Bisnis Diselamatkan Air Rebusan Kulit Salak

Kamis 10-12-2020,19:38 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Inovasi bisnis yang dilakukan Cake Salakilo membuatnya diganjar dua penghargaan.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com- Sudah sekira 10 bulan COVID-19 mewabah di Nusantara. Hampir seluruh daerah di Indonesia terpapar virus yang disebut asal Wuhan, China tersebut. Status pandemi disematkan sejak Maret lalu. Kehadiran COVID-19 tentu berdampak pada kehidupan masyarakat. Salah satunya sektor ekonomi. Tak sedikit juga pengusaha banyak yang gulung tikar. Tidak sanggup menutupi modal, hingga akhirnya karyawan jadi tumbal. Memang pandemi cukup membuat kewalahan pelaku usaha. Dari yang level usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hingga level industri. Tapi pada kenyataan ada juga yang bisa bertahan. Kuncinya berani berinovasi meski di tengah pandemi. Seperti itu yang jadi strategi bisnis Riswah Yuni. Pemilik outlet Cake Salakilo itu masih survive. Memang Yuni tak memungkiri omzet mengalami penurunan signifikan. Biasanya per hari Rp 5 juta -Rp 6 juta. "Pas awal-awal pandemi ini turun 50 persen. Selain penjualan cukup berkurang, dan kita tidak buka kelas memasak (cooking class)," ujar Yuni. Lantas seketika wanita 43 tahun itu berusaha keras agar bisa bertahan. Terutama kesejahteraan karyawannya yang mesti dipikirkan juga. Yuni teringat dengan salah satu profesor asal Universitas Mulawarman, Bernatal Saragih. Yang pernah meneliti bahwa air rebusan kulit salak bisa menurunkan gulah darah atau diabetes. Karena memang Yuni selalu membuat produk berbahan dasar salak, dia pun mulai konsultasi dengan sang profesor. "Waktu masih terasa aneh. Gimana rasanya ya air rebusan salak. Itu padahal sudah lama informasinya dari profesor. 2014 lalu," tambah ibu dua anak tersebut. Usai kembali berkonsultasi dengan profesor, Yuni mulai bereksperimen. Dibantu dengan karyawannya. Kulit salak dikumpulkan setelah terpisah dari dagingnya. Direbus kulitnya. Sementara dagingnya dihaluskan kemudian diperas airnya di tempat terpisah. Untuk menambah aroma rempah, kayu manis, sere, jahe merah rebus di wadah lain. Hingga akhirnya ketiga wadah itu disatukan. Didinginkan suhu ruangan, kemudian dikemas.   "Jadilah tea salak serai atau teh salak serai. Kalau di luar ruangan tahan enam hari. Masuk di kulkas bisa enam bulan. Karena tanpa pengawet," ujarnya. Produk barunya itu bagaikan juru selamat. 40 hingga 50 botol terjual per hari. Selain dijual, wanita berhijab itu kerap membagikan kepada orang yang membutuhkan. Terutama ojek online yang selalu beraktivitas tiap hari tanpa memperdulikan pandemi. Harga per botol Rp 25 ribu. Tapi kalau beli lima botol hanya dengan Rp 100 ribu. Pembelinya kebanyakan usia 40 tahun ke atas. Karena memang di usia paruh baya rentan terkena diabetes. "Selain itu juga untuk menambah imunitas tubuh. Butuh waktu dua hari lah untuk proses produksinya," kata wanita kelahiran Balikpapan itu. Usai berhasil, Yuni langsung berkonsultasi kembali dengan profesor. Yuni diminta untuk melanjutkan produksi teh salak serai tersebut. Tahun depan rencananya teh salak serai akan uji lab di Unmul. Selain produk baru yang dikeluarkan, Yuni juga memproduksi hampers. Bagi yang tak tahu hampers, itu semacam parcel. Hanya saja dikemas dengan tampilan eksklusif. Isinya tentu produk Salakilo. Seperti kue kering dan lainnya. Hasilnya cukup membantu. Bertepatan momen lebaran Idulfitri, hampers Salakilo terjual 150 paket. Omzet yang tadinya turun 50 persen jadi naik. "Ya Alhamdulillah omset naik sekitar 80 persen lah. Karena saya maunya anak-anak (karyawan) tetap bisa kerja," ungkap Yuni. Berkat inovasinya tersebut, Salakilo milik Yuni dapat penghargaan dari Wali Kota Balikpapan sebagai rumah makan, restoran, jasa boga yang menerapkan protokol kesehatan. Karena selain protokol kesehatan, inovasi dalam berbisnis juga jadi nilai tambahan. Cake Salakilo yang terletak di Jalan MT Haryono, Pasar Buton Km.4,5 Balikpapan itu memang begitu ketat menjalankan prokes. Sebelum memasuki oultet saja pengunjung mesti mencuci tangan terlebih dahulu. Cek suhu tubuh dan wajib menggunakan masker. "Jaga jarak juga tentunya selama di dalam ketika berbelanja. Dan kalau bisa pakai e-money bayarnya," terang Yuni. Berkat penerapan protokol itu pula Cake Salakilo dapat penghargaan dari Kementerian Kesehatan RI. Ada 12 usaha yang direkomendasikan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan. Yang kemudian diajukan Pemprov Kaltim. Sebelas kandidat lanjut ke pusat. Hasilnya enam usaha yang menang, salah satunya Cake Salakilo. (fdl/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait