Dampak La Nina, Kapal Nelayan Karam

Rabu 21-10-2020,10:02 WIB
Reporter : admin3 diskal
Editor : admin3 diskal

TANJUNG REDEB, DISWAY – Cuaca ekstrem di perairan Berau, membuat kapal nelayan karam di perairan Pulau Manimbora Kecamatan Batu Putih, sekira pukul 20.00 Wita, Senin (19/10). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau pun mengimbau untuk tak melaut dulu.

Berdasarkan keterangan warga, Amin (55), dirinya mengaku menerima kabar dari salah satu korban bernama Hakim (50) yang merupakan nakhoda KM Sinar Surya. “Hakim mengabarkan perahunya tenggelam di perairan Pulau Manimbora saat mencari ikan. Informasinya tiba-tiba angin kencang dan gelombang besar, sehingga air masuk ke kapal,” ungkap Amin, Selasa (20/10). Mendapat laporan tersebut, Kapolres Berau AKBP Edy Setyanto Erning mengatakan, pihaknya langsung melakukan pencarian di sekitar perairan Batu Putih terutama di sekitar Pulau Manimbora. “Beruntung, kapal masih berada di sekitar perairan Pulau Manimbora dan seluruh awak kapal beserta juragan dan barangnya bisa diselamatkan,” ungkap Kapolres. Identitas para korban yakni Hakim (55) juragan kapal, Heri (40), Salim (50), Riri (27), dan Ahmat (30) merupakan awak kapal. Mereka sudah dibawa ke Pos Polair Batu Putih untuk dimintai keterangan. “Sementara untuk kapal masih belum bisa dievakuasi, akibat cuaca buruk. Hanya barang-barang beserta korban yang saat ini sudah dievakuasi,” ujarnya. Kapolres juga mengingatkan kepada para nelayan maupun masyarakat yang menggunakan transportasi air dimohon untuk lebih berhati-hati, terutama perubahan cuaca yang terjadi sangat ekstrem belakangan ini. Serta kepada pemilik transportasi air diharapkan selalu mengecek kelayakan kapal, perahu ataupun speedboat yang akan digunakan. “Serta selalu sediakan pelampung dan lain sebagainya sebagai alat perlindungan di jalur sungai dan laut,” pungkasnya. Sebelumnya disampaikan Ketua Forum Komunitas Maritim Berau, Captain Hasanul Haq Batubara, kapal rawan terbalik. Muara Pantai Berau bergejolak. Ombak besar menghantam kapal-kapal yang berlabuh. Bahkan berpotensi kapal tenggelam. Lanjut Hasanul, sebagai pelaut, berhadapan dengan ombak besar dan cuaca buruk adalah risiko yang harus dihadapi. Apalagi kalau ada Typhoon lewat dari Pasifik ke Asia. Khususnya di bulan September, Oktober, November dan Desember. “Sebagai nakhoda (pelaut) agar aman, tindakannya harus shelter (Berlindung) atau merubah haluan menghidari Low atau pergerakan pusaran ombak yang terjadi di laut tersebut,” jelasnya kepada Disway Berau, Senin (19/10). Sebagai pelaut, dirinya mengetahui pasti kondisi laut Berau. Mulai dari Oktober, November dan Desember, bahkan sampai Januari ada pergerakan Low dari pasific ke Laut China Selatan. Muara Pantai Berau atau Kepulauan Derawan terkena imbas dari pergerakan low tersebut. Lanjutnya, cuaca seperti itu sangat berpotensi laka. Besar kemungkinan, kapal akan kehilangan kendali. Apalagi yang membawa muatan banyak. “Sangat memungkinkan kapal tenggelam karena stabilitas kapal yang kurang aman dan kapal bisa terangkat,” tegasnya. Dicontohkannya, kapal dengan muatan kontainer yang dihantam obak besar, dapat membuat kontainer yang diangkutnya bergerak. Sehingga mempengaruh keseimbangan kapal. Namun, diungkapkannya, sekarang alat-alat Navigasi sudah canggih dengan adanya Satelit. “Kami dulu hanya bermodalkan Faxmile Cuaca dan Laporan radio Cost Station (Radio Pantai),” jelasnya. Lebih Baik Tak Melaut Dulu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, memprediksi Fenomena La Nina masih terjadi sampai Januari (2021) mendatang. Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi mengatakan, seluruh masyarakat Berau dapat mewaspadai anomali iklim La Nina yang mencapai puncaknya di Januari. “Fenomena La Nina menyebabkan bencana hidrometeorologi, salah satunya terjadinya gelombang tinggi dan banjir rob. Fenomena ini menurun di bulan Februari hingga April 2021,” ujarnya, Selasa (20/10). Dijelaskannya banjir rob merupakan banjir air laut atau naiknya permukaan air laut yang pasang sehingga menggenangi daratan rendah. Kondisi ini yang terjadi di sejumlah wilayah seperti di Kecamatan Pulau Derawan, Talisayan, Bidukbiduk. “Itu karena disebabkan dampak dari fenomena La Nina,” katanya. Hingga Selasa (Kemarin), air pasang tinggi masih terus terjadi. Kondisi ini juga sempat membuat masyarakat yang berada di sekitar wilayah pesisir, khususnya di dataran rendah khawatir. “Jadi memang pasang air laut saat ini berbeda dari sebelum adanya fenomena La Nina ini,” jelasnya. Dirinya memperingatkan kepada masyarakat nelayan, untuk selalu waspada saat beraktivitas di laut. Sebab saat ini, gelombang tinggi, dan angin kencang yang terjadi akibat pertumbuhan awan, akan sangat membahayakan nelayan jika melaut. “Untuk sementara masyarakat nelayan dimohon untuk selalu waspada, dan untuk keamanan nelayan diimbaunya tidak melaut demi menghindari hal yang tidak diinginkan,” jelasnya. Dijelaskannya, pihaknya sudah memprediksi bahwa memasuki Oktober 2020 hingga November akan terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrem terutama di wilayah di sekitar pesisir Berau. “Kondisi ini juga mempengaruhi dataran tinggi di Kabupaten Berau, terutama masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran sungai dan wilayah pesisir harus waspada dalam menghadapi bencana hidrometeorologi,” jelasnya. Selain itu, Dirinya juga mengingatkan kepada masyarakat dan pemerintah kabupaten, Hidrometeorologi yang disebabkan La Nina juga dapat menimbulkan dampak bencana seperti tanah longsor. “Maka setiap akan terjadi hujan mohon untuk lebigh waspada terutama bagi pengguna transportasi laut ataupun nelayan juga berhati-hati,” pungkasnya. */FST/*ZZA/APP      
Tags :
Kategori :

Terkait