“Soal isu itu saya juga dengar. Tapi ya saya tidak tahu,” katanya, santai, ketika berbincang dengan Disway Kaltim-Nomorsatukaltim.com. Hari itu Basir kelihatan gagah. Mengenakan batik bernuansa biru. Ada kelir tosca di salah satu motifnya. Celana kain diakhiri pantopel bermerek. Cocok memang jadi penantang. Dalam bursa calon wali kota Balikpapan. Matching pula dengan markas besarnya. Bangunan 2 lantai di Jalan Manunggal, BDS 2, Balikpapan Selatan.
Bangunan itu bernada dasar ungu. Warna kesukaan sang istri, Irma Syarifudin. Memang Irma sangat berperan. Support full. Baik moril hingga funding. Bahkan inisial AHB adalah panggilan sayang Irma ke Basir. Sejak mereka pacaran. Puluhan tahun lalu. Di bangunan itu, lantai dasar menjadi tempat bisnis sehari-hari. Barulah lantai 2 jadi markas pemenangan. Di dalamnya dinding dipenuhi cover AHB dan slogan pemenangan. Dengan berbagai persiapan menghadapi kampanye. Ada pula bendera-bendera partai. Yang semula diyakini dipegang Basir. Hingga akhirnya hanya tersisa Nasdem dan Hanura.
“Dulu saya menganggap politik itu jahat. Penuh kepura-puraan. Begitu pula partai politik. Namun setelah berjalan, ternyata ada juga yang benar. Dan memang bermisi mulia. Salah satunya Nasdem,” katanya saat mulai ditanya tentang politik.
Memang, Basir baru cemplung ke partai lewat Nasdem. Ketika terjadi rolling pengurus. Pada medio Juli 2018. Saat itu H Redy yang menjabat ketua, mundur. Karena mengurus bisnis pribadi di Kalimantan Tengah. Masuklah Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi sebagai ketua. Dengan Ahmad Basir sebagai bendahara.
Sejak itu posisi Basir menguat. Disebut-sebut menjadi suksesor Rizal Effendi. Kedekatan keduanya sudah berlangsung lama. Basir bahkan bisa menafsirkan raut wajah Wali Kota. Tak heran, nama Basir terus mencuat. Di internal Nasdem.
Dalam pertemuan-pertemuan partai, Rizal Efendi juga sudah berharap. Kader Nasdem bisa menjadi penerus pemegang kekuasaan di Balikpapan. Ini pun disambut Basir. Dia memulai berbicara intens dengan Rizal Effendi. Saat pertemuan Nasdem di Hotel Borobudur, Jakarta. Sebelum bulan puasa 2019.
“Saya sampaikan ke beliau. Bahwa saya tidak ada ambisi macam-macam. Saya hanya berniat melakukan yang terbaik yang saya bisa. Tapi kalau ini instruksi Pak Rizal, saya laksanakan,” kata Basir, menirukan percapakannya dengan Rizal Effendi saat itu.
Tiga hari kemudian, naiklah billboard wajah Basir. Sebagai penantang pertama. Unjuk gigi duluan. Jauh sebelum lawan-lawan lainnya muncul. Dia sendiri yang berinisiatif menaikkan. Toh, sudah disetujui ketua partai.
“Istri saya awalnya tidak setuju saya berpolitik. Sejak masuk Nasdem, hingga awal mau maju calon wali kota. Kata istri saya: tidak usah. Kita punya ratusan karyawan yang harus dipastikan kehidupannya. Apalagi soal calon wali kota. Istri saya bilang jangan dulu maju. Bisa jadi Ibu (Arita, istri Rizal Effendi) yang maju. Nanti tidak enak dengan masyarakat. Kita ini bukan siapa-siapa. Disangka nanti kita mimpi di siang bolong,” cerita Basir. (Che/bersambung)
Baca Juga :