Latihan Borneo FC kemarin (15/9) sore agak berbeda. Tak ada sosok Brilian Sanjaya di tepi lapangan. Pria yang nyaris tak pernah absen ketika timnya sedang menjalankan aktivitas apa pun. Usut punya usut. Sudah 2 hari ia tidak tampak di lapangan. Mendampingi tim. Kemana ya?
Oleh: Ahmad Agus Arifin - Samarinda
BRILIAN Sanjaya sudah membersamai Borneo FC sejak 2015 lalu. Lima tahun sudah ia bekerja di balik layar Pesut Etam. Pria yang di awal kedatangannya memiliki ciri khas berbicara. Dengan logat Malang kesurabayaan. Yang jelas medok. Terlepas dia berusaha menggunakan aksen Samarinda yang lekat dengan bahasa Banjar. Seperti; bubuhannya, ya lok, dan lainnya itu. Tetap saja medok Jawanya tidak hilang. Sekarang, sama saja. Tidak berubah sama sekali.
Di awal kedatangannya, Brili – sapaannya – sangat identik dengan kamera handycam. Berwarna hitam. Yang selalu menempel di tangan kanannya setiap mendampingi tim. Setiap hari, ia merekam aktivitas tim. Dari mulai latihan, sampai pertandingan. Pokoknya apa saja yang berkaitan dengan tim, kameranya akan menyala.
Outfitnya, celana tanggung ¾. Dan menggunakan topi. Herannya, gaya berpakaian seperti itu masih dipakai sampai sekarang. Barangkali yang berubah hanya harga pakaiannya saja.
Dikenal ulet, Brili kemudian terus naik jabatan. Teranyar, dia menduduki posisi Head of Media Officer Borneo FC. Tidak lagi ia bawa kamera usangnya itu. Kini ia cukup menyangking ponsel. Dan tinggal perintah. Namanya juga bos kecil.
Brilian adalah paket lengkap. Sense of journalist-nya dapat. Kadarnya pas. Konten kreator juga. Urusan branding klub juga dia jago sekali.
Perannya tentu sangat vital buat klub. Borneo FC nyaris tak lagi bersinggungan dengan media. Karena kefasihan Brili merangkul wartawan. Merangkul dalam artian positif tentunya.
Sangat paham kebutuhan media. Wartawan cetak dan online misalnya. Yang butuh sering up date informasi. Dia fasilitasi untuk menjangkau ke tim. Paling sederhana adalah dia selalu meneruskan pertanyaan titipan wartawan. Baik ke manajemen ataupun ke pemain. Balas chat-nya cepat. Responsif sekali.
Baca Juga: Pujian Gomez untuk Striker Muda Borneo FC
Pada wartawan televisi. Jika tidak memungkinkan untuk mengambil gambar. Semisal di masa pandemi ini beberapa kegiatan klub dilakukan tertutup. Ia sediakan videonya. Pertanyaannya juga sudah mewakili media. Video tersebut ia simpan di drive. Kemudian bisa diakses oleh siapa pun yang membutuhkan.
Tak banyak yang tahu. Bahwa selama 4 bulan libur pandemi. Tim media Borneo FC tidak benar-benar libur. Ada saja yang mereka buat. Baik berita di web resmi. Sampai video-video kreatif di media sosial tim lainnya.
Sehingga kebutuhan branding klub terjaga. Hubungan dengan suporter tetap mesra. Kepentingan bisnis dengan para sponsor juga tetap baik-baik saja. Kerja keras sekali mereka saat itu.
Tapi jerih payah memeras otak selama libur. Terbayar tuntas. Ketika pertemuan media officer seluruh tim Liga 1. Borneo FC dinyatakan sebagai tim paling aktif di media sosial. Karena kuantitas kontennya rapat. Konsisten.
Dan yang lebih membanggakan adalah secara kualitas. Konten bikinan Borneo FC diakui yang paling terbaik. Dari seluruh tim di Indonesia. Deebaak.
Padahal kala itu Brili mengendalikan posnya dari Malang. Kampung halamannya. Hanya sedikit mengesalkan saja. Karena ketika tim libur, responsifnya sedikit lamban. Di-chat siang, balasnya malam.