Babak Baru Perang Dagang AS-China

Rabu 19-08-2020,09:53 WIB
Reporter : Y Samuel Laurens
Editor : Y Samuel Laurens

Dua orang anak berjalan di dekat mural yang menggambarkan perseteruan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump. (Int)

Beijing, nomorsatukaltim.com - Ada update terbaru dari perjanjian dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Keduanya menunda waktu peninjauan terhadap kesepakatan perdagangan Fase 1 mereka yang awalnya telah dijadwalkan untuk dilangsungkan Sabtu (16/8) lalu.

Menurut beberapa sumber, alasan penundaan adalah karena ada masalah kesesuaian waktu. Selain itu, AS juga berniat untuk memberikan lebih banyak waktu bagi China untuk dapat meningkatkan pembelian barang-barang AS.

“Belum ada tanggal baru yang ditetapkan untuk peninjauan tersebut,” kata sumber itu kepada Reuters, sebagaimana dilaporkan CNBC International.

Tinjauan yang dimaksud adalah tinjauan enam bulanan terhadap pemenuhan janji kedua pihak. Dalam kesepakatan yang telah ditandatangani pada Januari lalu dan berlaku mulai 15 Februari.

Peninjauan rencananya dilakukan oleh Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Wakil Perdana Menteri China Liu He melalui konferensi video.

Menurut salah satu sumber, penundaan peninjauan tersebut terjadi karena pada waktu tersebut para pemimpin senior Partai Komunis China sedang melakukan konferensi di kota tepi laut Beidaihe di pantai timur laut China.

“Penundaan tidak mencerminkan masalah substantif dengan kesepakatan perdagangan. Tanggal baru belum ditentukan,” ujarnya.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump juga telah mengatakan, kesepakatan dagang tersebut masih dipegang dengan baik oleh kedua negara. Sayangnya, ia tidak mengomentari soal pertemuan yang tertunda.

Sementara itu, sumber lain yang mengetahui rencana tersebut mengatakan, pejabat AS ingin memberi lebih banyak waktu bagi China untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS sesuai kesepakatan.

Menurut laporan, impor China atas produk pertanian dan barang-barang manufaktur, energi, dan jasa AS memang masih jauh dari yang dibutuhkan untuk memenuhi target peningkatan tahun pertama dari pembelian sebesar US$ 77 miliar selama 2017.

Salah satu alasan kurangnya pembelian adalah akibat ekonomi China telah dihantam berbagai masalah. Termasuk wabah COVID-19. Namun karena ekonomi China telah pulih dari penguncian yang dilakukannya untuk menekan wabah pada awal tahun ini, pembelian mulai meningkat.

Pada hari Jumat (14/8), Departemen Pertanian AS melaporkan penjualan 126.000 ton kedelai ke China. Itu merupakan hari kedelapan berturut-turut di mana terjadi penjualan besar ke pembeli China.

Pedagang minyak AS, pialang kapal, dan importir China juga mengatakan, perusahaan minyak milik China telah secara tentatif memesan kapal tanker untuk membawa setidaknya 20 juta barel minyak mentah AS untuk Agustus dan September. Langkah itu mengindikasikan adanya peningkatan pembelian energi AS oleh China. (cnbc/qn)

Tags :
Kategori :

Terkait