Jumlah Investor Pasar Modal Naik 200 Persen

Senin 26-10-2020,14:01 WIB
Reporter : Benny
Editor : Benny

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Kurun waktu tiga tahun terakhir jumlah investor di pasar modal mengalami kenaikan 200 persen.

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Hingga akhir kuartal III-2020, tercatat pertumbuhan investor pasar modal hampir 32 persen menjadi 3,28 juta single investor identification (SID). Direktur Utama KSEI Uriep Budi Prasetyo menyebut kenaikan jumlah investor didominasi oleh investor individu. Khususnya investor individu lokal. “Bahwa 60 persen di antaranya didominasi investor lokal. Hal ini menjadi kabar baik bagi pasar modal Indonesia,” kata Uriep Budi Prasetyo, saat membuka seminar analisis pasar “Outlook Investasi 2021” baru-baru ini. Selain itu, data yang tercatat KSEI. Berdasarkan demografi, investor semakin bergerak pada usia lebih muda. Data September 2020, menunjukkan usia di bawah 30 tahun bejumlah 47,57 persen. Sedangkan 31-40 tahun sebanyak 24,5 persen. “Dari data tersebut 70 persen berada pada usia muda,” tandasnya. Menurutnya, laju pertumbuhan investor di pasar modal didorong oleh simplikasi pembukaan rekening efek. Bahkan melalui fasilitas online yang diberikan memberikan dampak positif pada pertumbuhan. “Hal ini terlihat pada keinginan investor untuk berinvestasi pasar modal pada masa pandemi,” ujar Uriep. Terpisah, Kepala Kantor Perwakilan Kalimantan Timur Dinda Ayu Amalia mengungkapkan, pertumbuhan investor di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara terus bertumbuh. “Pertumbuhan investor lebih baik dari perkiraan,” katanya. Meski masa pandemi, sosialisasi melalui online terus dilakukan. Saat ini jumlah SID di Kaltim sebanyak 4.971, dan SRE sebanyak 6.526. Sedangkan di wilayah Kalimantan Utara sebanyak 511 SID dam 465 SRE. “Pada tahun ini ditargetkan ada kenaikan 20 persen lebih dari tahun sebelumnya untuk pertumbuhan investor,” sebutnya.

Outlook Investasi 2021

Sektor pertambangan dan properti akan menarik pada 2021 nanti. Hal itu karena likuiditas global cukup tinggi dengan bank sentral AS The Fed yang mencetak US$ 2 triliun dana untuk membantu ekonomi AS keluar dari pandemi. Menurut Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, alasan kedua sektor tersebut menarik juga karena stimulus fiskal yang kuat dari AS dan Eropa membuat hampir seluruh dunia pada posisi mendorong negara keluar dari krisis pandemi. “Indonesia juga telah menggelontorkan Rp 600 triliun lebih. Hal ini tentu akan mendorong komoditas di 2021 akan cenderung lebih positif pergerakannya,” tukasnya yang menjadi narasumber outlook investasi 2021 dalam acara CMSE 2020, baru-baru ini. Selain itu, pendorong sentimen akan positif adalah isu global mengarah pada green energy atau energi hijau. Ia mencontohkan mobil listrik akan menjadi salah satu kendaraan masa depan. “Pembentukan holding Indonesia baterai akan menjadi prospek menjanjikan. Beberapa emiten yang memiliki produksi nikel dan timah juga akan terdorong positif,” sebut Hans Kwee. Potensi lain di tahun 2021 adalah sektor properti. Pertumbuhan properti booming hanya sampai 2013. Kemudian grafiknya menurun, seiring dengan grand supercyle komoditas di 2012. “Siklus properti akan naik kembali dengan titik atasnya di 2023. Jadi sekarang adalah periode properti yang cukup low, dan menjadi pilihan yang cukup baik.” Alasan lainnya berkaca pada Tiongkok. Di mana penjualan properti kembali naik pasca pandemi. Selain itu tren bunga pinjaman juga turun, sehingga tren properti akan naik. "Rata-rata saham properti diperdagangkan dengan Net Asset Value (NAV) yang telah terdiskon sangat jauh, 50-70%. Jadi ini periode yang murah bagi sektor saham properti,” sebut Hans Kwee. Kemudian sektor keuangan juga menjadi andalan pasar modal Indonesia karena pada nanti awal siklus kenaikan pasar, sektor ini selalu membaik. (fey/eny)
Tags :
Kategori :

Terkait