Mitra Menolak Merger Gojek-Grab

Kamis 10-12-2020,19:13 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Kabar merger dua raksasa transportasi di Asia, Gojek dan Grab semakin diperbincangkan. Sejatinya rencana penggabungan dua perusahaan ini sudah berembus sejak September lalu.

Ketua Dewan Presedium Garda Kalimantan Timur (Kaltim) Fadel Balcher mengatakan, kabar tersebut saat ini sudah mencapai ke titik penyelesaian. Dirinya sebagai perwakilan para pengemudi menolak keras merger Gojek-Grab ini. Khususnya di wilayah Bumi Mulawarman. Alasan penolakan, disampaikan Fadel Balcher, karena para driver akan mengalami kerugian dari penggabungan dua perusahaan tersebut. Berupa pemutusan mitra kerja. Fadel Balcher atau lebih dikenal dengan panggilan Fadel ini, mengatakan, perasaan pesimistis tidak hanya dirasakan para driver dari dua perusahaan tersebut. Tetapi juga dirasakan oleh start-up baru yang baru merintis. "Persaingan usaha akan terdominasi oleh mereka (Gojek-Grab)," ungkap Fadel saat dihubungi, Senin (7/12). Diakui Fadel, beberapa driver memang terdaftar di kedua start-up tersebut. Tujuannya tak lain ingin meningkatkan pendapatan ekonomi per bulannya. Dibeberkan Fadel lagi, kinerja aplikasi saat ini belum maksimal. Para koperasi aplikator belum ideal khususnya dalam transparansi bermitra. "Jaminan sosial belum maksimal kami dapatkan, kesejahteraan kami belum seimbang, mereka mau merger. Bisa terjadi banyak monopoli," sindir Fadel. Fadel melanjutkan, persentase driver yang terdaftar tidak hanya di satu start-up mencapai 40 persen. Persentase ini hanya untuk di Kaltim. Alasan para driver bisa terdaftar di beberapa aplikasi memang karena ingin memenuhi kebutuhan ekonomi bulanan. Dulu sebelum pandemi, cerita Fadel, per bulan para driver memang bisa mendapatkan Rp 6 juta. Namun kini, saat pandemi, hanya Rp 2 juta saja. "(Order) Semakin menurun, aplikasi transportasi online sudah semakin banyak, apalagi kurir-kuriran. Ini tentu mengurangi pendapatan kami dari segi pengiriman barang dan pemesanan makanan," jelasnya. Fadel menjelaskan, konsumen transportasi online memang menurun hampir 50 persen di Kaltim. Gojek-Grab memang melakukan pembakaran uang besar-besaran dengan menyediakan promo. Tetapi sekali lagi, animo masyarakat jelas sangat berkurang. Aktivitas anak sekolah yang masih belum tatap muka juga menjadi faktor penurunan omzet bagi para driver. Sebanyak 40 persen penurunan omzet menjadi dampak karena kebijakan school from home (SFH) yang diterapkan pemerintah. "Kebijakan merger ini sudah 75 persen, bisa saja awal 2021, bahkan Januari mungkin sudah bisa terjadi (merger Gojek-Grab)," bebernya. Dikatakan Fadel, penolakan merger ini tak hanya terjadi di Bumi Mulawarman. Beberapa kota lain di Indonesia juga menolak. Seperti di Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Jawa Timur, Riau, Pontianak, bahkan Papua. "Daerah-daerah yang sudah ada garda pasti menolak. Seluruh Indonesia ini (menolak)," tegasnya. Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita melalui Head of Regional Corporate Affairs Gojek for East Indonesia Mulawarman memberikan komentar. Terkait isu merger tersebut, pihaknya tidak ingin menanggapi lebih lanjut. Yang dapat disampaikan oleh pihaknya ialah, fundamental bisnis Gojek yang saat ini semakin kuat. Termasuk di masa pandemi. "Beberapa layanan kami bahkan telah mencatatkan kontribusi margin positif," terangnya saat dihubungi melalui aplikasi pesan instan di hari yang sama. Mulawarman melanjutkan, pihak Gojek akan terus memprioritaskan pertumbuhan yang berkelanjutan. Khususnya untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna. "Dan tentunya mitra kami di seluruh tempat kami beroperasi," tandasnya. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait