Merger Gojek-Grab Dinilai Membuat Persaingan Lebih Kompetitif

Kamis 10-12-2020,19:23 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Rencana merger dua raksasa transportasi Gojek dan Grab sejatinya sudah berembus sejak September lalu.

Berdasarkan laporan DealStreet, penggabungan Gojek-Grab akan mencakup semua layanan Gojek-Grab. Mulai dari layanan transportasi, pengiriman makanan dan paket, hingga ke pembayaran digital dan layanan keuangan. Penggabungan operasi ini akan melahirkan perusahaan baru. Namun belum sepakat mengenai komposisi pemegang sahamnya. Beberapa penolakan pun terjadi. Khususnya dari mitra kerja kedua start-up tersebut. Namun, bagaimana dengan pesaingnya? Seperti Maxim dan Nujek. Dihubungi melalui telepon seluler, Manager start-up Nujek Area Kalimantan Timur (Kaltim) Muhammad Safawi mengatakan, di internal mereka saat ini  lebih terfokus untuk memperbaiki teknis operasional. Mengenai kabar merger Gojek-Grab, diakui dirinya memang sudah terdengar. Namun untuk kekhawatiran, tidak terlalu dirasakan. "Lebih dari itu sepertinya sampai sekarang tidak ada (kekhawatiran)," ucapnya, Selasa (8/12). Disampaikan Muhammad Safawi, yang biasa dipanggil Awi, pihak Nujek kini lebih memilih konsen kepada pendapat teman-teman driver yang terdaftar di asosiasi ojek online (Ojol). Karena, untuk menyuarakan kesejahteraan mitra kerja atau driver, memang asalnya dari asosiasi tersebut. Awi menuturkan, untuk di Nujek, kesejahteraan mitra kerja diatur secara kekeluargaan. Mulai dari tarif, potongan komisi driver, sampai insentif. Sebelum dirilis, ucap Awi, hal-hal itu akan diberitahukan terlebih dahulu kepada mitra. "Kemungkinan (lainnya) malah, rekanan-rekanan mitra kerja (Nujek) bisa saja bertambah (akibat dari dampak merger Gojek-Grab). Jadi sejauh ini kita tidak masalah," tegasnya. Dampak merger itu diterangkan oleh Awi memang bisa saja soal kemitraan. Karena saat ini, beberapa driver Nujek memang ada yang masih terdaftar sebagai driver di Gojek ataupun Grab. Lebih lanjut, dampak lain di lapangan dari isu merger ini terjadi di daya saing driver. Yang dituntut untuk lebih kompetitif agar bisa mendapatkan pelanggan. "Bisa lebih bersaing untuk mendapatkan orderan," tambahnya. Hal senada diungkapkan Artha, koordinator Maxim Bike Samarinda. Dirinya secara pribadi merasa tidak masalah soal merger Gojek-Grab. Tetapi ia merasa kecewa. Khususnya kepada pemerintah yang menginginkan adanya penggabungan dua start-up tersebut. Ia menyatakan, pemerintah seharusnya bisa mendukung tanpa harus memberikan izin penggabungan. Apalagi Gojek yang menjadi pionir start-up di Asia Tenggara. "Jangan sampai kepemilikan saham besarnya di luar," sambatnya saat dihubungi melalui telepon seluler di hari yang sama. Ia mengaku, rasa keberatan tidak dirasakan oleh perusahaannya. Maupun para driver Maxim. Namun, rasa waswas juga sempat menghantui para drivernya ketika awal mendengar isu merger Gojek-Grab ini. Dikatakan Artha, keluhan driver Maxim lebih kepada siapa yang akan lebih kuat ketika keduanya bergabung. Tetapi sekali lagi, katanya,  kekhawatiran tersebut tidak lama terjadi. Karena pasarnya sudah ada masing-masing. Lantaran, semua tergantung kepada pilihan pelanggan. "(Pasarnya) Kita juga ada, Gojek-Grab juga ada, Nujek juga ada. Semuanya kan punya pelanggan, biar pelanggan saja mau pilih yang mana," pungkasnya mengakhiri. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait