Konsumen Belum Yakin Ekonomi Kaltim Membaik

Senin 09-11-2020,11:59 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Samarinda, nomorsatukaltim.com - Pandemi COVID-19 masih membayangi daya beli masyarakat di Kaltim. Dalam tiga bulan terakhir angka deflasi tak alami peningkatan.

Pada Agustus lalu misalnya, deflasi 0,17 persen. Kemudian pada September minus 0,40 persen dan Oktober minus 0,18 persen. Tak hanya itu, dari survei Bank Indonesia Oktober lalu, juga memberikan sinyal senada. Konsumen belum yakin ekonomi Kaltim membaik. “Penurunan ini bersumber dari ekspektasi konsumen yang rendah akan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang,” ujar Tutuk SH Cahyono, kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kaltim, Minggu (8/11) kemarin. Kenyataan itu, kata Tutuk, juga terlihat dari sejumlah perusahaan atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang lebih memilih ambil kebijakan tak buka akses untuk lapangan pekerjaan. Setali tiga uang, kondisi tersebut diperkuat dengan penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang mencapai 73,17 poin. Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan masih berada di zona pesimistis. Bahkan, ekspektasi konsumen pada periode mendatang juga demikan.  “Semakin menurun dengan capaian sebesar 95,50 poin,” imbuhnya. Sementara itu, lanjut Tutuk, untuk deflasi pada Oktober berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang tercatat minus 0,51 persen. Keadaan serupa juga dialami oleh kelompok transportasi dengan deflasi minus 0,30 persen. Kondisi ini disebabkan oleh produksi sejumlah komoditas yang berlimpah di tengah daya beli konsumen yang masih terbatas. Kemudian berdasarkan komoditasnya, daging ayam ras pun ikut alami deflasi minus 0,062 persen. “Lantaran konsumsi masih rendah, membuat pedagang menjual daging ayam ras dengan margin cukup tipis untuk memastikan stok tetap habis. Selain itu, pembelian partai besar yang umumnya dilakukan oleh penyedia jasa katering, restoran hingga hotel juga belum tinggi,” tuturnya. Komoditas lain yang juga alami deflasi ialah tomat dengan minus 0,017 persen. Tutuk menilai penyebabnya lantaran pasokan meningkat.   Meski begitu, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga di kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen. Kebijakan penerapan protokol kesehatan menjadi pemicu meningkatnya permintaan di sektor ini. Untuk memastikan pasokan dan harga bagi masyarakat berada dalam rentang harga normal, Tim Pengendali Inflasi Daerah atau TPID Kaltim sudah berkoordinasi dengan produsen dengan sejumlah toko mitra petani. “Harapannya, upaya ini dapat mengurangi ketergantungan dengan pasokan luar daerah serta memberikan akses masyarakat terhadap produk dengan kualitas lebih baik dan segar,” tandasnya. Pengamat Ekonomi Universitas Mulawarman Purwadi memberikan komentar. Baginya beberapa komoditi yang mengalami deflasi merupakan hal yang wajar. Ada slasan Purwadi menilai hal itu menjadi wajar. Sebabnya, dari situasi pandemi yang terjadi saat ini, beberapa perusahaan tertentu harus melakukan PHK atau merumahkan karyawan. Kemudian daya beli masyarakat yang masih kurang juga menjadi penyebab. "Pendapatan masyarakat juga menurun, melihat ini bisa saja (deflasi) akan terjadi beberapa waktu ke depan," ucapnya saat dihubungi melalui telepon seluler. Ketergantungan terhadap pembelian barang dari Sulawesi, Surabaya, Malang, juga menjadi faktor. Ditegaskan Purwadi, deflasi juga cepat terjadi karena hal tersebut. Dirinya menyinggung penyiapan ekonomi mandiri dari sektor pertanian perlu dilakukan. Tak menutup kemungkinan pemangkasan ongkos bisa saja terjadi. Jika di segala kebutuhan bisa terpenuhi di Bumi Mulawarman. "Penyiapan ekonomi dalam arti meluas itu perlu, pertanian kan penting," katanya. Catatan lain yang diberikan Purwadi, jika pembelian barang hanya terfokuskan di Kaltim saja, pemerintah diminta untuk memperhatikan harga. Kemudian pemantauan hasil produksi juga perlu. "Kita kan identiknya jika terjadi fenomena besar, atau jika sudah kebakaran sendiri baru sibuk semprot-semprot kan? Yang di lapangan memang harus bekerja ekstra," pungkasnya. (nad/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait