Pasar Global Tahun Depan, Tiga Sektor Ini Potensi Cuan

Jumat 06-11-2020,16:49 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Perkembangan vaksin COVID-19 dan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat memengaruhi pasar global tahun depan. Tahun depan pula seluruh dunia juga fokus pada pemulihan ekonomi.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengungkapkan, hasil pemilu Amerika Serikat dipastikan mempengaruhi pasar. Di mana dana stimulus AS akan lebih banyak. Dan pajak bisa mengalami kenaikan. “Sepertinya arahnya dolar itu akan melemah dan dana akan masuk ke market termasuk Indonesia. Jadi cukup positif bagi pasar kita,” jelas Hans Kwee, saat dihubungi Disway Kaltim, Kamis (5/11). Pada 2021 dipastikan vaksin COVID-19 dan pendistribusiannya juga masih menjadi topik hangat. Dia menilai, Jerman yang merupakan negara maju menyebut vaksin baru akan selesai pada 2022. “Artinya kalau sudah ditemukan 2021, untuk menyuntikkan butuh waktu setahun. Sehingga baru efektif vaksin 70 persen orang divaksin. Saat ini uji coba vaksin menunjukkan kekebalannya enam bulan. Jadi memang butuh perlombaan dengan waktu,” ujar dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti dan MET Atmajaya itu. Selanjutnya, pada 2021 tidak banyak yang berubah. Karena seluruh dunia fokus pada recovery ekonomi. Menurutnya, stimulus AS yang akan digelontorkan memberikan dampak cukup bagus untuk dunia mendorong ekonomi tumbuh. “Biarpun saat ini optimisme pasar berkurang banyak,” tandasnya.

Sektor Potensial 2021

Keuangan

Keuangan masih menjadi sektor andalan pasar modal Indonesia. Karena pada awal tahun nanti adalah awal siklus kenaikan pasar. Seperti diketahui sektor ini selalu membaik. “Kita masih percaya dengan banking karena sektor ini biasanya memimpin pemulihan dengan cepat,” kata Hans Kwee. Lanjut Hans, dengan melihat pemulihan ekonomi maka komoditas ini menjadi menarik. Ia mengatakan, pasar saham belum akan naik berlebih. Masih ada potensi upside (potensi peningkatan nilai). “Dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 5.300. Seharusnya saham-saham perbankan masih bisa memaintain untuk kenaikan beberapa poin ke depan,” ujarnya.

Energi Baru Terbarukan

Pendorong sentimen akan positif adalah isu global mengarah pada green energy atau energy hijau. Hans mencontohkan mobil listrik akan menjadi salah satu kendaraan masa depan. “Pembentukan holding Indonesia baterai akan menjadi prospek menjanjikan. Beberapa emiten yang memiliki produksi nikel dan timah juga akan terdorong positif,” sebut Hans Kwee.

Properti

Potensi lain di tahun depan adalah sektor properti. Pertumbuhan properti booming hanya sampai 2013. Kemudian grafiknya menurun, seiring dengan grand supercyle komoditas di 2012. “Siklus properti akan naik kembali dengan titik atasnya di 2023. Jadi sekarang adalah periode properti yang cukup low, dan menjadi pilihan yang cukup baik,” ulasnya Selain itu, dengan bunga rendah properti akan memberikan kebangkitan dari kelesuan. Konstruksi tentunya juga jadi pilihan. Alasan lainnya berkaca pada Tiongkok, dimana penjualan properti kembali naik pasca pandemi. Selain itu tren bunga pinjaman juga turun, sehingga tren properti akan naik. "Rata-rata saham properti diperdagangkan dengan Net Asset Value (NAV) yang telah terdiskon sangat jauh, 50-70%. Jadi ini periode yang murah bagi sektor saham properti,” sebut Hans Kwee. Ia menilai saham bluechip masih menarik. Akan tetapi limited upside. “Banyak yang masih potensial sekali. Memang market sudah naik lumayan banyak. Dari 3.900 waktu COVID-19 mengganas pada Maret lalu. Sekarang indeks sudah di 5.100. Sudah naik 100 poin lebih,” tukasnya. Hans memproyeksi pada 2021 nanti pasar akan lebih cepat naik dibanding tahun ini. “Tahun 2020 tentu tren terjadi kejatuhan pasar. Selanjutnya tahun 2021 ditandai dengan recovery pasar. Sudah kencang naiknya,” imbuh dia lagi.

Tips untuk Pelaku Pasar

Bagi pelaku pasar sangat tepat membeli saham ketika terjadi koreksi indeks. “Jadi kalau indeks turun waktunya beli,” sebut Hans Kwee. Selain itu, jangan agresif di pasar saat melakukan pembelian ketika market koreksi. “Sebelum buying harus memilih perusahaan yang fundamentalnya bagus,” ujarnya. Hans Kwee menyarankan tidak telalu panic buying dan panic selling. “Menunggu waktu ketika koreksi beli dan ketika menguat banyak dijual. Ditambah tidak terburu-buru,” katanya menambahkan. (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait