Boseke Minahaizi

Kamis 29-10-2020,06:20 WIB
Reporter : Disway Kaltim Group
Editor : Disway Kaltim Group

Pusat pemerintahan Han sendiri pindah-pindah. Awalnya di Chang An (sekarang: Xi’an), Laoyang (kota Laoyang sekarang masuk provinsi Henan) dan Chengdu (sekarang masih bernama Chengdu, ibukota provinsi Sichuan).

Nama Minahasa pun ternyata terkait dengan sejarah  banyaknya pengungsian akibat perang ratusan tahun berikutnya. Terutama pengungsian terhadap wanita dan anak-anak. Mereka dinaikkan kapal agar bisa menghilir di sungai Changjiang (Yang Tze Kiang) yang sangat besar itu. Mereka pun menghilang ke timur – -termasuk lepas ke muara sungai menuju lautan bebas.

Asal kata Minahasa, tulis Boseke, dari bahasa Han: Min Na Hai Zi. Lalu menjadi Minahasa. Artinya: orang-orang (rakyat) dan anak-anak sampai di sini.

Kata ”mayesu” di Minahasa berarti pulang. Tapi ‘pulang’ dalam pengertian pengungsi itu adalah pulang ke negeri ‘shu’. Mereka begitu rindu pulang sampai-sampai mayesu sendiri berarti pulang.

Buku ini juga menarik karena Boseke menceritakan perang tiga negara – -Shu, Wi, Wu– sehingga bagi pembaca yang malas mengikuti Samkok yang berjilid-jilid bisa cepat tahu pokok persoalan. Termasuk peran jenderal Zhuge Liang, jenderal Chao Chao dan putri Xiao Mi.

Di Tiongkok kini ada taksi khusus mobil listrik dengan nama Chao Chao. Itu untuk menggambarkan di mana pun Anda Chao Chao ada di situ. Waktu itu jenderal Chao Chao memang dikagumi karena di mana pun ada musuh ia ada di situ.

Sedang kecantikan Xiao Mi kini juga menjadi merek hand phone –meski xiao mi sendiri artinya beras kecil-kecil, warna kuning, yang biasanya enak untuk bubur.

Tentu saya ingin sekali bertemu Boseke. Masih begitu  banyak pertanyaan yang mengganjal. Boseke Minahaizi.

Sumber: disway.id

Tags :
Kategori :

Terkait