Ekonomi Amerika Anjlok 31,4 persen

Rabu 07-10-2020,06:26 WIB
Reporter : bayong
Editor : bayong

Washington, nomorsatukaltim.com - Pandemi COVID-19 menjadi pukulan telak bagi ekonomi Amerika Serikat (AS). Pasalnya hampir 4 juta orang di negara ini kehilangan pekerjaan.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengklaim jumlah pengangguran yang kehilangan pekerjaan permanen naik hingga 345.000 orang pada September ke level tertinggi 7 tahun: 3,8 juta pengangguran.

Artinya, beberapa orang yang semula hanya dirumahkan, kini harus kehilangan pekerjaan secara permanen. Karena banyak bisnis yang tutup dan perusahaan yang memangkas biaya di tengah kondisi ekonomi saat ini.

Itu berarti, apa yang awalnya diharapkan banyak orang sebagai cuti atau kehilangan pekerjaan sementara menjadi permanen. Karena bisnis tutup dan pemotongan biaya. Pasar tenaga kerja AS telah tenggelam ke level terendah dalam 19 tahun pada Februari lalu. Tepat sebelum pandemi meletus di negara ini.

Lonjakan pengangguran permanen Amerika memberikan bukti nyata tentang efek ekonomi yang disebabkan oleh krisis kesehatan.

“Ini adalah pertanda yang tidak menyenangkan,” kata Austan Goolsbee, mantan penasihat ekonomi Presiden Obama, kepada CNN Business melalui email, Minggu (4/10).

Ketika banyak orang AS kehilangan pekerjaan, Departemen Tenaga Kerja mengklasifikasikan beberapa orang sebagai pemberhentian sementara. PHK yang diklasifikasikan sebagai permanen adalah orang-orang yang baru saja menyelesaikan pekerjaan sementara atau kehilangan posisinya untuk selamanya. Berarti pekerjaan tersebut belum kembali.

Persentase penganggur Amerika yang diklasifikasikan sebagai penganggur permanen naik menjadi 35,6 persen pada September atau naik dari 11,1 persen pada April.

“Ini sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya untuk orang-orang ini. Tetapi juga untuk apa yang dikatakannya tentang pemulihan,” kata Kepala Ekonom di PNC Gus Faucher, dikutip dari NBC Palm Springs.

JURANG RESESI

Pemerintah AS akhirnya mengumumkan angka perekonomian AS di kuartal II-2020. Negeri Paman Sam itu mengalami kontraksi di kuartal II-2020: minus 31,4 persen dibandingkan 2019 atau year on year (yoy). Artinya, ini kondisi ekonomi AS terburuk dalam 73 tahun terakhir atau sejak tahun 1947.

Dikutip dari Reuters, angka itu baru diumumkan pemerintah melalui Departemen Perdagangan AS akhir bulan lalu. Sebelumnya, perekonomian AS di kuartal II-2020 mengalami kontraksi hingga 31,7 persen. Lalu pada 31 Juli 2020, Biro Analisis Ekonomi mencatat kontraksinya hingga 32,9 persen.

Dilansir dari CNBC, pemerintah AS akan merilis laporan PDB di kuartal III-2020 ini pada 29 Oktober 2020 atau 5 hari sebelum pemilihan presiden yang akan menentukan apakah petahana Presiden AS Donald Trump akan bertahan atau didepak oleh saingannya: Joe Biden.

Meski di kuartal I dan II-2020 ekonomi AS anjlok, sejumlah ekonom percaya perekonomian AS akan berkembang lagi di kuartal III-2020 pada tingkat tahunan 30 persen. Pasalnya, di kuartal III-2020 ini bisnis telah dibuka kembali. Lalu para pegawai juga mulai bekerja.

Namun, kepercayaan itu juga bergantung pada keputusan Kongres. Apakah akan menyetujui stimulus baru untuk bangkit dari keterpurukan dampak COVID-19 atau tidak. Jika Kongres gagal, maka perekonomian AS diprediksi akan jatuh ke resesi yang cukup panjang.

Tags :
Kategori :

Terkait