). Arifin mengaku tidak mengetahui pasti kenapa harga cabai rawit merah mengalami kenaikan. Arifin cuma bisa memperkirakan. Mungkin kenaikan harga cabai karena cuaca. Yang akhir-akhir ini sering hujan. Kenaikan harga ini memberikan dampak bagi Arifin. Pembeli cabai rawit merah berkurang. Faktor lain juga karena pandemi. Pelanggannya yang bertahan merupakan pelaku usaha kedai atau warung pinggir jalan biasa. "Kita tidak bisa stok cabai. Hari-hari masuk terus, karena kalau stok, pasti busuk," ungkapnya. Arifin mendapatkan cabai dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Yang memang didistribusikan langsung ke Samarinda. Khotimah, pedagang cabai di Pasar Pagi menuturkan hal senada. Bahkan anehnya harga cabai justru lebih mahal. Dirinya pun mendatangkan cabai dari Jatim dan Sulsel. "Susah kalau menjual dengan harga tinggi, customer kita juga komplain," sambatnya. Kadisperindagkop Kaltim HM Yadi Robyan Noor memberikan tanggapan. Menurutnya, stok cabai di Pasar Segiri memang lebih banyak ketimbang di Pasar Pagi. Harganya pun berbeda. Di Pasar Pagi memang mahal. Hal ini menurutnya karena tingginya permintaan sementara persediaan kurang. "Kenapa kurang? Cabai kita ini asalnya dari Jatim dan Sulsel, pasokan dari sana karena musim hujan panennya menurun. Sementara permintaan tetap bahkan menambah," jelas Yadi Robyan Noor. Namun baginya kenaikan harga itu masih wajar. Persediaan untuk dua bulan ke depan bagi Kaltim dipastikan masih ada. Solusi kenaikan harga cabai itu menurut Yadi Robyan Noor bisa dengan menambah stok. Karena mengingat hukum pasar, di mana persediaan banyak, tentu harga akan murah. "Perkiraan harga tetap naik ini bisa sampai Februari. Karena musim hujan, anomali cuaca juga terjadi. Kita optimis, harga bisa turun. Operasi pasar akan kami lakukan, rutin," tegasnya. Disinggung apakah petani lokal Kaltim juga bisa ambil andil, kata Roby, sapaannya, hal itu bisa saja terjadi. Namun harus didukung oleh pemerintah untuk fasilitas dan keperluan lainnya. (nad/eny)  
Tags :
Kategori :

Terkait