Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Kasus DBD Balikpapan harus menjadi perhatian. Selain corona. Sebabnya, jumlah kasusnya lumayan banyak. Mencapai 1.013 kasus.
"Jumlah yang meninggal sampai minggu ke 35 atau sampai bulan September ini sebanyak 6 orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Balikpapan Andi Sri Juliarty, saat ditemui, Selasa (8/9/2020).
Menurutnya kasus DBD Balikpapan terbanyak masih di wilayah Kecamatan Balikpapan Utara. Di Kelurahan Batu Ampar, tepatnya di Graha Indah. “Tetapi kita juga temukan kasus tertinggi di Manggar, Balikpapan Timur," urainya.
Untuk di wilayah Kecamatan Balikpapan Selatan, pihaknya mencatatkan kasus DBD Balikpapan tertinggi ada di seputaran Sepinggan. Sedangkan di Kecamatan Kota, ditemukan kasus DBD Balikpapan di daerah Klandasan. "Selain itu di Muara Rapak dan Gunung zsamarinda juga cukup tinggi (kasus DBD)," bebernya lagi.
Juliarty mengimbau masyarakat memperhatikan lingkungannya untuk mencegah penambahan kasus DBD. Anggota keluarga perlu dilibatkan. Untuk memerhatikan perkembangan jentik di rumah masing-masing.
Biasanya, yang paling perhatian terhadap munculnya jentik nyamuk di lingkungan warga adalah kader di tingkat RT. Namun dalam kondisi pandemi ini, para kader pencegahan jentik nyamuk kesulitan untuk datang ke rumah-rumah warga.
"Sehingga mohon pemberdayaan keluarga. Misalnya anak-anak yang libur sekolah bisa pakai senter saja, mencari dan melihat jentik nyamuk di lingkungannya," imbuhnya.
Apalagi, lanjutnya, kondisi cuaca dan curah hujan di Kota Beriman cukup intens. Terutama di pagi hari. "Ini berisiko. Saat air hujan tertampung, pada wadah-wadah dilingkungan kita. Biasanya ban bekas, botol-botol, ini tolong diperharikan," tegas Sri.
Menurutnya, jumlah kasus DBD Balikpapan tahun ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Di tahun 2019, pihaknya mencatat kasus DBD berujung kematian sampai 12 orang, dengan total kasus 2.841 dengan rentang waktu yang sama, yakni di minggu ke 35. Atau di awal bulan September.
"Ini butuh perhatian. DBD prosesnya cepat. Sama dengan COVID-19. Kalau terlambat seminggu bisa kehilangannya nyawa juga," imbuhnya. (ryn/boy)