Gula Merah Kelapa Penajam Banjir Pembeli, Tapi Minim Produksi

Selasa 05-01-2021,02:36 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Penajam, nomorsatukaltim.com - Permintaan gula merah berbahan nira kelapa asal Penajam Paser Utara (PPU) cukup tinggi. Namun, produsennya justru kesulitan memenuhi kebutuhan pasar.

Seperti diutarakan Hariadi (42), warga Kelurahan Waru. Sudah sejak lama ia menjadi pengrajin gula merah. Ia mengaku tidak sanggup memenuhi permintaan pasar sebesar 4 kuintal per bulan. Sehingga ia menolak permintaan tersebut. Hariadi menyebut hal itu disebabkan karena minimnya tenaga kerja. "Pernah ada pedagang besar dari Balikpapan yang datang ke sini untuk memesan gula merah dari kelapa sebanyak 4 pikul (4 kuintal) setiap bulan. Tapi saya pikir itu akan kesulitan karena tidak punya pekerja khusus, jadi saya tolak permintaan itu," ucap Hariadi belum lama ini. Permintaan sebanyak itu diakui datang setiap bulan. Sedangkan pengrajin lainnya di wilayah itu sudah tidak berproduksi. "Padahal dulu ada banyak. Sampai 30 pengrajin," sebutnya. Namun kini, hanya tinggal 4 pengrajin termasuk dirinya saja yang masih mengolah nira kelapa menjadi gula merah. Selama ini dalam rumah produksi gula kelapa di rumahnya hanya ada dua pekerja. Yakni ia dan istrinya. Sementara untuk mencari pekerja lain, tak semudah itu. Belum ada yang bisa bekerja untuk menjadi pengrajin gula merah. "Khususnya pekerja yang untuk mengambil nira dari pohon. Yang memasak juga. Bukan karena tidak mampu bayar, tapi bisa manjat atau tidak," ujar Hariadi. Untuk diketahui, saat ini rata-rata produksi gula merah yang ia buat berada di kisaran 14-17 kg per hari. Sementara harga jualnya adalah Rp 18 ribu per kilogram (kg). Jumlah produksi gula merah ini tergantung pada kualitas nira yang dipanen sesuai musim. Jika musim kemarau, maka dari 30 pohon kelapa yang diambil niranya, dapat menghasilkan gula merah sekitar 16-17 kg. Sementara di musim hujan hanya menghasilkan gula merah sekitar 14 kg. Ia menjaga kualitas gula miliknya itu. Makanya gula merah asal Waru ini cukup terkenal. Untuk penjualan, selama ini jelas ia tidak pernah kesulitan. Karena sudah banyak orang yang datang ke rumahnya untuk membeli gula merah. "Kalau tidak habis di rumah, maka tinggal dijual ke pasar, baik Pasar Petung maupun Pasar Waru. Tapi jarang," jelasnya. Adapun, Hariadi mengembangkan produk yang bisa ia hasilkan. Yaitu produksi gula semut (pengembangan dari gula merah). Tapi hanya berdasarkan pesanan. Karena pasar gula semut masih terbatas. "Untuk gula semut sendiri harganya lebih tinggi ketimbang gula biasa, yakni mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Untuk pemasukan tambahan,” tandasnya. Terpisah, Lurah Waru Zulfahmi Ahmad Sabraniti saat dikonfirmasi mengatakan sudah mengetahui persoalan ini. Mengenai produsen gula merah yang tidak sanggup memenuhi permintaan pasar hingga 4 kuintal per bulan itu. Pun, ia mengaku telah membuat formula mencari tenaga kerja agar produksinya bisa lebih banyak. Ada beberapa pola yang telah ia siapkan untuk memenuhi permintaan pasar. Pertama adalah memberdayakan anak-anak muda untuk tidak gengsi memproduksi gula merah. Pola kedua adalah mendatangkan pekerja dari luar. "Hal itu sudah dan terus kita lakukan," tutupnya. (rsy/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait