PLN Surplus Setrum, Peluang Terbuka Bagi Investor yang Butuh Listrik

Minggu 13-12-2020,14:44 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Tahun ini pertumbuhan konsumsi listrik PLN Kaltimra kurang menggembirakan. Secara kumulatif pertumbuhan hanya menyentuh angka 4,9 persen. Padahal, tahun lalu bisa mencapai 8 persen. Bahkan capaian itu melebihi pertumbuhan rata-rata nasional.

Tak tercapainya pertumbuhan tahun ini disebabkan beberapa hal. Salah satunya adalah pandemi COVID-19. Yang diakui memberikan dampak besar pada perusahaan kelistrikan ini. “Karena pandemi ternyata konsumsi listrik khususnya pada sektor sosial, bisnis dan pelayanan publik turun jauh. Bahkan ada 22 hotel dan mal memutuskan untuk turun daya,” kata General Manager PLN Unit Induk Wilayah Sigit Wtjaksono pada acara Media Gathering, Kamis (10/12) malam. Ia menjelaskan, alasan 22 hotel dan mal menurunkan daya listriknya untuk mengurangi biaya operasional. Pasalnya, pada awal pandemi, okupansi hotel dan kunjungan mal anjlok. Karena itu, untuk tetap menghasilkan revenue, beberapa hotel dan mal mengambil kebijakan tersebut. “Itu cara survive. Kalau melihat kondisi perekonomian bisa dilihat konsumsi listrik. Di tahun 2020 kondisi ekonomi tak sebaik dari tahun sebelumnya,” ujar Sigit kepada media yang diselenggarakan dengan daring. Selain menurunnya konsumsi pada sektor tersebut, perusahaan yang tadinya ingin berinvestasi pada tahun ini terpaksa ditunda. “Investor memutuskan untuk menundanya. Tahun depan, PLN berharap ekonomi akan membaik,” ucapnya. Pertumbuhan konsumsi listrik per bulannya, sejak Maret, April dan Mei turun. Bahkan hanya tumbuh kurang dari 1 persen. Seiring berjalannya waktu, pada September bergerak menjadi 2,5 persen. Pertumbuhan itu pun berlanjut. Kendati beberapa sektor mengalami penurunan. Sektor rumah tangga atau residensial konsumsinya mengalami kenaikan. “Memang kita akui segmen rumah tangga tumbuh paling tinggi. Sekarang aktivitas dilakukan di rumah atau daring,” ujarnya. Kemudian bisnis masih tumbuh negatif dan industri tumbuh. Sektor industri tumbuh karena adanya industri baru. Bukan pemakaian yang meningkat.  “Tumbuh 4,9 persen kumulatif, tetapi bulanannya pernah tumbuh kurang dari 1 persen. Sekarang rata rata 2,5 persen,” bebernya. Dalam kegiatan tersebut. Sigit juga menyebutkan bahwa energi listrik yang dimiliki wilayah Kalimantan Timur dan Utara sebesar 1.007 megawatt (Mw). Dengan beban puncak 516,79 Mw. Sehingga PLN memiliki cadangan atau surplus energi sebesar 50 persen. Kemudian untuk jumlah pelanggan, di wilayah Kaltimra kini tercatat sebanyak 1.258.825 hingga periode November 2020. Dan penjualan listrik pada November 2020 mencapai 3.783,36 GWh. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan November 2019 sebesar 3.606,13 GWh. Menurutnya, tantangan saat ini adalah menjual energi listrik yang berlebih tersebut. Untuk itu, pihaknya membuka diri bagi siapapun investor yang berinvestasi dan membutuhkan energi listrik. “Tugas saya menjual, tantangannya itu. Semua hasil pembangunan pembangkit dikumpulkan sistem transmisi kemudian disalurkan. Pertama ekspansi. Kedua disalurkan ke wilayah Kaltara dari cadangan yang dimiliki tersebut,” imbuh Sigit. Meskipun konsumsi listrik beberapa golongan tarif turun. Dia menambahkan konsumsi listrik di wilayah Kaltimra masih bisa tumbuh. Walaupun tidak sesuai harapan. “Kita masih tumbuh tetapi belum sesuai yang diinginkan. Tumbuh 4,6 persen itu setengah dari target. Artinya, revenue-nya tidak tercapai sesuai harapan,” tambahnya. (fey/eny)    
Tags :
Kategori :

Terkait