Samarinda, nomorsatukaltim.com - Pakar Komunikasi Universitas Mulawarman (Unmul), Annisa Wahyuni Arsyad menilai, penggunaan kata 'anjay' dapat dilihat sesuai konteks yang berkaitan dengan pesan atau informasi yang disampaikan.
Penggunaan kata ini, tergantung pada situasi, konteks komunikasi, dan kepada siapa hal itu diungkapkan.
"Kalau itu digunakan dalam interaksi antar teman, yang seumuran tentu akan paham. Namun, akan berbeda ketika digunakan dalam konteks komunikasi yang sifatnya formal bisa jadi malah akan menimbulkan hambatan komunikasi," ungkapnya, Senin (31/8).
Baca Juga: ‘Anjay’ Disemprit KPAI, Warganet Respon Negatif
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi (Ikom) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unmul ini mengatakan, hambatan komunikasi dapat dikategorikan dalam 3 hal. Di antaranya adalah hambatan teknis, semantik, dan manusiawi.
Secara semantik, ketika kata 'anjay' tidak sampai pesan dan maknanya ke pihak lain. Maka hasilnya bisa saja akan menjadi negatif. Bahkan bisa merusak hubungan. Apalagi, jika kata 'anjay' tersebut, digunakan dalam konteks komunikasi yang bersifat formal.
Namun, terkait pelarangan penggunaan kata ini, menurut Annisa perlu kajian lebih mendalam.
"Apakah benar kata ini justru menimbulkan berbagai dampak negatif atau hanya bersifat kasuistik saja," ujarnya.
Begitu pula terkait ancaman hukum pidana yang mengikuti larangan penggunaan kata 'anjai' ini. Annisa kembali menegaskan, perlunya kajian mendalam terkait kebijakan tersebut. Semua, tergantung pada konteks penggunaannya.
Jika memang dampaknya sedemikian negatif. Dan cenderung digunakan untuk makian dan bully. Apalagi sampai menimbulkan korban yang tertekan dan stress. Ia mengaku setuju, dengan penegakan hukum pidana.
Selain kata 'anjay' yang dipermasalahkan. Annisa juga memberikan contoh kalimat lain yang juga sedang ramai digunakan masyarakat.
"Kan ada tuh influencer suka bilang gini, ih enak banget makanannya rasanya kaya mau meninggal," katanya menirukan.
Kalimat tersebut, menurutnya kurang pantas diungkapkan sebagai bentuk ekspresi kepuasan. Karena mengaitkannya dengan kematian yang merupakan sebuah hal yang penuh duka. Namun, karena ungkapan tersebut dikemukakan oleh para influencer. Kalimat itu pun menjadi viral dan banyak diikuti.
"Ini tadi yang saya bilang, pengaruh 'siapa' dan kepada siapa itu disampaikan. Akan membawa berbagai efek komunikasi," ujarnya. (krv/yos)