Permintaan Angkutan Batu Bara Naik Berlipat

Rabu 02-12-2020,19:07 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com -  Upaya Tiongkok menambah pasokan batu bara dari Indonesia sudah dirasakan dampaknya oleh pengusaha lokal. Khususnya yang melayani pengapalan batu bara ekspor.

Organisasi Pengusaha Perusahaan Pelayaran Angkutan Niaga (INSA) Balikpapan mencatat kegiatan logistik pelayaran kapal mulai bangkit setelah sempat anjlok 50 persen. Wakil Ketua I DPC INSA Balikpapan Djoko Subiyanto mencontohkan. Akhir bulan ini, kapal miliknya mengangkut batu bara sebanyak 300 ribu ton. Sebelumnya hanya mengangkut 150 ribu ton. "Itu baru dari kami, belum dari vendor lainnya," ucap pemilik Fajar Grup ini. Perusahaan transportasi pelayaran batu bara miliknya mampu melayani 50 kali pengangkutan dalam sebulan. Karena itu, Djoko Subiyanto optimistis tahun depan permintaan transportasi pelayaran akan terus bertumbuh. Khususnya volume pengiriman. Karena dalam pengiriman barang, bukan hanya melayani batu bara. Dia menambahkan, ada beberapa komoditi lainnya yang berpotensi. Seperti kelapa sawit dan turunan produknya, kayu olahan dan general cargo. Selain peningkatan permintaan dari Tiongkok, Djoko Subiyanto memerkirakan kondisi ini karena kebijakan pelonggaran aktivitas dan stimulan pemerintah. Kebijakan itu, menurut Djoko berdampak pada peningkatan kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Pergerakan-pergerakan ekonomi tersebut memberikan dampak sejumlah sektor. "Kalau tidak ada pandemi, tahun ini kegiatan logistik pelayaran bisa lebih meningkat dibanding tahun 2019. Supply dan demand-nya banyak," jelas Djoko Subiyanto, saat dijumpai Senin (30/11). Bisnis logistik pelayaran Balikpapan sempat anjlok 50 persen. Sehingga jika berbicara logistik secara keseluruhan, tentu saja menurun. Terutama moda transportasi laut. Karena pelayaran tidak lepas dari stakeholder lainnya, termasuk importir dan eksportir. “Baik itu batu bara ataupun minyak juga berpengaruh sekali," tandasnya. Menurutnya, di awal wabah menyerang semua konsentrasinya pada pencegahan dari virus tersebut agar tidak menyebar. Hal ini berdampak pada aktivitas pelayaran. "Memang di kami masih ada kegiatan yang dilakukan. Contohnya bisa mengangkut. Hanya saja jumlah atau volumenya berkurang," beber Djoko. Saat ini secara perlahan permintaan akan angkutan pelayaran kembali meningkat. Dan tahun mendatang diperkirakan kembali meningkat. "Kami punya harapan besar. Secara keseluruhan mekanismenya sudah diatur oleh pemerintah. Bagaimana bisa meningkatkan kegiatan ini dengan tetap mengikuti protokol kesehatan," ujarnya. Salah satu indikator peningkatan pergerakan transportasi pelayaran ialah adanya pelabuhan di Jawa Barat. "Peluang kami mengirimkan muatan ke sana. Apapun bentuknya. Seperti batu bara lokal," terang Djoko. Selain itu, peluang lapangan pekerjaan akan terbuka. Dan sektor lainnya tentu akan berdampak pula. Indikator selanjutnya adalah harga batu bara mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Ia menyebut kebutuhan batu bara di Tiongkok meningkat, sehingga harga batu bara naik kembali. Dengan adanya permintaan batu bara di Tiongkok itu berkaitan dengan transportasi memberikan dampak yang besar sekali. "Batu bara dibawa ke satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Contoh di Samarinda menggunakan kapal tongkang lokal kemudian di bawa ke tengah laut," sebutnya. Hal tersebut akan bisa meningkat khususnya transportasi angkutan. Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Tiongkok masih menjadi pasar utama ekspor batu bara Indonesia. Dalam lima tahun terakhir ekspor batu bara melonjak dua kali lipat. Yakni menjadi 130 juta ton pada 2019 dari 75 juta ton pada 2015 lalu. Rata-rata kenaikan ekspor batu bara mencapai sekitar 13,3% per tahun. Pelaku usaha optimistis tahun depan ekspor batu bara Indonesia ke China bisa mencapai 200 juta ton. Pekan lalu APBI menandatangani kesepakatan kerja sama dengan China Coal Transportation and Distribution Association (CCTDA) untuk meningkatkan ekspor batu bara dari Indonesia senilai USD 1,46 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun. (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait