Derap Langkah Gasifikasi Batu Bara

Senin 09-11-2020,09:47 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Per kuartal III-2020, PTBA membukukan laba bersih senilai Rp 1,7 triliun, turun 44 persen jika dibandingkan dengan torehan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 3,10 triliun.

Penurunan laba bersih ini selaras dengan penurunan pendapatan bersih PTBA. Emiten yang berbasis di Sumatera Selatan ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 12,8 triliun. Turun 20,94 persen dari realisasi pendapatan bersih di triwulan III-2019 yang kala itu mencapai Rp 16,25 triliun.

Dessy menilai, penurunan kinerja PTBA pada sembilan bulan pertama 2020 sudah sesuai dengan ekspektasi Samuel Sekuritas Indonesia. Seiring dengan tren penurunan harga batu bara dibandingkan tahun lalu.

Secara kumulatif, kinerja PTBA tahun ini akan menurun dibandingkan 2019. Namun, untuk 2021 mendatang, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan industri batu bara global akan lebih atraktif. Seiring menguatnya permintaan dari China. Karena aktivitas ekonomi yang diproyeksikan lebih baik dibandingkan 2020.

Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai, diversifikasi bisnis menjadi kunci strategi PTBA meningkatkan kinerja di masa depan.

“PTBA memproyeksikan jika PLTU Sumsel-8 rampung pada 2022 dan proyek gasifikasi selesai, maka akan meningkatkan penjualan batu bara di mulut tambang sekitar 12 juta ton per tahun,” ujar Sukarno.

Adapun produksi PTBA diperkirakan turun 14 persen secara tahunan menjadi 25,1 juta ton. Hanya saja, Sukarno berekspektasi bahwa kinerja PTBA akan dapat bangkit kembali pada tahun depan.

Pengembangan dan penemuan vaksin dinilai dapat menghidupkan kembali aktivitas industri. Sukarno merekomendasikan beli tambah (add) saham PTBA dengan target harga Rp 2.200.

Adapun harga batu bara diperkirakan akan pulih mulai akhir tahun ini. Berpeluang terus meningkat hingga tahun depan. Salah satu asumsi atas perkiraan ini didasarkan pada permintaan batu bara dari China yang mulai menunjukkan peningkatan. Seiring dengan penurunan angka infeksi COVID-19 dan perekonomian Negeri Panda tersebut mulai pulih. Selain itu, tingkat infeksi harian di China juga telah berhasil dikendalikan dan terus mengalami penurunan.

IMPOR ELPIJI

Kementerian ESDM melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) mencatat impor elpiji ke dalam negeri mengalami peningkatan setiap tahun. Data Badan Litbang menyebutkan, pada tahun 2019 Indonesia telah mengimpor hampir 6 juta ton elpiji atau 75 persen dari total penggunaan bahan bakar itu di dalam negeri.

Kepala Badan Litbang ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, untuk menekan impor dan mengurangi ketergantungan elpiji, pemerintah bermaksud mendorong gasifikasi batu bara. Guna menyubstitusi bahan bakar gas cair tersebut. “Ini menjadi tekanan bagi pemerintah dan keekonomian,” ujarnya.

Melalui teknologi gasifikasi, batu bara akan diubah menjadi syngas yang kemudian akan diproses kembali menjadi produk yang bernama DME. Selain batu bara, bahan baku DME bisa berasal dari CBM, biomassa, gas bumi hingga limbah.

Adapun saat ini dua perusahaan pelat merah, yakni PT Pertamina (Persero) dan PTBA, telah menjalin kerja sama dalam proyek gasifikasi batu bara untuk menghasilkan DME. Diharapkan bisa menjadi produk substitusi elpiji di masa mendatang.

“Batu bara yang dimanfaatkan ialah batu bara kualitas rendah. Yang harganya bisa didapatkan di angka USD 20 dolar per ton,” katanya.

Selain sebagai subtitusi elpiji, lanjut Dadan, DME pun bisa digunakan untuk bahan bakar transportasi seperti truk diesel (dicampur dengan LGV), refrigerants, penggunaan gas rumah tangga, hingga industrial burner (pemantik api dengan skala kebutuhan pabrik).

Hingga saat ini, Balitbang ESDM telah melakukan beberapa tahapan pengkajian DME. Yang terbaru, Balitbang ESDM telah selesai melakukan uji terap DME untuk rumah tangga di beberapa titik wilayah.

Tags :
Kategori :

Terkait