Kelima, melatih konsentrasi. Aktivitas membaca membutuhkan rentang perhatian yang cukup lama. Ini dapat melatih konsentrasi anak, membuat mereka tetap dalam posisi tenang, mendengarkan dan memproses informasi agar diterima dengan baik. Bila anak-anak sudah terbiasa sejak dini dilatih konsentrasinya, maka mereka akan lebih mudah untuk melaksanakan serta menyelesaikan suatu pekerjaan dengan hasil yang maksimal.
Keenam, mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Membaca membuat fikiran menjadi terbuka. Informasi yang mereka terima dapat membantu mengembangkan sisi kreatif otak. Karena anak akan terpancing untuk memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi. Ini dapat memotivasi mereka membuat suatu inovasi melalui daya imajinasi dan kreativitasnya.
Ketujuh, membuka cakrawala. Membaca adalah jendela dunia. Berbagai informasi dapat diperoleh dengan membaca. Banyak membaca berarti banyak membuka cakrawala pengetahuan. Anak yang sejak dini terbiasa membaca akan lebih percaya diri. Karena mereka memiliki segudang informasi dan lebih siap untuk menghadapi kehidupan nyata.
Kedelapan, membangun hubungan erat antara orang tua dan anak. Proses membacakan buku bagi anak usia dini merupakan tahap komunikasi yang interaktif antara orang tua dan anak. Keceriaan dan kehangatan akan menjalin ikatan emosional antara kedua pihak. Anak akan merasa lebih diperhatikan dan dicintai oleh orang tuanya. Kebahagiaan itulah yang akan membuat mereka merasa dekat dengan orang tuanya. Anak merasa memiliki sahabat terbesar dalam hidupnya yang setia menemani mereka dalam suasana apa pun.
Kesembilan, membentuk pola prilaku dan nilai sosial. Salah satu cara pendidikan karakter bagi anak adalah melalui bacaan. Pilihan bacaan yang mengandung nilai-nilai sosial membuat anak dapat belajar untuk berperilaku yang baik dengan lingkungan sekitarnya.
Kesepuluh, menumbuhkan minat membaca. Kebiasaan membaca akan membuat anak mencintai buku. Mereka terbiasa berada di lingkungan kondusif yang mendukung mereka untuk melakukan aktivitas membaca. Hal ini akan berpengaruh kuat terhadap minat baca mereka. Membaca bukanlah suatu hal yang harus dipaksakan lagi. Karena akan timbul kesadaran dalam diri anak betapa pentingnya membaca.
Kesebelas, meningkatkan prestasi akademik. Anak-anak yang terbiasa membaca buku sejak dini tidak akan merasa kaget untuk belajar saat mereka berada di usia sekolah. Saat masuk SD misalnya. Anak akan terbiasa belajar. Mereka akan merasa proses belajar itu adalah hal yang menyenangkan. Bagi mereka, membaca merupakan kebiasaan yang telah menjadi bagian dari dirinya. Kita tahu bahwa sebagian besar mata pelajaran itu selalu dimulai dengan membaca.
Beberapa alasan di atas tentu bisa ditambahkan lagi. Namun, apakah alasan-alasan itu terlalu ideal dan terlalu tinggi? Apalagi kalau mau dikaitkan dengan dusun seperti Sungai Tempurung ini? Tidak! Aku pastikan tidak! Itu sangatlah mungkin dan wajar! Anak-anak usia dini punya semua kemampuan untuk mewujudkannya. Yang perlu jadi pertanyaan justru terhadap diri kita sendiri sebagai orang tua. Maukah kita? Seriuskah kita? Siapkah kita?
Saat menatap dan mendengarkan celotehan dan semangat anak-anak di ruang taman baca yang sekaligus berfungsi sebagai sekolah PAUD itu, aku sempat termenung sejenak. Mereka adalah potret kecil masa depan bangsa ini. Apa sesungguhnya yang telah kita berikan untuk mereka agar mampu menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan unggul untuk mengisi kemerdekaan sebagai seorang warga negara? Perhatian dan kasih sayang adalah pondasinya. Pendidikan adalah pilarnya. Literasi adalah atapnya.
URGENSI TAMAN BACA
Kehadiran taman baca mungkin terlihat sepele. Karena kita tak terlatih untuk melihat hal-hal secara fundamental. Mendukung munculnya banyak taman baca di sekitar kita juga mungkin tak dipandang istimewa. Karena kita tak terbiasa dengan bacaan dan tak menghargai aktivitas membaca.
Urusan membaca dan menumbuhkan minat baca bagi anak-anak ternyata bukan masalah bagi anak-anak itu. Tapi justru menjadi masalah bagi orang tua seperti kita.
TBST yang selama ini menyatu dengan PAUD nampaknya perlu dibuatkan tempat secara khusus. Hal ini bermaksud agar akses anak-anak terhadap bahan bacaan bisa lebih leluasa. Tak lagi menyesuaikan jam tutup buka sekolah PAUD. Begitulah sebagian aspirasi para ibu guru PAUD yang juga penggerak literasi di dusun ini.
Beruntung, salah satu tim pendidik PAUD bersedia menjadikan rumahnya untuk dijadikan taman baca. Bagusnya lagi, tempatnya persis berseberangan dengan PAUD itu.
Berikutnya adalah bagaimana membuat taman baca di tempat yang baru. Aku katakan bahwa GLK siap untuk membantu mewujudkannya. Perlu sedikit perbaikan dan pengecatan di rumah itu; perlu sarana rak buku dan meja untuk membaca; perlu tambahan koleksi buku; perlu sentuhan dekorasi tambahan. Agar kelihatan lebih menarik; perlu tata kelola yang lebih profesional, dan seterusnya.
Apakah GLK punya semua sumber daya yang diperlukan untuk hal di atas? Tidak! Sama sekali tidak! Lalu, bagaimana? Berdasarkan pengalaman, ketika semua dimulai dengan niat baik dan keseriusan, biasanya sumber daya akan bermunculan menghampirinya satu per satu. Begitulah cara kita bergerak dalam keterbatasan selama ini.
***