KORBAN virus corona terus berjatuhan di Kalimantan Timur. Sudah 125 orang meninggal dunia. 1.100 lainnya menjalani perawatan. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sejak virus asal Wuhan, Tiongkok itu ditemukan di Bumi Etam.
Tingginya pasien menyebabkan ruang isolasi rumah sakit tak mampu lagi menampung pasien. Di Balikpapan, sebanyak 282 ruangan telah penuh. Warga yang terindikasi COVID-19 namun masih sehat diwajibkan isolasi mandiri.
“Kapasitas ruang isolasi rumah sakit sesuai jumlah pasien yang diisolasi hari ini (kemarin): 282. Yang artinya sudah penuh semua,” kata Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, Andi Sri Juliarty.
Setiap hari memang ada warga yang sembuh dan bisa keluar rumah sakit. Namun tidak seimbang dengan kasus positif kriteria sedang-berat yang perlu dirawat inap.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Andi Muhammad Ishak mengatakan, untuk mengantisipasi lonjakan pasien, pemerintah telah memanfaatkan Asrama Haji dan mess pemprov. “Itu pun masih kurang, karena pertumbuhan COVID-19 sangat besar,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kaltim itu.
Di Samarinda juga akan dibuka tempat isolasi baru. Di Bapelkes misalnya. Kelas yang tidak dipakai sebelumnya akan dibuka. Gedung diklat di Samarinda Seberang pun dipersiapkan. Tapi, dengan beberapa pertimbangan. “Tapi di sana agak repot operasionalnya. Di sana kapasitasnya bisa menampung 200 orang. Jadi, ini akan dikoordinasikan antara pemerintah provinsi dan pemerintah Kota Samarinda. Tapi, semua rumah sakit di Samarinda juga diminta untuk melakukan perawatan,” pungkasnya.
Untuk mengetahui penanganan virus ini, Jurnalis Disway Kaltim, Darul Asmawan mewawancarai Ahli Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo, dr. Tika Adilistya, Sp. PK.
Lulusan University of Groningen, Belanda, ini berbicara soal upaya yang bisa mencegah meluasnya corona.
Bisa dijelaskan situasi penanganan COVID-19 sejauh ini?
Sejak sebulan terakhir, jumlah pasien terkonfirmasi positif di Balikpapan meningkat tajam. Sampai dengan 23 Agustus 2020 terdapat 1.341 kasus terkonfirmasi positif dengan 89 kasus kematian dari pasien positif tersebut. Kasus yang dominan adalah kasus suspek dengan gejala sedang dan berat, sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. Kondisi saat ini seperti yang kita lihat di Jakarta atau Makassar beberapa waktu lalu, di mana kapasitas rumah sakit jauh di bawah kebutuhan pasien.
Kemudian meningkatnya jumlah pasien ini juga diikuti oleh meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif. Hal ini menyebabkan diberlakukannya pembatasan-pembatasan layanan di beberapa rumah sakit di Balikpapan, seperti RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo, RSUD Beriman Balikpapan, dan RSIA Sayang Ibu.
Usaha apa saja yang dilakukan?
Secara garis besar, menurut saya, ada tiga upaya yang dilakukan, dan ini sesuai dengan Pedoman Kemenkes (revisi 5):
Pertama, memperlambat dan menghentikan laju penularan, yaitu dengan cara: pemberlakuan Peraturan wali kota mengenai protokol kesehatan. Sosialisasi pendisiplinan secara masif, dan pemberlakuan sanksi bagi pelanggarnya. Juga melakukan penemuan kasus dan pelacakan kontak secara intensif.
Kedua, menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal untuk pasien, khususnya pada kasus berat dan kritis. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan kapasitas tempat tidur untuk ruang isolasi COVID-19 pada setiap rumah sakit, baik ruang isolasi biasa maupun ruang isolasi intensif (ICU).