Kubar, nomorsatukaltim.com – Delapan bulan terakhir, nyaris ekonomi masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia mati akibat pandemi COVID-19. Bahkan sejumlah perusahaan nampak melakukan efisiensi hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) sejumlah karyawan.
COVID-19 yang berasal dari Wuhan itu, membuat daya beli masyarakat pun menurun. Tak terkecuali di Kabupaten Kutai Barat (Kubar).
Sektor budidaya perikanan darat pun merasakan dampak itu sejak awal pandemi. Omzetnya perlahan terus menurun. Hampir 30 persen lebih pendapatan pembudidaya ikan ini berkurang.
Kondisi ini tentu tak bisa didiamkan. Diinisiasi oleh Dinas Perikanan Kubar, perlahan tapi pasti, sektor perikanan darat mulai merangkak naik.
“Pandemi COVID-19 ini, para pembudidaya perikanan, harus bangkit. Salah satu caranya terus menggalakkan budidaya ikan darat,” jelas Kepala Dinas Perikanan Kubar, S. Alexander Samson, melalui Kabid Pemberdayaan Nelayan dan Pembudidaya Perikanan, Jakaria kepada Nomorsatu Kaltim di Sendawar, Rabu (25/11/2020).
Memang jika melihat beberapa sektor usaha lain, banyak yang terkena dampak pandemi ini. Namun, meski diterpa badai pamdemi, usaha budidaya perikanan darat terus berjuang untuk kembali menggairahkan usahanya. Khususnya pembudidaya ikan jaring apung dan keramba.
Salah satunya adalah Hajrun. Anggota kelompok pembudidaya keramba jaring apung Mahakam Jaya ini terus melawan pandemi ini dengan terus memproduksi hasil budidayanya. Kelompok nelayan Mahakam Jaya yang beranggotakan 14 orang nelayan ini, berada di Kampung Tering Seberang, Kecamatan Tering, Kutai Barat.
Hajrun mengaku pada saat normal, produksi ikan keramba apung Mahakam Jaya mencapai 2 ton, dalam sekali panen. Namun efek pandemi ini, konsumsi masyarakat menurun, hingga ia bersama nelayan lain hanya mengambil 800 kg sampai 1,5 ton jenis ikan mas dan nila.
Pemasarannya pun sebenarnya cukup luas. Sebelumnya ia mengirim hasil panennya itu ke sejumlah pasar di Barong Tongkok, Tering, Melak, bahkan sampai ke Samarinda.
“Setelah COVID-19 pemasaran ke Samarinda mengalami penurunan, jadi tidak mengirim ke Samarinda lagi,” ungkapnya.
Melihat kondisi pasar yang mulai berkurang, namun hasil produksi yang terus berkelanjutan, membuat kelompok nelayan Mahakam Jaya ini mulai mencari pasar-pasar baru.
“Karena produksi anggota kelompok selalu ada setiap hari, akhirnya kami mendapat pasar yang baru. Yaitu ada kerjasama dengan pelaku usaha perikanan dari Kabupaten Mahakam Hulu (Mahulu),” ucapnya.
Angin segar ini kemudian menjadi penyemangat kelompok nelayan Mahakam Jaya agar terus eksis dan kembali bergeliat di sektor budidaya perikanan darat.
"Kelompok kami punya banyak akal. Selain memasarkan ke beberapa daerah seperti biasa, memanfaatkan media sosial atau memasarkan hasil panen secara online juga kita lakukan," papar Hajrun.
Saat ini memang sudah ada blog untuk memasarkan bisnis melalui internet. Dengan mengunggah gambar hasil produksi kelompok, kemudian disebarkan melalui akun media sosial,” urainya.
Cara-cara ini yang kemudian kembali menggairahkan semangat pembudidaya perikanan darat di Kutai Barat. Meski pandemi COVID-19 bak menelan sebagian omzetnya. Pengembangan sistem pemasaran secara online, dan memanfaatkan penggunaan media sosial terbukti mengembalikan kejayaan sektor budidaya perikanan darat, meski perlahan.
Pemerintah juga tidak tinggal diam. Menurut Kasi Kemitraan Usaha dan Informasi Perikanan Dinas Perikanan Kubar, Mastuyah menyebut, bahwa pihaknya terus menggalakkan kampanye konsumsi ikan melalui Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan).
“Gemarikan ini diharap bisa memberi dampak positif. Baik bagi pelaku usaha pembudidaya dan nelayan, juga terhadap masyarakat. Sebab, mengkonsumsi ikan itu bisa meningkatkan ketahanan tubuh,” tandasnya.
Tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi COVID-19 ini akan berakhir. Namun, usaha terus menerus dan berinovasi harus terus dilakukan. Upaya ini tak lain agar sektor budidaya perikanan darat dapat kembali mendapatkan untung atau saat ini kerap dikenal dengan istilah 'Cuan'. (imy/sam)