Novie, Polisi Tangguh Balikpapan, 1 Tahun 9 Bulan Tugas di Sudan

Jumat 06-11-2020,22:09 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Syok. Kaget. Tak percaya. Dia menyaksikan sendiri di depan matanya seorang anak menenteng AK47. Ada juga yang bawa RPG. Yang kalau terjatuh ke bumi, bum, seketika meledak. Memori itu sulit dihapus diingatan Novie. Polisi wanita asli Balikpapan.

Perempuan 30 tahun ini termasuk beruntung. Menjadi satu-satunya Polwan dari Kaltim yang merasakan bertugas di Golo Tob, Sudan, Afrika. Keinginannya itu bermula dari rasa penasaran. Saat dia menerima informasi akan ada polisi yang bertugas di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Ada senior saya yang ke PBB. Jadi saya cari tahu bagaimana bisa sampe kesana, bekerja di bawah naungan PBB. Itu kan sebuah kebanggaan jika bisa seperti itu. Apa lagi saya seorang polwan tentunya bisa membuat berbeda dengan polwan lainnya," ujar peremuan berpangkat Brigadir ini.

Informasi lengkap mengenai Pasukan Garuda sudah didapat. Saat itu pula tekad Brigadir di Dikyasa Satlantas Polresta Balikpapan ini membuncah. Dia mendaftarkan diri masuk ke Formed Police United atau Pasukan Garuda Indonesia. Enam orang dari Polda Kaltim. Termasuk dia. Tapi yang lolos dan dikirim hanya 5.

Baca juga: Mufakat Kanjeng Sinuhun (6): Nada Ancaman

"Tapi sebelum berangkat ke Sudan itu saya harus masuk pendidikan dulu selama 7 bulan," tambahnya. Ketiga anaknya terpaksa ditinggal. Selama pendidikan beberapa hal ia pelajari. Diantaranya bahasa arab. Dan menggunakan senjata laras panjang. Ternyata Novie sempat minder.

“Karena kan saya dari polisi biasa, jadi saya masih awam dengan senjata jenis Stayer dan SS2 begitu. Ditambah lagi latihannya ada ketepatan dan ketangkasan taktikal. Jelas lah rasa minder itu ada sekali,” tuturnya.

9 Maret 2019. Saat yang dinantikan akhirnya tiba. Untuk pertama kalinya helm biru dengan logo PBB menutupi kepalanya selama bertugas. Brigadir Novie tergabung dalam FPU 11 atau yang pertama kali memberangkatkan Pasukan Garuda berkomposisi 15 Polwan. Kakinya siap melangkah, menjejal tanah Benua Hitam. "Kami tugas di Golo Tob, Sudan," tegasnya.

Di sana dia berada di kamp yang tergabung dengan negara lain. Seperti: Tiongkok dan Rwanda. Tugasnya adalah menjaga aset UN (United Nation) atau PBB. Yakni sebuah kawasan netral ditengah-tengah kelompok separatis. Dimana kawasan itu tidak boleh diperebutkan. Dia tidak boleh lengah. Bahkan saat istirahat pun tetap fokus.

Selama ada Formed Police United dan Pasukan Garuda Indonesia ditengah konflik, sudah 5 tahun tidak terjadi lagi seteru bersenjata diantara kalangan separatis. "Aktivitas kami ya terus melakukan sosialisasi dan menjaga kawasan ini. Di tengah itu ya kami berkumpul sama warga di sana," kenang Novie.

Suara peluru mendesir sudah biasa. Bukan hal yang asing lagi baginya. Yang paling membuatnya kaget adalah bocah di sana dengan entengnya membawa senjata jenis AK47. Kadang-kadang memeluk RPG layaknya film-film Hollywood. Kenangan yang sulit dilupakan.

Di tanah Sudan, Novie punya penggemar. Mereka ternyata lima orang anak yang jadi teman bermain. Begini ceritanya. Semula kelimanya selalu meminta uang kepadanya. “No Money,” jawab Novie.

Untungnya mereka mengerti Bahasa Inggris. Lama kelamaan, kelima anak itu semakin akrab karena seringnya berinteraksi selama setahun sembilan bulan di sana. Bahkan, Novie mengabadikan momen bersama kelima bocah itu.

“Mereka yang tadinya suka mencuri sekarang lebih banyak belajar. Karena kan kami juga ditugaskan untuk melaksanakan pembelajaran," kata perempuan yang juga pernah mengikuti kejurnas karate di Jakarta itu.

Satu tahun Sembilan bulan. Waktu yang diberikan kepadanya untuk bertugas. Ratusan kilometer dan dua musim sudah dilaluinya di sana. Tidak mudah juga mencuri sinyal untuk berkomunikasi dengan keluarga. Setiap negara hanya diberikan jatah tiga hari sekali untuk berkomunikasi. Satu harinya dibatasi enam jam saja.

Tags :
Kategori :

Terkait