Jakarta, nomorsatukaltim.com - Pandemi corona membuat sejumlah negara masuk jurang resesi. Satu per satu negara ASEAN sudah resmi mengumumkan masuk jurang resesi: Singapura, Filipina, Malaysia dan Thailand.
Indonesia termasuk yang diprediksi menyusul negara-negara tetangga masuk jurang resesi. Berikut tanda-tandanya.
Pertama, ekonomi kuartal III diprediksi minus. Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 akan terkontraksi minus 3-4 persen. Dengan begitu, Indonesia akan masuk jurang resesi. Karena kuartal II-2020 telah minus 5,32 persen.
“Saya kira triwulan III tidak terelakkan pertumbuhan negatif sekitar minus 3-4 persen. Yang artinya kita memasuki resesi,” kata Piter, Rabu (19/8).
Hal yang sama juga dikatakan oleh Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal. Ia memprediksi ekonomi Indonesia akan resesi di kuartal III-2020 dan sepanjang 2020 ekonominya akan minus 1,5-3 persen.
“Kita sudah memprediksi bahwa memang akan terjadi resesi. Di full year tahun ini kita prediksi kontraksi minus 1,5-3 persen. Jadi kuartal II kemarin itu yang paling dalam. Kuartal III kita prediksikan akan kontraksi. Walaupun lebih ringan kontraksinya dibandingkan kuartal II. Tapi dengan gitu berarti secara teknis sudah masuk resesi,” ucapnya.
Kedua, PHK di mana-mana. Dampak dari resesi dinilai sudah bermunculan sejak pandemi corona melanda Indonesia. Dampak tersebut seperti banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK), jumlah pengangguran meningkat, dan jumlah kemiskinan bertambah.
“PHK sudah kita rasakan. Jadi seolah-olah kalau kuartal III resesi, kondisi lantas berubah drastis. Kalau menurut saya itu hanya definisi teknis saja dua kuartal berturut-turut. Secara esensi riilnya sebenarnya sudah terasa dari kemarin-kemarin. Jadi sebetulnya sama nanti akan begitu juga,” kata Faisal.
Ketiga, ekonomi 2020 diprediksi minus 1,1 persen. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) sudah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan berada di kisaran minus 1,1 persen sampai positif 0,2 persen pada tahun ini.
Proyeksi ini dilihat utamanya dari konsumsi rumah tangga yang memang mengalami tekanan cukup dalam. Diperkirakan tumbuh antara minus 1,3 hingga 0 persen. Sedangkan untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan investasi juga masih di dalam kisaran zona minus 4,2 hingga minus 2,6 persen.
“Tekanan di kuartal kedua sangat dalam dan faktor-faktor untuk kuartal ketiga harus betul-betul diusahakan tidak hanya tergantung dari pemerintah. Meskipun pemerintah merupakan pemegang peran yang cukup besar di dalam pemulihan ekonomi,” kata SMI. (dtk/qn)