Perekonomian Jepang Masuk Jurang Resesi

Jumat 21-08-2020,11:04 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Saat beraktivitas di luar rumah, warga Tokyo diwajibkan menggunakan masker. (AFP)

Tokyo, nomorsatukaltim.com - Perekonomian Jepang minus 7,8 persen pada kuartal II tahun ini. Dikutip dari The New York Times, Senin (17/8), kinerja perekonomian Jepang pada kuartal II-2020 merupakan yang terburuk sejak pandemi COVID-19 yang menyebabkan berbagai aktivitas terhenti.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi yang dialami Jepang terjadi dalam tiga kuartal berturut-turut. Kontraksi untuk kuartal II tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I yang sebesar 0,6 persen.

Adapun jika dihitung secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Jepang sudah minus 2,2 persen. Kontraksi ekonomi dialami Jepang terjadi meski negeri dengan perekonomian terbesar setelah Amerika Serikat (AS) dan China tersebut tidak memberlakukan lockdown atau isolasi total.

Perekonomian Jepang sebelumnya telah melemah akibat kenaikan pajak dan kian dibebani oleh perlambatan permintaan dari China serta serangkaian bencana alam yang dialami pada musim gugur yang lalu.

Jepang pun menjadi salah satu negara maju yang mengalami resesi untuk pertama kali setelah pandemi melanda. Pasalnya, pandemi virus corona mengakibatkan penurunan ekspor serta merosotnya sektor pariwisata di Negeri Sakura.

“Total dampak pandemi terhadap perekonomian hingga saat ini hampir sama seperti krisis keuangan pada 2008,” ujar ekonom Japan Research Institute, Michinori Narusa.

Narusa menjelaskan, ketika krisis keuangan terjadi, proses hingga akhirnya mencapai titik terburuk terjadi secara perlahan. Sementara pada krisis yang diakibatkan oleh pandemi saat ini, segala sesuatu terjadi dengan tiba-tiba.

Namun demikian, perlambatan perekonomian Jepang tidak seburuk AS yang mengalami kontraksi perekonomian hingga 9,5 persen pada kuartal II tahun ini. Tekanan ekonomi di Amerika telah menghilangkan pertumbuhan ekonomi yang diupayakan oleh Negeri Paman Sam dalam lima tahun terakhir.

Inggris pun mengalami kondisi lebih buruk. Dengan pertumbuhan ekonomi minus 20,4 persen secara kuartalan berdasarkan data yang dirilis pekan lalu.

Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada akhir kuartal kedua. Hal tersebut diakibatkan oleh stimulus yang digelontorkan pemerintah Jepang yang setara dengan hampir 40 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut mulai memberikan dampak.

Adapun stimulus tersebut meliputi bantuan langsung tunai hingga pinjaman dengan kredit 0 persen. Paket stimulus itu membantu pemerintah menekan angka pengangguran serta tingkat kebangkrutan terjaga rendah. (kmp/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait