Modal Ratusan Ribu, Omzet Puluhan Juta

Sabtu 14-11-2020,16:44 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Membangun bisnis tak melulu bermodal uang banyak. Bahkan tanpa harus punya produk. Salah satunya dengan menjadi reseller. Tren bisnis ini kini sedang ramai. Modal minim, hasil aduhaaaii…

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Sudah sejak 5 tahun lalu Rusmayanti menekuni bisnis reseller online shopping. Yang ingin punya bisnis modal minim namun pendapatan besar. Lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Matematika Unmul ini sudah menikmati hasilnya. Menjalankan bisnis jual beli hijab di Kota Tepian. Januari 2015, menjadi langkah awal Rusmayanti memulai usahanya. Saat itu, modal awal yang dikeluarkan senilai Rp 200.000. Uang tersebut merupakan hasil upahnya menjadi guru les. Dia memulai usaha murni tanpa bantuan dana kedua orang tua. Saat awal menjadi reseller hijab, dia menggunakan media sosial sebagai lapak jualannya. Yakni Instagram dengan nama Moccahijab_smd. Rusmayanti memulai semuanya sendiri. Dari memesan hingga produk sampai ke tangan konsumen. Dia mengantar sendiri dagangannya. Sedikit demi sedikit keuntungan dikumpulkan. Lalu kemudian dijadikan modal membeli lebih banyak produk. “Begitu terus, sampai akhirnya stok hijab saya banyak," terangnya, Rabu (11/11) lalu. Menurutnya, tren hijab di Kota Tepian dari 5 tahun lalu hingga sekarang terus meningkat. Reseller seperti dirinya justru jarang ada di Samarinda. Sementara pembeli terus menerus berdatangan. Dikatakan wanita berusia 28 tahun ini, dirinya belum memiliki toko khusus. Lantaran kesibukannya sebagai pengajar. Yang cukup menyita waktunya. Namun, Rusma, panggilannya, memiliki homestore. Yang berada di Jalan Damanhuri, Perumahan Bukit Temindung Indah, Blok BW nomor 13. Pembeli yang ingin melihat barang jualannya, bisa langsung ke rumah dan akan dilayani oleh keluarga Rusma sendiri. "Bisa langsung pilih hijab ke rumah," ucapnya.   Pengikut Rusma di akun Instagramnya mulai naik pesat sejak tahun kedua usaha hijab ini digeluti. Beberapa inovasi yang dilakukan saat itu, Rusma rutin memberikan promo. Untuk penjualan ketika pandemi seperti sekarang, dijelaskan Rusma terjadi penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, penjualan akan meningkat tajam saat Lebaran. Peningkatan terjadi karena masyarakat lebih memilih membeli dengan cara online. "Animo tetap sama pas Lebaran, cuma hari-hari biasa yah biasa saja," celetuknya. Rusma menyebut peluang usaha menjadi reseller hijab sangat menjanjikan. Alasan pertama, karena reseller seperti dirinya jarang ada. Kedua, beberapa penjual hanya muncul musiman. Untuk pengambilan produk, dia memesan langsung di Pulau Jawa. Modelnya pun variatif. Ada yang untuk anak-anak dengan harga yang Rusma patok dari Rp 16.000 hingga Rp 20.000. Kemudian untuk hijab wanita dewasa, Rusma membanderol dengan harga Rp 25.000. "(Dalam) Sehari Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 (omzet yang diperoleh)," beber Rusma. Rusma menegaskan, menjadi reseller memerlukan ketekunan. Kemudian fokus dalam satu hal saja. "Yang penting itu, karena kalau pecah konsentrasi, susah juga," tandasnya. Hal senada disampaikan Rofiqoh, pemilik usaha Ra Store yang berada di Jalan Cipto Mangunkusumo, Gang 4, nomor 27, Samarinda Seberang. Ibu satu anak ini menceritakan awal memulai bisnis di Februari 2016 lalu. Memiliki pengalaman sebagai seorang penjual menjadi bekal tersendiri bagi Rofiqoh. Modal awal yang digelontorkan Rofiqoh dan suami saat itu senilai Rp 500.000. Tak tanggung-tanggung, Rofiqoh langsung memantau perkembangan tren hijab ke Pasar Pagi. Dia dan suami pun melihat apa yang dibutuhkan dan dicari oleh konsumen. "Kita pernah jualan sweater, baju, lalu kita sampai punya toko. Nah, di toko sewaan itu enggak cuma jilbab saja yang kita jual. Karena enggak terkontrol, kembali lah kita ke rumah sembari mengevaluasi untuk bisa fokus, kembali lagi jualan jilbab," jelas Rofiqoh.   Saat pandemi, kata wanita 25 tahun ini juga ada penurunan omzet. Sejumlah strategi pun dilakukan. Seperti mengadakan promo, potongan harga, gratis ongkos kirim, serta memasang iklan bersponsor di Instagram. "Kita juga memanfaatkan digitalisasi, kita pasang di market place," tuturnya. Rofiqoh melanjutkan, dirinya pernah menjual hingga 800 hijab per bulan. Dan itu terjadi saat Ramadan. Namun sekali lagi ditegaskan Rofiqoh, dampak pandemi juga dirasakan. "Penurunan omzet lumayan jauh, mungkin karena orang lebih mengutamakan kebutuhan primer dibanding sekunder," tambahnya. Untuk harga, Rofiqoh mematok mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 40.000. Namun jika customer ingin mengambil eceran, harga bisa berubah menjadi Rp 15.000. Rofiqoh sendiri lebih mengutamakan kualitas dengan harga terjangkau. Produk dagangannya juga didatangkan dari Jawa. Rofiqoh bahkan menerima jika ada yang ingin menjadi reseller-nya. Dengan modal Rp 150.000 sudah bisa mendapatkan 15 hijab yang bisa dijual kembali. "Memang untuk memulai usaha harus melihat peluang. Apa yang lagi disenangi orang, diminati, dan bisa membantu orang, lakukan. Itu bisa menjadi langkah awal yang baik," pungkasnya. (nad/eny)

Obat Diet Best Seller

Tak hanya hijab. Reseller obat diet juga memiliki peluang yang besar. Walaupun modal awal yang sedikit lebih banyak. Yakni senilai Rp 2 juta. Salah satu yang mengambil peluang itu adalah Handoko. Warga Samarinda ini memulai usaha sejak awal Maret lalu. Alasannya, karena prihatin terhadap teman-temannya yang kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi. "Jadi saya mulai usaha online tujuannya untuk bisa bantu teman. Untuk bisa jualan juga dan jadi reseller," ucapnya. Produk reseller yang ia tawarkan ialah produk kesehatan dan kecantikan. Kemudian ada produk untuk kulit juga. Namun memang yang best seller adalah produk diet. "Rp 2 juta (modal awal) tersebut untuk beberapa produk yang bisa di pilih-pilih sendiri. Karena setiap produk sudah ada harga reseller-nya," terangnya. Ketika pandemi seperti ini, tidak jadi kendala berarti bagi Handoko. Karena baginya, berdagang online akan lancer asal tahu caranya menggunakan medsos sebagai sarana. "Penjualan online kan justru semakin meningkat pada saat corona, karena orang pada milih tinggal di rumah dan belanja melalui online," tegas Handoko. "Rata-rata keuntungan (yang diperoleh) sekitar Rp 10 juta per bulan. Itu termasuk ramai. Karena produknya juga kebetulan produk baru yang baru keluar di Januari ini," pungkas pria yang berdomisili di Samarinda Kota ini. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait